Terjemahkan

Kamis, 21 Mei 2020

Dari Pacar Menjadi Papa - Part I



Namanya Liana. Ia adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi kenamaan di Pulau Kalimantan tepatnya di Universitas Tanjungpura. Liana tinggal hanya bersama ibunya yang biasa dipanggil Mama Yulia. Usia ibunya ini masih tergolong belum terlalu tua karena ibunya menikah dengan bapaknya sewaktu masih berumur 20 tahun. Bapaknya sudah meninggal sejak lima tahun yang lalu. 
Paras wajah Liana sangat cantik dan menawan karena keturunan ibunya yang cantik pula wajahnya. Ia mempunyai pacar bernama Markus. Pacarnya ini berusia 24 tahun, lima tahun lebih tua dari dirinya. Wajah pacarnya sangatlah tampan seperti youtuber Jerome. Tidak heran, pacarnya itu menjadi idola bagi banyak wanita. Namun, hanya dialah yang mampu menaklukkan kekasihnya itu. Cowoknya itu bekerja di sebuah perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit.
Pada suatu hari, Markus hendak menjemput Liana untuk menonton bioskop di mall. Ia menaiki mobil BMWnya itu menuju ke rumah sang pacar. Ia disambut oleh ibu pacarnya. Hari itu, kebetulan, merupakan kali pertama dirinya datang ke rumah sang pacar. Ibu pacarnya pun juga tidak tahu kalau dirinya adalah pacar anaknya.
"Permisi, Liananya ada?" sapa Markus.
"Hmm," sahut mama Yulia.
Mama Yulia hanya bengong saja melihat wajahnya Markus. Ia terpesona dengan kegantengan wajah seseorang yang kini berada di hadapannya. Markus pun sampai menegurnya kembali.
"Maaf, Liananya ada?" tanya Markus.
Mama Yulia langsung sadar dari lamunannya. Kemudian, Ia pun langsung berkata, "Oh, iya, ada, bentar saya panggilkan."
Mama Yulia masuk ke rumah. Ia memanggil anaknya. Sementara, tamu anaknya itu menunggu di luar.
'Tadi, siapanya Liana, ya? cantik banget wajahnya, masih kelihatan muda sekali. Apa kakaknya, ya?' pikir Markus dalam hati.
Liana keluar menemui pacarnya itu. Sedangkan, Mama Yulia meneruskan masaknya di dapur. Sambil memasak, ia melamun lagi. Dia masih kepikiran akan wajah ganteng tamu anaknya itu. Saking kelamaan melamun, ia pun tidak menyadari kalau masakannya sudah menjadi gosong. Akhirnya, ia membuang makanan yang dimasaknya itu. Kemudian, dia pun terpaksa memasak lagi. Untung saja, bahan masakannya masih mencukupi.
Sementara itu, Liana dan Markus sudah pergi menuju bioskop menggunakan mobil. Ketika dalam perjalanan menuju bioskop, mereka berdua bercakap-cakap di dalam mobil.
"Li, itu tadi, siapa yang buka pintu pas aku datang?" tanya Markus.
"Oh, itu. Itu mamaku, kenapa gitu?" jawab Liana.
"Mamamu? Yang benar saja?" cecar Markus tidak percaya.
"Beneran. Itu mamaku," sahut Liana.
"Kupikir kakakmu. Pantes aja kamu cantik, mamamu aja cantik begitu. Awet muda," ujar Markus.
"Iya dong, makanya kamu tergila-gila, kan, sama aku," sahut Liana.
"Hehehe, iya juga sih," kata Markus.
Karena keasyikan mengobrol, Liana dan Markus tidak menyadari kalau mereka sudah sampai di mall. Mereka pun turun dari mobil. Mereka berdua segera melangkahkan kaki menuju ke area bioskop. Mereka menonton sampai malam. Selesai menonton film, mereka keluar dari studio. Di area luar studio. 
"Sayang, mau makan dulu, nggak?" tanya Markus.
"Gak, ah. Aku mau langsung pulang aja," jawab Liana.
"Oh, ya sudah, kalau begitu, ayo kita balik," ujar Markus.
Markus dan Liana pun memutuskan untuk langsung pulang. Markus mengantar Liana pulang ke rumah. Tiba di rumah pacarnya itu, sang pacar langsung turun dari mobilnya. Ia pun tidak mampir lagi ke rumah pacarnya itu. Maka, dia langsung berpamitan. Kemudian, ia langsung melajukan mobil menuju ke rumah. 
Markus hidup di Kalimantan sendiri. Ia merantau dari sejak kuliah. Kedua orang tuanya sudah lama tiada dari sejak dirinya masih kuliah. Kini, ia harus berjuang hidup sendiri dengan sisa warisan peninggalan ayah dan ibunya yang tidak sedikit jumlahnya termasuk rumah yang ditempati sekarang juga diperoleh menggunakan warisan itu. 
Malam itu, setiba di rumah, Markus langsung menuju ke kamar. Ia berganti pakaian dengan kaus putih dan celana boxernya. Kemudian, dia berbaring di atas tempat tidur. Sebelum tidur, Markus bermain handphone sejenak. Namun, lama kelamaan ia pun tertidur.

2 komentar: