Terjemahkan

Jumat, 03 Juli 2020

Archie - Part VI

cover-archie


Sembilan belas tahun kemudian, Archie sudah semakin dewasa. Dia sudah lulus dari SMA 1 tahun yang lalu. Untuk sementara, ia bekerja membantu Kang Syamsul. Selama bertahun-tahun, kedua orangtua kandungnya itu juga selalu memberi uang, namun setahun terakhir, sang ayah kandung lupa mengirimkan uang. Akan tetapi, hal itu, Archie tidak pernah tahu. Dia hanya tahu uang itu hanya hasil kerja keras abahnya saja. 
Di Jakarta, Dina dan Jeffry sudah memiliki satu anak laki-laki lagi, yaitu Bagus Subekti. Bagus Subekti adalah adik kandung dari anak pertama mereka di desa yang terpaksa mereka tinggal. Anak kedua mereka ini sekarang sudah duduk di bangku kelas X SMA. Ibunya sang wanita pun sudah meninggal dunia lima tahun setelah kepergian almarhum bapaknya.
Suatu hari, di Desa Caringin Kulon, desa tempat Archie tinggal bersama Kang Syamsul dan Teteh Minah, Archie bersama Mang Didin sedang mengobrol di saung pinggir sawah. Mang Didin ini adalah tetangga Kang Syamsul dan Teteh Minah. Biasanya, pria itu kerja di Jakarta sebagai supir pribadi. Kali ini, ia lagi cuti makanya dirinya sedang berada di kampung.
"Mang, aku bosen, nih, di desa terus, pengen ikut mamang ke kota Jakarta aja," ujar Archie, "Mamang, kapan ke Jakarta lagi?"
"Hmm, tapi, nanti kamu di sana mau bekerja jadi apa?" tanya Mang Didin.
"Ya, lihat saja nanti, mang," jawab Archie.
"Mamang, sih, ke kota Jakarta 3 hari lagi. Kalau mau ikut, kamu izin dulu sama Abah Syamsul dan Ambu Minah," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang, pastinya atuh. Masa, iya, Archie menyelonong pergi saja," sahut Archie.
"Ya sudah, nanti kamu siap-siap 3 hari lagi, ya," kata Mang Didin. 
"Terima kasih, Mang, Archie boleh ikut sama Mamang ke Jakarta," ucap Archie.
Setelah mengobrol banyak, Archie pulang ke rumah. Tiba di rumah, Archie menemui Kang Syamsul, Abahnya.
"Bah, Archie kan sudah dewasa. Archie tidak mau merepotkan abah terus. Jadi, rencananya tiga hari lagi, Archie mau ikut Mang Didin kerja di Jakarta. Boleh, kan, Bah?" ujar Archie.
"Kamu yakin siap kerja di Jakarta?" tanya Kang Syamsul.
"Siap, Bah. Archie sudah saatnya harus mandiri," jawab Archie.
"Nanti, kalau Abah atau Ambu kangen, bagaimana?" tanya Kang Syamsul lagi.
"Ya, Abah sama Ambu, kan, bisa hubungi Archie lewat Mang Didin," sahut Archie.
"Ya sudah, Abah izinkan, deh, kalau begitu. Tapi, kamu harus bisa jaga diri," pesan Kang Syamsul.
Tiba-tiba, Teteh Minah datang sambil membawa kopi untuk Kang Syamsul.
"Euleuh, euleuh, pada ngomongin apa ini, Abah jeung Archie?" tanya Teteh Minah sambil meletakkan kopinya di atas meja.
"Ini, Ambu. Archie ingin kerja di Jakarta, katanya," jawab Kang Syamsul.
"Yah, Ambu sama Abah ditinggal pergi, dong," sahut Teteh Minah.
"Tenang, Ambu. Archie sesekali akan pulang ke sini, kok," ujar Archie, "atau kalau Ambu kangen banget sebelum Archie pulang, Ambu bisa hubungi Archie lewat Mang Didin."
"Memang kapan kamu akan ke Jakartanya?" tanya Teteh Minah.
"Tilu poe lagi, Ambu. Aku ke Jakarta sama Mang Didin," jawab Archie.
"Oh, ya sudah. Kamu baik-baik di sana, ya, Archie," pesan Teteh Minah.
"Iya, Ambu," sahut Archie.
"Ambu sama Abah doain kamu di sini," ujar Teteh Minah.
"Iya, Ambu. Terima kasih juga buat Ambu dan Abah yang sudah membesarkan Archie sampai sekarang," ucap Archie seraya memeluk abah dan ambunya itu.
Tiga hari kemudian, Mang Didin menjemput Archie di rumah Kang Syamsul menggunakan sepeda motornya. Ia dan anak tetangganya itu berencana naik sepeda motor untuk ke Jakarta. Di rumah Kang Syamsul, dia pun segera turun dari sepeda motornya.
"Punten," sapa Mang Didin.
"Mangga," sahut Kang Syamsul menjawab sapaan Mang Didin.
Kang Syamsul menuju ke depan rumah.
"Eh, Didin," ujar Kang Syamsul.
"Iya, Kang. Didin mau jemput Archie untuk ke Jakarta," Mang Didin menjelaskan maksud kedatangannya.
"Oh, sebentar, ya, Din. Akang panggilin dulu Archienya," sahut Kang Syamsul.
"Iya, Kang," jawab Mang Didin.
Kang Syamsul masuk ke dalam rumah. Ia memanggil anak yang tinggal bersamanya itu.
"Archie ...," panggil Kang Syamsul.
"Iya, Bah," jawab Archie.
"Mang Didin sudah jemput Archie, tuh, di depan," ujar Kang Syamsul.
"Ohh. Iya, Bah, Archie ambil tas Archie dulu," sahut Archie.
Archie mengambil tas ranselnya yang sudah berisi pakaian. Kemudian, ia bergegas menuju ke depan menghampiri Mang Didin. Kang Syamsul dan Teteh Minah juga mengikuti dirinya ke depan.
"Yuk, Mang. Archie sudah siap," ujar Archie.
"Yuk," sahut Mang Didin.
"Abah, Ambu, Archie jalan dulu, ya!" pamit Archie sambil mencium tangan Kang Syamsul dan Teteh Minah.
"Iya, Archie. Jaga diri, ya!" pesan Kang Syamsul.
"Iya, Abah," sahut Archie.
Mang Didin naik ke atas sepeda motor. Kemudian, Archie duduk di boncengannya. Pria itu mulai melajukan sepeda motor menuju ke Jakarta. Perjalanan mereka berdua memakan waktu selama enam jam. 
Jam empat sore, Mang Didin dan Archie sudah sampai di kontrakan Mang Didin di daerah Radio Dalam, Jakarta Selatan. Pria itu pun segera menghentikan sepeda motor. Archie turun dari sepeda motor. Begitu pula, pria tersebut. Ia bergegas menuju ke pintu rumah kontrakan. Kemudian, dia membuka pintu.
"Ayo, Archie, masuk. Ini kontrakan Mamang di Jakarta," ujar Mang Didin.
"Oh, iya, Mang," sahut Archie.
"Archie mau minum apa?" tanya Mang Didin.
"Air putih saja, Mang," jawab Archie.
Mang Didin mengambilkan air minum di dapur.
"Mang, kontrakan Mamang lumayan gede juga, ya," ujar Archie.
"Ya, begini kondisinya, lumayan lah gaji Mamang bisa buat kontrak rumah selain tentu dikirim untuk istri di kampung," jelas Mang Didin seraya berjalan membawa air minum dari arah dapur.
"Memang, Mamang supirnya siapa toh di Jakarta?" tanya Archie.
"Mamang sih, supirnya bos besar, pemilik perusahaan gitu," jawab Mang Didin.
"Wah, pasti gajinya lumayan, dong," ujar Archie.
"Ya, begitulah, Archie. Seperti yang mamang tadi bilang cukup untuk kontrak rumah dan istri Mamang di kampung," sahut Mang Didin.
"Oh, iya. Ayo Archie duduk. Dari tadi berdiri saja," perintah Mang Didin.
"Eh, iya, Mang," sahut Archie.
Archie duduk dan Mang Didin meletakkan dua gelas minuman yang tadi dibawanya.
"Minum dulu, Archie. Kamu pasti haus selama perjalanan," kata Mang Didin.
"Iya, Mang," kata Archie.
Archie minum.
"Oh, iya, Archie rencana mau cari kerja, kapan?" tanya Mang Didin.
"Mungkin, besok, Mang. Mau cari-cari yang dekat-dekat sini saja dulu," jawab Archie.
"Oh, ya, sudah. Sekarang, kamu taruh dulu, gih, tasnya di kamar. Terus istirahat," perintah Mang Didin.
"Iya, Mang," sahut Archie.
Archie menaruh tas di dalam kamar. Archie dan Mang Didin tidur sekamar, karena di kontrakan tetangga kampungnya itu hanya terdapat satu kamar tidur saja. Setelah meletakkan tas, ia segera beristirahat di tempat tidur. Dia tertidur pulas hingga satu jam lamanya. Tiba-tiba, anak muda itu dibangunkan oleh Mang Didin.
"Archie, ayo bangun, sudah jam setengah enam," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang," jawab Archie seraya mengucek matanya.
Archie bangun dari tidurnya. Mang Didin terlihat baru saja selesai mandi. Ia pun masih dalam kondisi mengenakan handuk. Kemudian, pria itu berkata lagi, "Archie, kamu mandi dulu, gih." 
"Iya, Mang," sahut Archie.
"Oh, iya, sementara kamu pakai sabun Mang Didin dulu, aja, ya," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang. Archie memang tidak bawa juga," jawab Archie.
Archie mengambil handuk yang berada di tas ransel. Kemudian, ia pun segera mandi. Sementara itu, Mang Didin berganti pakaian di kamar. Selesai mandi, Archie segera berpakaian. Selesai berpakaian, terdengar suara adzan Maghrib berkumandang. Kedua pria itu pun segera menunaikan Salat Maghrib. Selesai melakukan salat, Mang Didin bertanya kepada anak tetangganya di kampung itu.
"Archie, kamu mau makan malam apa?" tanya Mang Didin.
"Apa saja, Mang," jawab Archie.
"Ya sudah, Mamang belikan nasi goreng, ya," tawar Mang Didin.
"Boleh, Mang," sahut Archie.
Mang Didin membeli dua porsi nasi goreng di tukang nasi goreng dekat rumah kontrakan. Selesai membeli, ia pun pulang ke kontrakan. Kemudian, kedua pria itu makan malam bersama. Selesai makan malam.
"Archie, Mamang tidur duluan, ya. Besok Mamang harus pergi pagi-pagi," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang. Nanti Archie menyusul. Archie membereskan meja makan sama cuci piring dulu," sahut Archie.
"Iya, Archie," kata Mang Didin.
Mang Didin tidur. Archie merapikan meja makan dan segera mencuci piring terlebih dahulu. Setelah semuanya beres, ia menyusul Mang Didin beristirahat di kamar malam itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar