BAB II
RENCANA LIBURAN
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa, Irfan sudah menjalin hubungan dengan Sheren selama lima bulan lebih. Sebentar lagi, liburan semester pun tiba. Ia mulai berencana untuk membuat liburan keluarga bersama keluarga ceweknya itu. Suatu hari, di rumah Irfan, pada saat makan malam.
"Mi, Pi, libur semester kan, bentar lagi tuh. Bagaimana kalau kita sekeluarga sama keluarga Sheren liburan ke Bali," kata Irfan.
"Wah boleh juga tuh. Aku ajak Aldi ahhh," ujar mba Revi.
"Aku juga mau ajak Cheryl ah," sahut mas Banu tidak mau kalah.
"Lah, kok jadi nambah peserta. Belum papi setujui," kata Papi Wahyu.
"Udahlah, pi, setujui saja," paksa Irfan.
"Ya udah, iya. Kita sekeluarga pergi berlibur ke Bali dari tanggal 26 sampai tahun baru," ujar Papi Wahyu.
"Yeayy. Asyikk. Memang papi is the best," seru Irfan.
"Kamu tuh, kalau ada maunya saja, muji-muji papi," kata Papi Wahyu.
Seusai makan malam, Irfan menuju ke kamar. Tak berapa lama, tiba-tiba hpnya berbunyi. Ia pun melihat ke layar hp. Tertera nama Leon di layar hp. Dia pun mengangkat telepon dari sahabatnya tersebut.
"Halo, Fan," kata Leon di telepon.
"Halo, Yon. Ada apa nih?" balas Irfan.
"Fan, liburan semester, ikut keluarga gue yuk ke puncak," ajak Leon.
"Yah, Yon, gak bisa. Gue sama keluarga gue dan keluarga Sheren berencana liburan ke Bali," ujar Irfan.
"Yahh, Fan, ga pren lu," sungut Leon.
"Lu telat sih kasih tahunya, baru aja bokap gue setujui untuk liburan di Bali," kata Irfan.
"Ya sudah deh, kalau begitu."
"Eh, omong-omong, Yon, lu sudah belajar buat UAS?"
"Belum, hehehe. Nanti gue numpang belajar tempat lu aja, ya. Lu kan, pinter tuh. Biar gue ketularan pinter gitu,"
"Dasar lu, ya. Ya sudah, selama UAS, lu nginep aja di rumah gue,"
"Oke siap, Bos,"
"Eh, udahan ya, Yon, gue mau tidur,"
"Tidur, atau nelpon Sheren nih,"
"Tidurlah. Gue udah ngantuk banget soalnya,"
"Ya udah, oke deh,"
Irfan menutup telepon. Ia pun meletakkan handphone di meja belajar. Kemudian, dia langsung berbaring di tempat tidur.
***
Keesokan paginya, Irfan sudah terbangun pukul 05.00. Lalu, ia segera beranjak mandi. Selesai mandi, dia bergegas menuju ke lantai bawah.
"Mi, sarapanku mana?" tanya Irfan.
"Eh, anak mami sudah siap saja nih. Bentar, mami siapin dulu sarapannya," kata Mami Helena, "kamu mau roti atau nasi goreng?"
"Hmm, roti saja, deh, Mi. Pakai meises aja sama mentega," jawab Irfan.
"Oke, bentar mami bikinin," ujar Mami Helena.
"Oke, mi," sahut Irfan.
"Omong-omong, Mi, papi belum bangun?" tanya Irfan lagi.
"Udah. Lagi mandi tuh," sahut Mami Helena.
"Ohh, oke deh," ujar Irfan.
Mami Helena segera membuatkan roti. Kemudian, Irfan pun sarapan. Ketika sarapan, Papi Wahyu menyusul sarapan juga. Tak berapa lama, ia pun selesai sarapan. Dia segera berpamitan untuk berangkat sekolah.
"Mi, Pi, aku berangkat, ya," ujar Irfan.
"Diantar mas Yanu atau berangkat sendiri?" tanya Papi Wahyu.
"Aku berangkat sendiri saja naik motor, Pi. Soalnya, aku mau jemput Sheren dulu, pi," jawab Irfan.
"Oke, deh. Hati-hati di jalan," pesan Papi Wahyu.
"Iya, Pi. Oia, aku pulang sore, ya, Mi, Pi," ujar Irfan.
Irfan menuju ke garasi. Ia segera menaiki motor kesayangannya, motor Kawasaki Ninja. Dia pun melajukan motor menuju rumah Sheren. Setelah menjemput kekasihnya itu, ia pun melajukan motor ke sekolah. Di gerbang sekolah, kedua sahabatnya sudah menunggu.
"Eh, Leon dan Yuno sudah nungguin di sini aja," kata Irfan sambil membuka helm.
"Iya, nih. Gue sama Yuno mau minta diajarin buat ulangan nanti, nih," ujar Leon.
"Beib, Kak Leon, dan Kak Yuno, aku ke kelas duluan, ya," potong Sheren.
"Oh, iya, sweety. Eh, iya, nanti kutunggu pulang sekolah di parkiran, ya," pesan Irfan.
"Beib, tapi, aku ada ekskul dulu, gimana?" sahut Sheren.
"Gak apa-apa, aku juga, kan, ekskul basket dulu," ujar Irfan.
"Ya udah, oke deh, beib."
"Oke, nanti sore, kutunggu jam empat di parkiran, ya."
Sheren mencium pipinya Irfan dengan mesra. Kemudian, ia berjalan menuju ke kelasnya meninggalkan kekasihnya itu bersama kedua sahabat kekasihnya.
"Hmm, woy, masih ada orang lain kali di sini, ya, jangan mesra-mesra, kenapa," protes Leon.
"Iya nih, ga menghargai perasaan yang jomblo. Berasa dunia milik berdua aja." tambah Yuno.
Irfan cuma menyengir aja ketika kedua sahabatnya itu protes.
"Udah daripada protes, ayo kita ke kelas saja," ujar Irfan.
"Ya udah, ayo cuss. Daripada kita telat, kan jam pertama ulangan bu Medi," sahut Leon.
Irfan dan kedua sahabatnya itu segera melangkahkan kaki menuju kelas. Sebelum jam pelajaran mulai, ia mengajari Leon dan Yuno. Tak berapa lama, bel masuk pun berbunyi. Jam pertama adalah ulangan mata pelajaran Bu Medi. Sungguh beruntung buatnya, karena sudah belajar dari kemarin sehingga dia mampu menjawab soal ulangan yang diberikan.
***
Siang hari, pada pukul dua, seusai jam pelajaran terakhir berakhir.
"Fan, ikut ekskul basket?" tanya Leon.
"Ikut, ini gue mau ke toilet ganti baju," kata Irfan.
"Bareng, kalo gitu,"
Irfan dan Leon menuju ke toilet untuk berganti pakaian. Kekasih Sheren itu berganti pakaian seragam dengan kaos tanpa lengan. Ia pun mulai membuka seragamnya. Sahabatnya, Leon, sangat terpukau dengan postur badannya yang kian hari semakin terbentuk.
"Wuih, Fan. Badan lu makin bagus terbentuk aja," puji Leon.
"Iya dong. Gue, kan, tiap minggu rajin olahraga," ujar Irfan, "emang lu, tiap minggu pagi pasti masih ngorok di tempat tidur aja."
"Hehehe. Iya, sih, makanya badan gue gini-gini aja," Leon pun mengakuinya.
Irfan sudah selesai berganti pakaian. Ia segera menuju ke lapangan bersama Leon. Di lapangan, pelatih dan teman yang lain sudah berkumpul. Mereka berlatih dan bermain basket sekitar satu jam lebih. Selesai latihan, Irfan segera berganti pakaian lagi. Kemudian, ia menuju ke parkiran untuk menunggu kekasihnya. Tidak sampai lama menunggu, pujaan hatinya itu datang ke parkiran.
"Beib, sori ya, agak lama," kata Sheren.
"Buat kamu, abang pasti akan selalu menunggu kok," ujar Irfan.
"Gombal ah, beib," sahut Sheren.
"Hehehe. Sudah, yuk, kita jalan pulang," ajak Irfan.
Dalam perjalanan pulang ke rumah.
"Sweety, sudah ada rencana liburan semester ini?" tanya Irfan.
"Belum, beib," jawab Sheren.
"Ikut liburan ke Bali aja, yuk," ajak Irfan.
"Hmm, aku bilang papa dulu, ya, beib," sahut Sheren.
"Papa dan mamamu ajak aja sekalian," kata Irfan.
"Ya udah, nanti aku kabari lagi, ya, beib," ujar Sheren.
"Oke deh. Kalau butuh bantuan bujuk papamu bilang sama aku, ya. Nanti biar aku minta tolong papiku untuk bujuk papamu."
"Siap, beib, sayang."
Karena keasyikan mengobrol, tidak terasa mereka berdua sudah sampai depan rumah Sheren. Di depan rumah kekasih Irfan itu, rupanya ibu pujaan hatinya, tante Irma baru menyiram tanaman.
"Sore, tante," sapa Irfan.
"Eh, Fan, sore juga," balas Tante Irma.
"Ini, Tan, aku nganter si Sheren," ujar Irfan.
"Oh iya. Terima kasih. Mampir dulu, Fan," tawar Tante Irma.
"Gak deh, Tan. Kapan-kapan aja. Aku buru-buru mau balik. Capek tadi abis main basket," Irfan menolak secara halus.
"Oh, ya sudah. Salam ya buat mami papimu."
"Iya, Tan."
Irfan menghidupkan motor kembali. Ia bergegas menuju ke rumah. Setiba di rumah, anak bungsu Papi Wahyu itu langsung menuju ke kamar di lantai dua. Dia segera melempar tasnya. Kemudian, ia menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi, Irfan berkaca melihat tubuhnya sendiri. Ia pun berpikir dalam hati, "Benar juga apa yang dikatakan Leon, badanku semakin terbentuk aja." Kemudian, dia pun segera mandi. Keluar dari kamar mandi, ternyata kedua sahabatnya sudah ada di kamarnya.
"Eh, kalian sudah ada di sini aja. Untung aja, gue pakai handuk," kata Irfan.
"Alah, sesama cowok ini juga," sahut Leon.
"Hehehe, iya sih," ujar Irfan.
Irfan pun segera berganti pakaian. Leon dan Yuno itu memang sudah biasa main di rumah setiap menjelang weekend dan biasanya mereka juga selalu menginap. Apalagi, Senin besok sudah mulai UAS. Kedua sahabatnya itu berencana menginap selama seminggu untuk belajar bersama.
"Fan, ada game baru, gak lu?" tanya Leon.
"Belum ada, Yon. Gue belum beli lagi," jawab Irfan.
"Payah, lu,"
"Eh, gimana kalau kita nonton film?" usul Yuno.
"Film apaan?" tanya Irfan.
"Pokoknya bagus, lah. Gue baru download kemarin, tapi gue belum tonton," ujar Yuno.
"Ya udah, boleh saja," kata Irfan.
Yuno pun menyetel filmnya. Ternyata, film dewasa. Irfan pun langsung mematikannya.
"Fan, kok, dimatiin?" keluh Yuno.
"Gila lu, nonton ginian di rumah gue. Nanti, kalau mami papi gue tahu gimana?" marah Irfan.
"Ga bakal ketahuan, deh," sahut Yuno.
"Gak, ah," larang Irfan.
Sementara, Leon cuma tertawa terkekeh-kekeh melihat kelakuan Irfan yang sedang memarahi Yuno. Akhirnya, nonton film pun dibatalkan.
"Kita keluar aja, yuk, refreshing sebelum UAS," usul Irfan.
"Boleh, mau kemana?" tanya Leon.
"Ke mall aja, nongkrong," jawab Irfan.
"Boleh tuh," samber Yuno.
Irfan dan kedua sahabatnya itu pun pergi ke mall dengan diantar mas Yanu naik mobil. Mereka bertiga nongkrong di mall sekitar satu jam. Jam sembilan malam, mereka balik ke rumah Irfan.
***
Pagi harinya, di hari Sabtu.
"Leon, Yuno, bangun yuk. Kita jogging," ajak Irfan.
"Gak ah, males," kata Leon.
"Yah, lu gimana sih, Yon, katanya mau badannya bagus kayak gue," ledek Irfan.
"Eh, iya," ujar Leon, "Ya udah, tunggu bentar,"
"Gue tunggu di bawah, ya," kata Irfan.
Irfan keluar dari kamar. Kemudian, ia menuju ke lantai satu. Sementara itu, Leon dan Yuno sedang bersiap-siap.
"Eh, anak mami udah bangun," ujar Mami Helena.
"Iya, mi, mau jogging pagi," sahut Irfan.
"Hmm, kalian mau jogging? Mas ikut dong," ujar Mas Banu tiba-tiba.
"Boleh, Mas, ayo aja," kata Irfan.
"Tunggu sebentar, ya. Mas ganti pakaian dulu," kata Mas Banu
"Oke siap, Mas," sahut Irfan.
Tak berapa lama, mereka berempat siap untuk jogging. Mereka jogging mengelilingi komplek perumahan tempat Irfan tinggal. Jam sembilan pagi, keempat lelaki itu pun menyudahi joggingnya. Namun sebelum balik, mereka sarapan dulu di tempat mie ayam langganan. Usai kenyang makan mie ayam, keempat pria muda tersebut balik ke rumah. Tiba di rumah, tampak papinya Irfan sedang duduk di teras rumah. Pria tersebut menyambut dua anaknya dan sahabat anaknya itu.
"Eh, abis dari mana nih?" tanya Papi Wahyu.
"Abis jogging, pi," jawab Irfan.
"Ohh. Kok, papi ga diajak," sungut Papi Wahyu.
"Tadi, kan, papi masih ngorok di kamar," ujar Irfan.
"Iya sih," sahut Papi Wahyu sambil menyengir.
Irfan dan kedua sahabatnya serta Mas Banu masuk ke rumah. Kemudian, secara bergantian, keempat lelaki itu mandi. Selesai mandi, Irfan bersama kedua temannya itu berkumpul di kamar.
"Fan, kita mau ngapain, nih? Bosen nih gue," kata Leon.
"Iya, nih," sambung Yuno.
"Ya udah, apa kita mau ke mall lagi?" usul Irfan.
"Bosen, ahh. Ngemall mulu," sahut Leon.
"Terus mau ngapain?" tanya Irfan.
"Nonton film yang batal kemarin aja," ujar Leon.
"Setujuuu," seru Yuno.
"Gak, gak ah," larang Irfan.
"Ya udah, lu merem aja, gak usah nonton," kata Leon.
"Yeee, ntar kalau mami papi gue tiba-tiba masuk kamar gimana?" cecar Irfan.
"Kok, lu gak cerdas, sih, Fan," sahut Leon, "kita kunci, lah kamarnya, Fan."
Tanpa basa-basi lagi, Yuno pun langsung mengunci pintu kamar. Kemudian, dia menyetel film kemarin. Irfan pun hanya mengintip saja.
"Udah, buka aja tangan lu, ngintip-ngintip doang," ledek Leon.
"Gak ah. Kita kan belum tujuh belas tahun, masa nonton beginian," tolak Irfan.
"Sok suci lu, ah," ejek Yuno.
Sejam sudah, film itu berlangsung. Lama kelamaan, Irfan pun sudah tertidur. Film pun sudah habis, Leon dan Yuno pun menyusul tidur. Hingga siang hari, terdengar teriakan Mami Helena memanggil anak bungsunya itu untuk makan siang. Irfan pun terbangun dan membangunkan kedua sahabatnya juga. Mereka bertiga pun turun ke lantai satu untuk makan siang. Selanjutnya, seusai makan, mereka bertiga kembali lagi ke kamar.
"Gaes, kita mau belajar jam berapa, nih?" tanya Irfan.
"Sore aja, sekarang, gue mau leha-leha dulu," jawab Leon.
Leon membuka pintu kamar Irfan yang menuju ke balkon. Ya, kamar sahabatnya memang memiliki balkon yang menghadap ke arah kolam renang belakang rumah. Ia duduk-duduk di balkon. Ternyata, di kolam renang, terdapat cewek cantik yang sedang berenang di kolam. Dia pun memanggil sahabatnya yang paling pintar itu.
"Fan, sini deh," panggil Leon.
"Ada apa sih?" tanya Irfan seraya berjalan menghampiri tempat Leon berada.
"Itu yang berenang di bawah siapa, ya?" tanya Leon.
"Yang mana?" tanya Irfan lagi.
"Itu cewek cantik yang pakai baju renang pink," kata Leon sambil menunjuk orang yang dimaksud.
"Ohh itu. Itu sih, temannya Mba Revi. Namanya Mba Tiara," jelas Irfan.
"Cantik juga, boleh kali, ya, gue pacarin," ujar Leon.
"Dih, lu demen sama yang lebih tua, ya," ejek Irfan.
"Biarin aja. Gue mau turun, ah, nyusul ke sana," sahut Leon.
Leon turun ke lantai satu. Ia pun segera berjalan ke halaman belakang, tempat kolam renang berada. Irfan dan Yuno pun menyusul mengikutinya. Di halaman belakang, ia langsung menemui kakak sahabatnya itu.
"Hai, Mba Revi, boleh ikut berenang?" tanya Leon.
"Eh, Yon. Boleh, lah, lu kan masih temen adik gue yang super ganteng dan imut ini," kata Mba Revi sambil mencubit pipinya Irfan.
"Ih, Mba Revi, apaan sih," kata Irfan.
Leon dan kedua sahabatnya segera melepas kaos mereka. Kemudian, ketiga laki-laki tersebut langsung terjun ke kolam renang. Tanpa basa-basi, Leon langsung berenang menghampiri teman kakak sahabatnya itu.
"Halo, kak, boleh kenalan, gak?" sapa Leon.
"Boleh," sahut Mba Tiara.
"Namaku Leon. Panggil aja Leon ganteng," ujar Leon
"Boong tuh mba. Seharusnya, Leon jelek aja," potong Irfan.
"Ihh, apaan sih lu, Fan, nyamber aja kayak petasan," kata Leon.
Irfan dan Yuno hanya tertawa saja di kolam. Leon pun terus melancarkan serangannya. Akan tetapi, usahanya itu gagal karena Mba Tiara tidak mau pacaran sama brondong. Mereka semua pun berenang hingga jam tiga sore.
"Gaes, udahan yuk, katanya, kan, mau belajar sore ini," ajak Irfan.
"Ya udah, ayo," sahut Yuno.
Irfan dan kedua sahabatnya itu segera menyudahi berenangnya. Mereka bertiga pun segera mandi bergantian. Selesai ketiga lelaki itu mandi, mereka mulai belajar untuk UAS hari pertama, lusa yang akan datang. Tidak terasa, ketiga cowok muda itu belajar hingga jam tujuh malam.
Cacing dalam perut Irfan dan kedua sahabatnya itu pun sudah mulai demo. Itu pertanda bahwa mereka bertiga sudah lapar. Karena itu, ketiga pria tersebut langsung turun ke lantai satu untuk makan malam. Tiga serangkai itu makan malam hanya sebentar saja. Kemudian, mereka langsung balik lagi ke kamar seusai makan. Di kamar, ketiga sahabat itu menonton Youtube sampai jam sepuluh. Karena rasa kantuk mulai menyerang dan mata serta tenaga mereka bertiga sudah lelah akibat aktifitas seharian, maka mereka bertiga pun menyudahi untuk menonton Youtube. Ketiga lelaki itu pun menuju ke tempat tidur dan beristirahat.
***
Hari Senin pun tiba. UAS pun dimulai. Irfan dan kedua sahabatnya pun berhasil melalui UAS dengan baik. Ketiga sahabat itu selalu belajar bersama setiap harinya hingga malam. Di hari terakhir UAS, Irfan bersama kedua sahabatnya berkumpul di parkiran motor sebelum pulang.
"Akhirnya, kita bisa melalui UAS semester ini, ya, gaes," ujar Irfan.
"Iya, nih, berkat lu juga, Fan," sahut Leon.
"Iya, btw, lu jadi ke puncak, Yon?" tanya Irfan.
"Jadi, gue ajak Yuno aja jadinya, kan lu gak bisa," ujar Leon.
"Iya, Yon, sori deh, lain waktu ya," Irfan memohon maaf karena tidak bisa mengabulkan ajakan sahabatnya itu.
"Iya, Fan, gue juga telat, kok, ajak lunya," ungkap Leon.
"Udah yuk, kita balik pulang," ajak Irfan.
"Lu ga nunggu Sheren?" tanya Leon.
"Oh, iya," sahut Irfan.
Tidak berapa lama, kekasih Irfan itu pun muncul. Keempat siswa sekolah tersebut pun balik ke rumah masing-masing.
Kejadian apa yang akan terjadi saat berlibur?
Nantikan kelanjutan ceritanya terus di bagian berikutnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar