Terjemahkan

Senin, 06 Juli 2020

Archie - Part VII



Keesokan pagi, Archie bangun dari tidur. Ia meraba sampingnya ternyata Mang Didin sudah tidak ada di tempat tidur. Dia pun segera keluar dari kamar. Pria muda itu menuju ke dapur hendak mengambil minum. Ketika hendak mengambil gelas, ia menemukan selembar kertas berada di atas meja. Archie pun segera membacanya. Isi tulisan kertas tersebut:
Archie, Mamang pergi dulu, ya. Kalau mau sarapan, ini duitnya ada di bawah kertas untuk beli sarapan. Oh, iya, sama nanti kalau bepergian, kunci taruh di bawah keset aja, ya. 
Selesai membaca pesan tersebut, Archie melipat kembali kertas tersebut. Kemudian, ia melihat ada selembar uang lima puluh ribuan di atas meja. Dia pun segera mengambil uang tersebut. Kemudian, Archie kembali ke kamar. Ia mengambil dompet dari dalam tas. Kemudian, dia meletakkan uang tadi ke dalam dompet. Anak muda itu pun menaruh dompet kembali ke dalam tas. Selanjutnya, ia bersiap-siap untuk mandi. Selesai mandi, dia segera berganti pakaian.
Selesai berganti pakaian, Archie melihat ke arah jam yang berada di dalam kamar. Ternyata, waktu sudah menunjukkan jam setengah delapan pagi. Perutnya pun sudah merasa lapar sehingga dia berencana untuk membeli sarapan. Oleh karena itu, ia pun segera mengambil dompet. Kemudian, pria muda itu keluar dari kamar bergegas menuju ke teras depan. Archie pun segera mengunci pintu rumah kontrakan Mang Didin. Sesuai pesan di kertas yang dibacanya tadi pagi, maka ia pun meletakkan kunci rumah di bawah keset. Dia terus berjalan mencari tukang jualan sarapan. Akhirnya, dirinya pun menemukan tukang nasi uduk. 
"Bu, pesen nasi uduknya, ya," pesan Archie.
"Berapa, dik?" tanya ibu penjual nasi uduk.
"Satu aja, Bu," jawab Archie.
Sambil menyiapkan nasi uduk, ibu penjual nasi uduk melihat ke arah Archie. Ibu itu merasa asing dengan wajah Archie.
"Adik, orang baru, ya?" tanya ibu penjual nasi uduk.
"Iya, Bu," jawab Archie.
"Adik tinggal di sebelah mana?" tanya penjual nasi uduk itu lagi.
"Saya tinggal sama Mang Didin," sahut Archie.
"Ohh, Mang Didin yang sopir," ujar sang penjual nasi uduk.
"Iya, Bu," kata Archie.
"Oke, deh. Oh, iya, Dik. Nih, nasi uduknya," kata ibu penjual nasi uduk seraya menyerahkan sepiring nasi uduk kepada Archie, "duduk aja di situ, dik."
Archie pun duduk di tempat yang ditunjuk oleh ibu penjual nasi uduk tersebut. Kemudian, ia pun mulai makan nasi uduknya.
"Oh, iya. Adik ini, saudaranya Mang Didin?" tanya ibu itu lagi.
"Bukan, Bu. Saya tetangganya Mang Didin di kampung," jawab Archie.
"Ohh, berarti orang Sunda atuh," ujar ibu penjual nasi uduk itu.
"Iya, Bu," sahut Archie.
"Ibu teh juga orang Sunda. Cuma ibu dari Cianjur," jelas sang penjual nasi uduk.
"Ohh, abdi teh dari Sukabumi, satu desa sama Mang Didin," ujar Archie.
"Ohh. Adik ke sini teh mau main saja ke Jakarta?" tanya ibu penjual nasi uduk.
"Gak, Bu. Abdi rencananya mau kerja di sini. Ibu tahu info lowongan kerja sekitar sini?" jawab Archie.
"Hmm, bentar, ibu ingat-ingat dulu," kata ibu penjual nasi uduk, "ada, Dik. Kalau tidak salah, langganan ibu ada yang butuh tukang kebun."
"Tukang kebun? Boleh, bu," sahut Archie.
"Bentar, saya catat alamatnya, ya. Kebetulan, saya ingat alamat rumahnya," ujar ibu penjual nasi uduk itu.
Ibu penjual nasi uduk itu mencatat alamat pelanggannya tersebut di sebuah kertas. Kemudian, sang penjual tersebut menyerahkan kertas itu kepada Archie.
"Nih, dik, alamatnya. Siapa tahu adik bisa bekerja di sana," kata ibu penjual nasi uduk.
"Iya, terima kasih, bu-," sahut Archie.
"Bu Ida, nama ibu, Bu Ida," potong Bu Ida, si penjual nasi uduk.
"Oh, iya, Bu Ida. Kalau nama saya, Archie," ujar Archie.
"Namanya bagus, Dik," puji Bu Ida.
"Hehehe, terima kasih, Bu," kata Archie, "Bu, saya pamit balik, ya."
"Oh, iya, Dik. Sering-sering sarapan di sini," kata Bu Ida.
"Iya, Bu. Nasi uduknya enak," ujar Archie.
"Terima kasih, Dik," ucap Bu Ida, "itu, dicoba datang saja, ya, Dik, ke alamat tadi."
"Iya, Bu. Nanti jam sepuluh, saya coba datangi alamat rumahnya," sahut Archie.
Archie kembali menuju ke rumah kontrakan Mang Didin. Ia pun beristirahat dahulu. Dia berencana akan pergi ke alamat yang diberikan oleh Bu Ida pada pukul sepuluh pagi. 
Jam sepuluh pagi, Archie bersiap-siap. Kemudian, ia keluar dari rumah kontrakan Mang Didin. Kemudian menguncinya dan seperti tadi, kuncinya, dia taruh di bawah keset. Pria muda itu pun segera keluar pagar. Ia mencari tukang ojek. Akhirnya, dia menemukan ojek di ujung gang.
"Bang, bisa antar saya ke alamat ini?" tanya Archie sambil menunjukkan alamat di kertas.
"Oh, bisa, Dik. Ayo naik," kata tukang ojek.
Archie naik ke atas sepeda motor ojek. Kemudian, tukang ojek melajukan sepeda motor menuju ke alamat rumah yang dituju. Tiba di alamat yang dituju, Archie segera turun dari sepeda motor ojek tersebut. Kemudian, ia mengeluarkan satu lembar dua puluh ribuan sisa uang beli sarapan tadi pagi. Dia membayar tukang ojek tersebut.
"Nih, Bang, duitnya," ujar Archie seraya menyerahkan uangnya.
"Maaf, Dik, kebanyakan. Sepuluh ribu saja," sahut abang tukang ojek.
"Ohh, oke, Bang," kata Archie.
Archie memasukkan uang kembali. Kemudian, ia mengeluarkan uang selembar sepuluh ribuan.
"Nih, Bang," ujar Archie.
"Nah, ini baru, pas," sahut abang tukang ojek.
Tukang ojek itu segera meninggalkan Archie. Archie melihat rumah yang dituju sangatlah besar. Ia terkagum melihat rumah itu. Kemudian, dia melangkahkan kaki menuju ke arah pintu gerbang. Kemudian, pria muda itu memanggil penghuni rumah tersebut.
"Permisi," teriak Archie.
Archie sudah berteriak, namun tidak ada sahutan dari dalam. Kemudian, ia melihat ada bel.
"Eh, ada belnya, tuh, ternyata," gumam Archie dalam hati.
Archie memencet bel tersebut. Kemudian, keluarlah seorang pembantu. Pembantu tersebut menghampiri Archie di depan gerbang.
"Iya, Mas, ada apa, ya?" tanya pembantu tersebut.
"Apakah benar ini alamat rumah sini?" tanya Archie balik sambil menunjukkan tulisan alamat yang di kertas.
"Oh, iya, betul. Ada apa, ya?" tanya pembantu itu lagi.
"Saya mendengar katanya rumah ini sedang membutuhkan tukang kebun," jelas Archie.
"Iya, betul," sahut pembantu tersebut. 
"Nah, saya ke sini, berencana mau melamar jadi tukang kebun. Apakah pemilik rumahnya ada?" ujar Archie.
"Kalau ibu, ada, mas. Tapi, kalau bapak lagi ke luar kota," terang sang pembantu.
"Ya sudah. Apakah saya bisa ketemu ibu?" tanya Archie.
"Bisa, Mas. Silakan masuk," kata pembantu itu.
Pembantu itu membuka pintu gerbang. Kemudian, Archie pun masuk. Ia pun dipersilakan duduk menunggu di ruang tamu. Sedangkan, pembantu itu menemui majikannya yang ada di kamar.
"Bu, ada orang yang mau melamar jadi tukang kebun," ujar pembantu itu di depan pintu kamar majikannya.
"Oh, iya, Sumi. Suruh dia masuk," kata sang majikan.
"Orangnya sudah masuk, Bu. Dia ada di ruang tamu," sahut pembantu tersebut.
"Oh, oke. Bentar lagi, saya ke sana. Kamu buatkan minum saja, dulu," ujar sang majikan.
Bi Sumi kembali menuju ke dapur membuatkan minuman untuk Archie. Sementara, majikannya keluar dari kamar. Majikannya itu menemui Archie.
"Halo, selamat siang," sapa majikan Bi Sumi.
"Eh, selamat siang, Bu," balas Archie.
"Perkenalkan, nama saya Dina," kata majikan tersebut.
"Saya, Archie, Bu," sahut Archie.
Mendengar nama Archie, sontak Dina teringat akan nama anak pertamanya yang dia tinggalkan di Sukabumi.
"Archie, kok sama kayak nama anakku. Ah, kebetulan saja kali," pikir Dina dalam hati.
"Bu, kok malah jadi bengong," tegur Archie.
"Eh, iya, sori, maaf," sahut Dina, "tadi, saya dengar, kamu mau melamar jadi tukang kebun, ya?"
"Iya, Bu. Betul. Saya ke sini, mau melamar jadi tukang kebun," ujar Archie. 
"Oh, sebelumnya sudah pernah bekerja?" tanya Dina.
"Belum, Bu. Saya baru saja setahun lulus dari SMA. Ini baru pertama, saya melamar kerja," terang Archie.
Bi Sumi muncul membawakan dua gelas minuman. Kemudian, ia meletakkan gelas di atas meja tamu.
"Silakan diminum dulu," kata Dina.
"Oh, iya, Bu," sahut Archie.
Archie pun meminum sedikit.
"Hmm, balik lagi soal pekerjaan. Karena saya sudah butuh sekali tukang kebun. Maka, kamu langsung saya terima bekerja di sini, ya," ujar Dina.
"Yang bener, Bu?" Archie tidak percaya dirinya langsung diterima bekerja.
"Iya, bener. Kamu bisa langsung bekerja di sini," jawab Dina.
"Wah, terima kasih sekali, Bu," Archie pun merasa senang karena akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan.
"Besok, kamu sudah bisa bekerja. Terus jangan lupa, datang pagi, terus kamu bawa fotokopi KTPmu sebagai jaminan, ya," terang Dina.
"Iya, Bu. Besok akan saya bawa," sahut Archie. 
"Oh, iya, kamu tinggal di mana?" tanya Dina.
"Saya tinggal di kontrakan Mamang saya, Mang Didin di daerah Radio Dalam," jawab Archie.
"Oh, deket dong, ya, dari sini," ujar Dina.
"Iya, Bu," sahut Archie.
"Ya sudah, ingat pesan saya tadi, ya," Dina kembali mengingatkan Archie akan apa yang dia minta.
"Iya, Bu. Terima kasih sekali lagi," ucap Archie.
"Iya, sama-sama," sahut Dina.
Sejak saat itu, Archie bekerja sebagai tukang kebun di rumah Dina. Ia pun segera berpamitan pulang kembali ke kontrakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar