BAB III
MASALAH BELUM KELAR
Senin pagi, dua hari setelah peristiwa mereka bertemu dengan Pak Bayu, Irfan dan Mas Banu menuju ke kantor polisi untuk mencabut laporan. Setiba di kantor polisi, mereka disambut oleh Iptu Yugo Iriawan.
"Halo, selamat pagi, ada yang bisa dibantu?" tanya Iptu Yugo.
"Halo, pagi. Eh, kamu mas Yugo, kan, yang pernah ketemu di Fitness Centre," ujar Irfan.
"Iya, saya Yugo. Sebentar, kamu Irfan ya, yang artis itu," seru Iptu Yugo.
Irfan pun membenarkan pernyataan Iptu Yugo. Kemudian, polisi itu berkata lagi, "Ya ampun. Ada perlu apa nih, Fan?"
"Mas Yugo kerja di kepolisian sini, toh," kata Irfan.
"Iya, Fan. Aku kerjanya di kantor yang sini," sahut Iptu Yugo.
"Ohh, gini, mas, aku mau cabut laporan tuntutanku," ujar Irfan.
"Laporan? Laporan apa kamu?" cecar Iptu Yugo.
"Ceritanya panjang, mas," sahut Irfan.
"Ya sudah, kalau gitu. Kamu aku antar ketemu atasan saya, ya,"
"Oke, Mas. Oia, Mas, kenalin ini kakakku, Mas Banu," kata Irfan.
Mas Banu pun mengulurkan tangannya dan berkata, "Halo, Banu."
"Yugo," balas Iptu Yugo, "ya sudah kita ke dalam, yuk."
Iptu Yugo mengantar pria yang pernah ditemuinya di Fitness Center itu dan kakaknya menemui komandan kepolisian. Pimpinannya Iptu Yugo itu menyambut mereka dengan ramah.
"Halo, selamat pagi. Dengan saudara siapa ini?" sapa komandan kepolisian tersebut.
"Pagi, pak. Aku, Irfan," balas Irfan.
"Ohh, saudara Irfan. Iya, saya tahu, ada keperluan apa?" tanya komandan kepolisian tersebut.
"Gini, pak, Aku mau cabut tuntutanku. Aku sudah sepakat dengan Pak Bayu, Bapaknya Rifat akan menyelesaikan permasalahan ini dengan secara kekeluargaan," jelas Irfan.
"Oh, oke, baik. Sebentar saya proses dahulu," sahut komandan kepolisian tersebut.
Komandan kepolisian tersebut segera memproses pencabutan laporan tuntutan. Selesai memproses, sang pimpinan pun memerintahkan Iptu Yugo menemui petugas sipir supaya segera membebaskan Rifat dan Caroline. Ia pun segera menuju ke ruang sel tahanan. Sang petugas sipir pun melepaskan kedua tahanan tersebut. Dengan diantar oleh Iptu Yugo, Rifat dan Caroline berjalan menuju ruangan komandannya. Di sana, kedua narapidana tersebut bertemu dengan Irfan dan Mas Banu. Narapidana pria itu pun langsung berlutut di depan Irfan.
"Fan, maafin gue, ya. Gue menyesal telah melakukan itu ke lu," ujar Rifat.
"Iya, Fat. Udah gue maafin," sahut Irfan.
"Gue janji, deh, Fan, gue gak akan mengganggu hubungan lu lagi dengan Sheren. Gue udah mengikhlaskannya. Gue pun memutuskan akan menjalin hubungan dengan Caroline," jelas Rifat.
"Wah, selamat, deh, ya. Kalian berdua jadian," seru Irfan.
"Iya, Fan. Terima kasih," sahut Rifat.
"Ya sudah, sekarang berdiri," perintah Irfan.
Rifat pun bangkit berdiri.
"Kalian berdua pulang naik apa? Bareng kita, aja, ya. Nanti, gue anterin sampai rumah lu di Pondok Indah," kata Irfan.
"Wah, makasih sekali lagi, Fan. Baik banget, sih, lu, jadi orang, padahal gue udah jahatin lu," ujar Rifat.
"Iya kan, jahat ga perlu dibalas dengan kejahatan lagi. Ya sudah, yang penting sekarang lu sudah bertobat dan menyesal," nasihat Irfan.
Irfan dan Mas Banu berpamitan. Kemudian, ia dan kakaknya itu mengantar Rifat dan Caroline menuju ke rumah Rifat di Pondok Indah. Selesai menurunkan mereka, ia dan kakak laki-lakinya itu langsung pulang ke apartemen tanpa mampir lagi terlebih dahulu. Hari itu, Irfan merasakan kelegaan. Masalah itu pun akhirnya kelar.
***
Hari berganti hari, tidak terasa, Sheren akan mengakhiri liburan di Jakarta. Sehari sebelum kepulangan dirinya, kekasihnya mengajak dia makan di luar. Mereka berdua makan di salah satu restoran di Jakarta.
"Sweety, akhirnya masalah kita kelar juga ya," ujar Irfan.
"Iya nih, akhirnya, beib. Tadinya aku sempat khawatir juga dan deg-degan," sahut Sheren.
"Aku terima kasih sekali, ya, sweety. Untung kamu tidak mudah terpengaruh dengan foto kiriman Rifat," kata Irfan.
"Iya, beib. Aku, kan, pernah bilang, kalau aku akan selalu percaya kepadamu, kalau kamu tidak akan pernah selingkuh," jelas Sheren.
"Iya, sweety. Oia, sebentar lagi kamu balik, nih, ke Semarang. Ya, kita berjauhan lagi dong, baru sebentar, ya," seru Irfan.
"Iya, nih, beib. Kan, kita sudah harus sekolah lagi," ujar Sheren.
"Iya, sweety, aku minggu depan juga sudah mulai homeschooling," sahut Irfan
"Iya, beib. Kamu di sini tetap jaga kepercayaanku, ya," pesan Sheren.
"Oke, siap, bu bos."
"Apaan sih, kamu."
"Hehehe. Oia, ini ada sedikit oleh-oleh buat kamu bawa, aku titip juga buat Yuno dan Leon, ya," ujar Irfan.
Irfan memberikan beberapa buah tangan untuk dibawa Sheren ke Semarang. Irfan dan Sheren melanjutkan makan malamnya. Tanpa terasa, malam sudah larut. Akhirnya, mereka pun pulang ke apartemen.
***
Pagi harinya, Sheren bersama Om Yudi berpamitan kepada Irfan dan mas Banu untuk pulang ke Semarang. Irfan dan Mas Banu pun mengantar Sheren dan Om Yudi menuju ke Bandara Soekarno Hatta. Setelah pesawat yang dinaiki oleh kekasihnya itu take off, ia dan kakaknya kembali menuju ke apartemen.
Kehidupan Irfan kembali berlangsung seperti biasa. Ia pun harus mulai membagi waktu antara jadwal syuting dan homeschooling-nya. Kegiatan rutin seperti itu berlangsung terus hingga enam bulan.
Saat liburan akhir semester, Irfan dan Mas Banu berencana untuk pulang ke Semarang. Mas Banu pun sudah memesan tiket pesawat untuk dua orang. Mereka berdua pun sengaja tidak memberitahu orang tua mereka kalau mereka akan pulang ke Semarang. Tujuan mereka tidak memberitahu dikarenakan mereka ingin memberi kejutan.
Tibalah waktunya untuk Irfan dan Mas Banu pulang ke Semarang. Mereka pun menaiki pesawat dengan penerbangan paling pagi yaitu jam tujuh. Tiba di Bandara Ahmad Yani, Semarang pada pukul 07.45. Usai mendarat di Bandara Ahmad Yani, mereka segera meluncur ke rumah dengan menaiki taksi online. Tiba di rumah, Irfan langsung mengetuk pintu. Dari dalam rumah, ibu mereka berlari membuka pintu. Ketika membuka pintu, sang ibu pun langsung terkejut.
"Irfan, Banu, anak mami," seru Mami Helena
"Iya, Mi," sahut Irfan.
"Kok pulang, gak bilang-bilang. Kalau bilang, kan dijemput di bandara."
"Sengaja, Mi, mau bikin kejutan, hehehe," ujar Irfan.
Mami Helena mengajak Irfan dan Mas Banu masuk.
"Pi, Rev, nih, Irfan dan Banu pulang dari Jakarta," kata Mami Helena.
Papi Wahyu dan Mba Revi keluar kamar. Mereka segera turun menemui Irfan dan Banu di ruang makan.
"Eh, anak papi, ingat pulang juga ke Semarang," kata Papi Wahyu.
"Ingatlah, Pi, masa gak ingat," sahut Mas Banu.
"Kirain, sudah betah di Jakarta, tidak mau balik lagi ke Semarang," ujar Papi Wahyu
"Ya gaklah, pi, kita masih mau, kok, balik Semarang," ujar Irfan.
Selesai berbincang sebentar, Irfan dan Mas Banu menuju kamar masing-masing. Irfan kangen dengan kondisi kamar lamanya. Begitu membuka kamar, ternyata kondisinya tidak berubah dari sejak dia tinggal setengah tahun yang lalu. Ia pun langsung merebahkan badannya di atas kasur. Dia pun langsung tertidur.
Sore hari.
"Fan, bangun nak," kata Mami Helena.
Irfan mengucek mata. Kemudian, ia bertanya kepada Mami Helena, "Mi, memang sudah jam berapa?"
"Sudah jam 6 sore, tuh," jawab Mami Helena.
"Hah, lama juga, aku tidur. Mi, ada makanan gak? Laper nih, dari pagi belum makan," ujar Irfan.
"Hah, kamu belum makan dari pagi?" kaget Mami Helena.
"Iya, mi," sahut Irfan.
"Ya sudah, mandi sana, terus ditunggu makan di ruang makan," ujar Mami Helena.
"Oke, mi."
Irfan segera beranjak dari tempat tidur. Ia pun bergegas menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, dia mengenakan pakaian. Kemudian, ia turun ke lantai satu.
"Hmm, artis kita, akhirnya turun juga," kata Mba Revi.
"Apa sih, mba?" ujar Irfan.
"Sudah-sudah, jangan berantem. Ayo Irfan pimpin doa, kita makan malam bersama," perintah Papi Wahyu.
Irfan segera memimpin doa makan. Setelah berdoa usai, keluarga Irfan pun makan malam bersama. Hari itu, Bik Iyah diminta oleh maminya untuk memasak Sup Iga kesukaannya. Ia pun menyantapnya dengan lahap. Seusai makan malam, dia kembali ke kamar. Di kamar, ia menelepon salah satu sahabatnya.
"Halo, Yon," sapa Irfan.
"Eh, Fan, tumben lu nelepon," sahut Leon.
"Hehehe, iya nih, baru sempat," ujar Irfan.
"Sombong lu, mentang-mentang sudah jadi anak Jakarta, jarang ngehubungi kita-kita," kata Leon.
"Hehehe. Omong-omong, lu lagi libur, kan?" tanya Irfan.
"Iya nih, Fan, 2 mingguan," jawab Leon.
"Hmm, lu gak kangen gue?" tanya Irfan lagi.
"Kangen sih, tapi kan, jauh, kalau gue harus nyamperin lu ke Jakarta," jawab Leon.
"Ngapain jauh-jauh ke Jakarta? Gue lagi di rumah Semarang, kok, nih," ujar Irfan.
"Eh, lu lagi di sini, toh, kok gak bilang-bilang, sih, kalau lu pulang Semarang."
"Hehehe, sengaja dong."
"Sial lu. Ya udah, besok gue main ke rumah lu sama Yuno," janji Leon.
"Oke, gue tunggu, ya, kedatangan lu di rumah gue."
"Siap, Fan. Besok gue datang agak siang, ya."
"Oke, Yon. Omong-omong, oleh-oleh dari gue kemarin ini, nyampe, kan?" tanya Irfan.
"Nyampe kok. Sheren sudah ngasih ke gue," sahut Leon, "terima kasih, ya, Fan."
"Sama-sama, Yon."
Irfan mengakhiri panggilan teleponnya dengan Leon. Kemudian, ia pun beristirahat malam itu.
***
Esok paginya, Irfan bangun pukul delapan. Ia pun langsung mandi. Sehabis mandi, dia sarapan roti dan susu di ruang makan. Selagi sarapan, ia mendapat chat Whatsapp dari Om Ramdan di layar handphone yang berisi:
Fan, besok bisa ikut syuting? Ini syutingnya di Semarang, kok. Soalnya, Om dengar kamu ada di Semarang, makanya om ajak kamu syuting.
Irfan membalasnya:
Bisa om, syuting di mana?
Tidak lama, Om Ramdan membalas kembali:
Syuting di sekitar dekat Lawang Sewu
Irfan kembali membalasnya:
Oke, om
Selesai chat-an dengan Om Ramdan, Irfan kembali menuju ke kamar. Jam sepuluh, Leon dan Yuno datang. Kedua sahabatnya itu langsung masuk ke dalam kamar Irfan. Salah satu sahabatnya itu melihatnya tidur pun langsung berteriak, "Irfannnn..., gue kangen lu."
Irfan pun terbangun.
"Eh, lu dateng-dateng, ga tahu sopan santun, ya," kata Irfan.
"Fan, omong-omong, kapan lu datang?" tanya Yuno.
"Kemarin pagi, Yun. Belum lama, kok, gue datangnya," jawab Irfan.
"Ohhh, berapa lama lu di sini?" tanya Yuno lagi.
"Gue palingan awal tahun depan sudah balik lagi ke Jakarta," sahut Irfan.
"Maen ke mall, yuk," ajak Yuno.
"Jangan sekarang, ah, gue masih kangen kamar gue," tolak Irfan.
"Ya sudah, besok," tawar Yuno.
"Yahh, gue besok juga gak bisa, gue harus syuting," tolak Irfan lagi.
"Ya susah deh, kalau temenan sama artis. Dikit-dikit syuting," seru Yuno.
"Ya abis mau gimana lagi, lusa deh, kita main ke mall," janji Irfan.
"Ya sudah, sekarang, gue pinjem PS lu, ya, masih ada kan?" ujar Yuno.
"Masih, tuh, sana main, gih, gue lanjutin tidur gue lagi, ya," kata Irfan.
"Eh, lu, Fan. Kita berdua datang, malah lu tinggal tidur," ujar Leon.
"Iya, iya," sahut Irfan.
Irfan pun tidak jadi melanjutkan tidurnya. Akhirnya, Irfan bersama kedua sahabatnya itu main PS sampai sore. Sore hari, kedua sahabatnya pun berpamitan pulang ke rumah. Bersamaan dengan mereka, Irfan juga ikut keluar rumah. Ia segera menaiki motor ninjanya yang sudah lama tidak dipakai. Dia pun melajukan sepeda motornya menuju rumah kekasihnya. Setiba di rumah kekasihnya itu, ia segera mengetuk pintunya.
"Syalom," kata Irfan.
Dari dalam, tampak seseorang membuka pintu.
"Eh, Nak Irfan. Kapan datang dari Jakarta?" kata Tante Irma yang membuka pintu.
"Kemarin, Tan," jawab Irfan.
"Bentar, ya, tante panggil Sherennya," ujar Tante Irma.
"Iya, tan," sahut Irfan.
Tante Irma memanggil Sheren. Sementara itu, Irfan menunggu di ruang tamu. Tak berapa lama, kekasihnya itu datang menghampiri.
"Eh, beib, apa kabar?" kata Sheren.
"Baik. Dirimu bagaimana?" kata Irfan.
"Baik juga. Kamu sampai kapan di Semarang?" tanya Sheren.
"Dua minggu, aku di Semarang," jawab Irfan.
"Ohh, terus kamu ke sini mau apa?"
"Aku kangen sama kamu. Jalan yuk," ajak Irfan.
"Yahh, beib. Sori, kalau malam ini, aku gak bisa," tolak Sheren.
"Ya sudah, besok aja, deh, sekalian temani aku syuting, ya," rayu Irfan.
"Lah, kamu di sini tetap ada syuting juga," ujar Sheren.
"Ada. Tadi pagi, Om Ramdan chat aku, dia minta aku datang syuting," jelas Irfan.
"Ohh gitu. Ya sudah, besok aku temani. Abis itu, kita jalan ke mall," sahut Sheren.
"Oke, siap."
Selesai mengobrol, Irfan pun pamitan pulang ke rumah. Ia kembali menaiki sepeda motornya menuju ke rumah. Tiba di rumah, dia pun langsung menuju ke kamar. Kemudian, ia beristirahat kembali.
***
Keesokan pagi, Irfan dan Sheren berangkat menuju ke lokasi syuting. Irfan pun syuting seperti biasa hingga siang hari. Seusai syuting, sesuai janji kemarin, mereka berdua jalan-jalan ke mal. Mereka juga makan siang di mal. Sore hari, mereka baru kembali ke rumah masing-masing.
Esok harinya lagi, giliran Irfan menepati janjinya dengan Leon dan Yuno untuk jalan-jalan ke mal. Tanpa terasa, liburannya pun sudah berakhir. Irfan dan Mas Banu harus kembali menuju ke Jakarta. Mereka harus kembali beraktifitas seperti biasa.
Suatu hari, saat hari ulang tahun Irfan, Mas Banu memberi kejutan kepada adiknya itu di pagi hari.
"Irfan, selamat ulang tahun adikku," ucap mas Banu seraya membawa kue ulang tahun.
"Terima kasih, mas," sahut Irfan.
Irfan meniup lilin. Kemudian, ia pun memotong kue. Dia membagi kuenya kepada Mas Banu. Lalu, ketika makan kue, Mas Banu pun berkata, "Fan, mami, papi, sama Mba Revi mau datang ke Jakarta, loh, siang ini."
"Oh ya?" tanya Irfan memastikan.
"Iya, mereka naik kereta Argo Sindoro," ujar Mas Banu.
"Tumben, papi mau naik kereta biasanya pesawat mulu," sahut Irfan keheranan.
"Ga tahu tuh tiba-tiba maunya naik kereta," kata Mas Banu.
"Mereka jalan jam 6 pagi tadi, dong," ujar Irfan.
"Iya, diperkirakan, sih, jam 12 siang sudah sampai Gambir."
"Oke, mas."
Irfan pun melanjutkan makan kue sebagai ganti sarapan hari itu. Siang hari, sekitar jam sepuluh, Irfan sedang asyik menonton televisi. Ia sedang menonton saluran berita. Dia terkaget begitu mendengar berita. Dalam berita, dikatakan bahwa kereta api Argo Sindoro baru saja mengalami anjlok, beberapa penumpang ada yang mengalami luka berat dan ringan. Dikatakan lagi dalam berita, bahwa penumpang yang luka-luka dibawa ke Rumah Sakit Persahabatan. Ia pun segera mematikan televisi. Kemudian, dia bergegas menelepon Mas Banu yang ada di kantor.
"Mas, buruan balik," kata Irfan di telepon.
"Ada apa, Fan?" tanya mas Banu.
"Barusan, Irfan menonton berita di TV. Dalam berita, diinfokan bahwa baru saja terjadi kereta Argo Sindoro anjlok," ujar Irfan.
"Hah, itu kan kereta yang dinaiki papi, mami, dan Revi," kaget Mas Banu.
"Iya, Mas. Makanya buruan balik, kita ke Rumah Sakit Persahabatan untuk mengecek keberadaan mereka," seru Irfan.
"Oke, sebentar lagi, mas akan balik ke apartemen untuk menjemput kamu. Terus, kita sama-sama menuju ke rumah sakit," ujar Mas Banu.
"Iya, mas. Aku siap-siap dulu," sahut Irfan.
Irfan pun berganti pakaian. Sementara, Mas Banu meluncur balik ke apartemen dari kantornya. Tidak lama, Ia pun tiba di apartemen. Ia menjemput adiknya itu. Kemudian, ia bersama adiknya meluncur ke rumah sakit. Untungnya, jalanan lagi bersahabat, sehingga mereka cukup menempuh satu jam perjalanan untuk sampai di rumah sakit. Ketika mereka tiba di rumah sakit, sudah banyak keluarga korban yang berkumpul. Mereka pun segera memeriksa daftar korban kecelakaan kereta anjlok. Dalam daftar tersebut tampak tertulis nama papi, mami, dan Revi. Mereka bertiga masih dirawat di IGD RS Persahabatan. Irfan dan mas Banu pun memaksa masuk ke dalam IGD. Namun dicegat oleh petugas. Akan tetapi, akhirnya mereka pun tetap diperbolehkan masuk karena masih salah satu anggota keluarga korban. Mereka langsung menuju ke ruang IGD. Mereka pun menanyakan bed mana papi, mami, dan Revi berada. Ternyata bed mereka bertiga bersebelahan. Mereka pun segera menghampiri bed tersebut. Ketika mereka berdua menghampiri, Mba Revi sudah dalam kondisi sadar.
"Mba Revi, kok bisa begini?" tanya Irfan.
"Iya, Fan. Mba gak tahu juga nih, ternyata kereta yang kita naiki anjlok," jelas mba Revi.
Tidak lama, Mami Helena pun ikutan sadar.
"Revi, dimana kamu?" kata Mami Helena waktu sadar.
"Mi, ini aku di sebelah," kata Mba Revi.
Mas Banu yang juga mendengar suara Mami Helena langsung bergerak mendekati bed tempat maminya terbaring. Ia pun langsung berkata, "Mi, gak usah bergerak dulu."
"Eh, ada Banu. Irfan mana?" tanya Mami Helena.
Mendengar ditanya keberadaannya, Irfan juga langsung mendekat ke bed maminya terbaring. "Ini, mi. Aku ada di sini," kata Irfan.
Mami Helena dan Mba Revi ternyata hanya mengalami luka ringan sehingga tidak terlalu parah. Siangnya, mereka berdua pun sudah bisa pulang. Namun, kondisi Papi Wahyu belum sadarkan diri. Papinya Irfan itu perlu mendapat perawatan intensif. Sehingga sementara waktu, ayah tiga anak tersebut dipindahkan ke ICU.
Setelah melakukan proses pemindahan papinya ke ICU, Irfan dan Mas Banu mengantar mami Helena dan Mba Revi pulang ke apartemen. Tentunya, mereka pun mengambil barang-barang keluarga mereka terlebih dahulu.
Di apartemen, Mba Revi menempati kamar Mas Banu. Mami Helena menempati kamar yang kosong. Kemudian, Irfan pun masuk ke kamar. Setelah semua beres di apartemen, Mas Banu bergegas kembali ke rumah sakit untuk menjaga papinya malam itu. Di kamar, Irfan merasa sedih karena di hari ulang tahunnya bukan kebahagiaan yang dia dapat tetapi musibah kembali menghampirinya. Ia pun cuma bisa menarik nafas saja menghadapi cobaan yang kedua kalinya dalam setahun belakangan terlebih papinya sendiri masih dirawat di ICU. Perasaannya sangat kacau sekali. Akhirnya, daripada dia memikirkan hal itu berkepanjangan, ia pun lebih memilih beristirahat.
Akankah papinya Irfan sembuh?
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nantikan terus kisah selanjutnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar