Keesokan hari, pada pagi hari, ketika matahari belum menampakkan diri, Archie sudah bangun dari tidurnya. Ia segera mandi. Selesai mandi, ketika dirinya hendak berganti pakaian, Mang Didin baru bangun dari tidurnya.
"Wah, pagi-pagi sudah rapi saja, nih, Archie," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang. Aku sudah dapat pekerjaan jadi harus rajin datang pagi," sahut Archie.
"Tapi, ini kan, masih jam setengah enam, Archie," kata Mang Didin.
"Tidak apa-apa, Mang," ujar Archie.
"Kamu dapat kerjaan di mana?" tanya Mang Didin.
"Aku kerja jadi tukang kebun di perumahan Pondok Indah," jawab Archie.
"Berarti dekat tempat kerja Mamang, dong," ujar Mang Didin.
"Oh, ya?" sahut Archie.
"Iya, kalau begitu, nanti Mamang antar saja sekalian lewat," Mang Didin mengajukan diri untuk mengantarkan Archie ke tempat kerjanya.
"Waduh, terima kasih, Mang," ucap Archie.
"Ya sudah, sekarang Mamang mau mandi dulu," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang," sahut Archie.
Mang Didin pergi ke kamar mandi untuk mandi. Sementara, Archie menyelesaikan berganti pakaian. Selesai ia berganti pakaian, rupanya si mamangnya pun sudah selesai mandinya. Dia pun menunggu mamangnya itu di luar kamar. Setelah kelar berganti pakaian, mamangnya tersebut keluar dari kamar. Kemudian, Mang Didin mengambil kunci motor. Kedua pria tersebut pun segera melangkah menuju teras rumah. Pria berusia tiga puluh tahunan itu segera mengunci rumah kontrakan. Ia menaruh kunci di bawah keset. Dia pun segera memanaskan sepeda motornya.
"Archie, nanti kita mampir nasi uduknya Bu Ida, ya. Kita sarapan dulu," ujar Mang Didin.
"Nasi uduk Bu Ida yang mana, Mang?" tanya Archie.
"Itu yang di ujung jalan sana," jawab Mang Didin sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah kanan rumah kontrakannya.
"Oh, yang itu. Kemarin, aku juga makan di sana, Mang. Enak nasi uduknya," sahut Archie.
"Iya, Archie. Memang terkenal enak nasi uduk Bu Ida. Makanya, Mamang juga langganan beli sarapan di sana," jelas Mang Didin, "ya sudah, yuk kita jalan."
Mang Didin menaiki sepeda motor. Ia mengeluarkan sepeda motor ke pinggir jalan. Sementara Archie mengunci pagar rumah kontrakan. Kemudian, ia duduk di boncengan sepeda motor. Mang Didin pun melajukan sepeda motor ke tempat jualan nasi uduk Bu Ida. Tiba di nasi uduk Bu Ida, Archie turun diikuti mamangnya itu.
"Bu, nasi uduknya dua, ya," pesan Mang Didin.
"Eh, Kang Didin, tumben beli dua?" tanya Bu Ida.
"Ini sama tetangga kampung saya," jawab Mang Didin.
Bu Ida menengok ke arah Archie sembari menyiapkan nasi uduk pesanan Mang Didin.
"Oh, Archie. Saya kemarin sudah kenalan, Kang," kata Bu Ida.
"Oh, begitu," sahut Mang Didin.
"Iya, Kang. Bahkan dia nanya saya info lowongan pekerjaan. Ya, saya kasih saja," jelas Bu Ida, "oh, iya, jadinya bagaimana, Archie?"
"Saya diterima, Bu, bekerja di sana. Makanya, ini, saya mulai kerja hari ini," jawab Archie.
"Wah, selamat deh, ya," ucap Bu Ida.
"Oh, iya. Ini, Kang Didin, Archie, nasi uduknya," kata Bu Ida seraya menyerahkan dua porsi nasi uduk kepada Mang Didin dan Archie.
"Oh, iya, Bu," sahut Mang Didin, "Archie, ayo makan dulu."
Kedua pria itu pun segera sarapan nasi uduk. Selesai makan, Mang Didin membayarnya. Kemudian, kedua pria tersebut kembali menaiki sepeda motor. Mang Didin melajukan sepeda motornya ke tempat kerja Archie. Setiba di tempat kerja Archie, pria yang lebih muda sebelas tahun darinya itu turun dari sepeda motor. Ia pun langsung melanjutkan menuju ke tempat kerja.
Selepas Mang Didin meninggalkan Archie, Archie segera berjalan menuju ke pintu gerbang. Ternyata, dirinya tiba bersamaan dengan Dina yang akan pergi keluar bersama sopirnya.
"Eh, Archie. Langsung saja, ya, kerja. Nanti tanya Bi Sumi saja, apa saja yang harus dikerjakan," ujar Dina.
"Iya, Bu," kata Archie, "oh, iya, Bu, ini fotokopi KTP saya."
Archie menyerahkan fotokopi KTPnya kepada majikannya itu. Tanpa melihatnya lagi, Dina yang menerima fotokopi KTP tersebut langsung menyimpannya di dalam dompet. Ia pun pergi keluar naik mobil bersama sopirnya. Archie pun masuk dengan didampingi oleh Bi Sumi.
"Archie, mulai sekarang, kamu mengurus kebun di rumah ini, ya," ujar Bi Sumi.
"Iya, Bi," sahut Archie.
"Kamu sekarang potongi rumput saja dulu," perintah Bi Sumi, "rumputnya sudah pada panjang-panjang soalnya."
"Iya, Bi," jawab Archie.
"Gunting rumputnya, kamu ambil saja di rak di garasi mobil," kata Bi Sumi.
"Oke, baik, Bi," sahut Archie.
Setelah menjelaskan kepada Archie, Bi Sumi berjalan menuju ke dapur. Archie meletakkan tasnya. Kemudian, ia melepaskan celana panjangnya dan hanya mengenakan celana pendek saja. Dia pun memulai bekerja potong rumput di kebun.
Archie memotong rumput hingga siang hari. Pada siang hari, Bi Sumi membawakan makanan untuk dirinya ke teras depan rumah.
"Archie, makan siang dulu," ujar Bi Sumi.
"Iya, Bi. Masih nanggung, nih," jawab Archie.
"Ya sudah. Ini makanannya, bibi taruh meja sini, ya," kata Bi Sumi.
"Iya, Bi. Nanti kalau sudah selesai, Archie makan," sahut Archie.
Bi Sumi meletakkan makanan untuk Archie di atas meja yang ada di teras depan. Archie meneruskan memotong rumput yang tinggal dikit lagi. Setelah selesai, ia mencuci tangannya terlebih dahulu. Dia pun segera makan siang. Sehabis makan siang, pria muda itu membawa piring kotor bekas makannya tersebut ke dapur. Bi Sumi menerima piring kotor itu dari dirinya. Kemudian, ia pun kembali ke teras depan. Dia pun segera melanjutkan pekerjaannya merapikan tanaman. Selagi merapikan tanaman, majikannya tersebut pulang dari perginya. Sang majikan yang baru saja turun dari mobil langsung menghampiri dirinya.
"Wah, rapi juga, ya, kerjamu," puji Dina.
"Ah, ibu, bisa saja," jawab Archie.
"Ya sudah, lanjutkan kerjamu," ujar Dina.
"Iya, Bu," sahut Archie.
Dina masuk ke dalam rumah. Archie pun melanjutkan pekerjaannya merapikan tanaman. Hari semakin sore. Jam tiga sore, Archie masih saja merapikan tanaman. Tiba-tiba dari luar pagar, ada seorang anak muda yang ditaksir umurnya tidak jauh di bawah dirinya masuk ke rumah. Anak muda itu menoleh ke arah dirinya.
"Hei, kamu, tukang kebun baru, ya?" tanya anak muda tersebut.
"Iya, Den," kata Archie.
"Namanya siapa?" tanya anak muda tersebut lagi.
"Archie, Den," jawab Archie.
Tidak lama, nyonya rumahnya keluar dari dalam rumah. Majikannya tersebut menghampiri anak muda itu.
"Eh, anak mama sudah pulang," kata Dina.
"Iya, Ma," kata anak muda itu, "Ma, Bagus lapar, nih."
Rupanya, anak muda itu adalah anak majikan Archie yang bernama Bagus. Archie pun baru mengetahuinya.
"Ganti baju dulu, atuh. Baru makan," ujar Dina.
"Iya, Ma," sahut Bagus.
Bagus masuk ke rumah. Ia bergegas menuju ke kamar di lantai dua. Di kamar, dia berganti pakaian. Kemudian, anak muda itu turun lagi ke lantai satu. Ia menuju ruang makan dan makan siang. Selesai makan, dia ke kamarnya kembali mengambil buku PR Matematikanya. Kemudian, sang anak majikan Archie itu kembali turun. Ia merencanakan untuk mengerjakan PR di teras depan. Di kebun depan, Archie pun masih terlihat sedang merapikan tanaman.
"Archie, belum selesai juga?" tanya Bagus.
"Belum, Den. Dikit lagi," jawab Archie.
Archie merapikan sisa tanaman yang belum selesai. Akhirnya, ia menyelesaikan pekerjaannya itu. Kemudian, dia menghampiri Bagus.
"Den, lagi bikin tugas?" tanya Archie.
"Iya, nih, susah," sahut Bagus.
"Pr apa sih, Den?" tanya Archie lagi.
"Matematika," jawab Bagus.
"Coba, Archie lihat!" ujar Archie.
"Memang kamu bisa?" Bagus tidak memercayai tukang kebunnya itu.
"Ya, Den. Gini-gini, saya, kan, lulusan SMA juga," sahut Archie, "malah belum lama lulus, baru tahun lalu lulusnya."
"Oh, ya sudah. Nih, coba," kata Bagus menunjukkan Prnya.
Archie melihatnya.
"Oh, ini mudah, Den. Yang ini seharusnya begini," ujar Archie.
Archie pun menjelaskan cara pengerjaannya. Kemudian, Bagus pun mengerti apa yang dijelaskan.
"Wah, pinter juga, ya," puji Bagus.
"Iya dong, Den. Saya, kan, di SMA juaranya Matematika," ujar Archie.
"Kok, sekarang, gak kuliah?" tanya Bagus.
"Gak, Den. Saya, kan, hanya anak miskin, ga ada biaya buat kuliah, makanya saya bekerja buat bantu abah dan ambu saya di kampung," jelas Archie.
"Oh, gitu," sahut Bagus, "eh, iya, omong-omong karena sepertinya kamu lebih tua dari aku berarti aku panggil kakak aja, ya."
"Hehehe, apa saja, Den. Nama saja juga boleh, gapapa," ujar Archie.
"Gak enak, ah. Aku panggil kak Archie saja, ya," kata Bagus.
"Boleh," sahut Archie.
"Kak Archie tidak tinggal di sini saja?" tanya Bagus.
"Gak bisa, Den. Kak Archie harus pulang ke rumah. Nanti ibu Kak Archie tidak ada yang urus," kata Archie berbohong.
"Loh, bukannya tadi kata Kak Archie, ibu Kak Archie ada di kampung, ya," Bagus mengetahui kalau Archie membohongi dirinya.
"Hehehe," Archie menggaruk-garuk kepala ketahuan berbohong oleh Bagus.
"Nah, kan, Kak Archie bohong sama aku," ujar Bagus.
"Iya, nih, ketahuan kalau kakak bohong," sahut Archie.
"Ya sudah, kalau gitu, kakak tinggal sini aja," paksa Bagus.
"Aduh, tetap saja gak bisa, maafkan kakak, ya," tolak Archie.
"Kenapa, kak?" tanya Bagus.
"Kakak gak bisa jelaskan ke kamu," jawab Archie.
"Ya sudah, deh," Bagus pun mengalah, "tapi, Kak Archie ke sini tiap hari, kan?"
"Iya, Kakak ke sini tiap hari, kok. Kan, kakak kerja sama ibumu," ujar Archie.
"Asyik," seru Bagus, "berarti, kapan-kapan, Bagus bisa nanya Pr lagi."
Sejak saat itu, Bagus merasa senang seperti memiliki kakak kandung, yaitu Archie. Archie pun juga merasa senang karena dia merasa Bagus seperti adiknya sendiri. Setelah menuntaskan PR anak majikannya itu, ia pun berpamitan pulang ke rumah kontrakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar