Terjemahkan

Selasa, 26 Mei 2020

Dari Pacar Menjadi Papa - Part IV



Sore hari, setelah jam kerja selesai, Frans hendak menagih janji teman kerjanya. Oleh karena itu, ia langsung menghampiri teman kerjanya dan berkata, "Kus, katanya lu mau cerita setelah jam kerja. Buruan, ayo cerita."
"Gue buru-buru, nih, harus cepat-cepat pulang," kata Markus.
"Ada apaan, sih, buru-buru amat. Kan, lu udah janji, mau cerita habis jam kerja," ujar Frans.
"Beneran, gue buru-buru banget ini," sahut Markus, "kalau gak, lu ikut aja, deh, ke rumah gue. Nanti gue ceritainnya di rumah gue."
"Ya sudah, oke deh, gue ngikut ke tempat lu. Untung aja, gue gak ada acara malam ini," kata Frans. 
Frans pun ikut teman kerjanya itu pergi ke rumah kawan kerjanya itu. Namun, karena dirinya membawa sepeda motor, ia pun tidak ikut mobil mitra kerjanya tersebut. Ia naik sepeda motor ke rumahnya teman kerjanya itu. Sementara, kawan kerjanya tersebut tetap menaiki mobilnya sendiri. Tiba di rumah mitra kerjanya itu, sang partner kerjanya langsung memarkirkan mobil di garasi. Kemudian, bergegas turun dari mobil. Frans pun juga memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah tersebut. 
Di dalam rumah, Markus segera menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, ia pun berganti pakaian. Sementara menunggu dirinya, Frans menunggu di ruang tamu sambil membaca koran yang ada di meja tamu. Setelah satu jam berlalu, Markus baru menghampiri Frans.
"Frans, mau minum apa, lu?" tanya Markus.
"Gue butuhnya cerita lu," jawab Frans.
"Soal itu, nanti dulu," ujar Markus, "yang penting lu mau minum apa dulu? Biar gue bikinin."
"Apa aja lah," sahut Frans.
Markus menuju ke dapur. Ia membuatkan air sirup untuk Frans dan dirinya. Kemudian, ia membawa dua gelas sirup menuju ke ruang tamu.
"Nih, Frans, minumnya," ujar Markus.
"Iya, Kus," sahut Frans.
Frans meminumnya hingga habis setengah gelas.
"Haus banget lu?" tanya Markus.
"Hehehe, iya nih, kelamaan nunggu lu sih dari tadi," jawab Frans sambil meletakkan gelasnya kembali.
"Sori, tadi, gue habis mandi harus menelepon seseorang dulu. Itu sebabnya, makanya, tadi, gue buru-buru balik dari kantor," ungkap Markus.
"Nelepon siapa sih, lu? Sebegitu pentingnya," ujar Frans.
"Ada, lah, pokoknya," sahut Markus.
"Eh, iya, mana janji lu, yang katanya, mau cerita," Frans mengingatkan Markus akan janjinya.
"Gak sabaran amat, lu," ujar Markus.
"Iyalah, gue penasaran mau denger cerita lu," sahut Frans.
"Lebay lu," seru Markus.
"Udah buruan, ayo cerita," ujar Frans.
"Oke, oke, gue cerita. Jadi, gini, tadi siang, tuh, gue makan siang sama mamanya Liana. Mamanya tuh, cantik banget. Lebih cantik lagi dari Liana," cerita Markus.
"Terus?"
"Terus, ya, gue, sih, ga bohongin perasaan gue sendiri. Gue suka sama mamanya Liana itu. Jadi, ya, gue to the point menyatakan perasaan gue," sambung Markus.
"Emang, dia janda?" tanya Frans.
"Janda, dong. Makanya, gue diterima jadi pacarnya," jawab Markus.
"Pacar atau brondongnya?" tanya Frans lagi.
"Dua-duanya kali, ya," sahut Markus disusul dengan tertawa.
"Tapi, omong-omong, beliau tahu lu pacar anaknya?" ujar Frans.
"Gak, gue cuma bilang kalau gue temannya Liana," sahut Markus.
"Berarti, lu pacarin dua-duanya, dong?" tanya Frans.
"Iya," jawab Markus. 
"Parah lu, anak sama emak, lu pacarin," kata Frans.
"Ya resiko sih, cowok tampan kayak gue gini, kan, pasti digilai banyak wanita hehehe," ujar Markus.
"Gila, lu. Omong-omong, bagi, kek, resepnya, cara gaet banyak cewek," seru Frans.
"Hmm, kalau lu kayaknya harus oplas dulu deh biar jadi tampan," ejek Markus sambil membolak-balik mukanya Frans.
"Maksud lu, gue tuh jelek, kurang ajar lu, ya," dengus Frans.
Markus hanya tertawa saja. Markus dan Frans melanjutkan obrolan mereka dengan topik lainnya. Tanpa terasa sudah malam, rekan kerja Markus tersebut pun izin pulang. Setelah kawan kerjanya itu pulang, ia meng-chat ke kedua pacarnya itu yang merupakan mama dan anak. Di kamar masing-masing, kedua pacarnya itu kesengsem mendapat chat dari dirinya. Kedua pacarnya itu pun tidak mengetahui kalau mereka sedang saling diduakan oleh dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar