Terjemahkan

Selasa, 30 Juni 2020

Archie - Part III

cover-archie


Keesokan pagi, seperti biasa, Teteh Minah dan suami pergi ke sawah. Sementara itu, Dina memasak makanan di rumah. Hari itu, dia memasak sayur bayam dan tahu goreng. Selesai memasak, perempuan itu pun langsung memasukkan makanan ke dalam rantang. Tidak lupa juga menyiapkan gelas, teh panas, dan sendok. Ia memasukkan gelas dan sendok ke dalam kantong plastik.
Dina pun mulai menuju ke sawah. Tangan kanannya menenteng rantang dan plastik, sedangkan tangan kirinya memegang teko. Karena suasana agak mendung, ia pun tidak membawa payung. Ketika perempuan itu sedang berjalan, tiba-tiba sesosok pria muncul di hadapannya. Pria tersebut adalah pujaan hatinya yang kemarin baru saja dia pergoki bersama wanita lain. 
"Din, akhirnya, aku ketemu kamu di sini," ujar Jeffry.
Dina teringat peristiwa kemarin sore, sewaktu Jeffry bertemu dengan Resti. Karena sudah terbakar api cemburu karena peristiwa sore tersebut, ia pun berkata dengan ketus kepada kekasihnya itu, "Mau ngapain sih kamu temui aku?"
"Aku mau ngobrol sama kamu, Din." jawab Jeffry, "aku tuh cariin kamu ke sana kemari. Sampai-sampai aku stress hampir gila. Bahkan, aku pun tolak-tolak perempuan yang dijodohkan sama aku."
"Aku lagi repot. Tidak ada waktu ngobrol sama kamu. Sudah kamu minggir, sana!" ketus Dina. 
Jeffry tidak mau minggir, Dina pun memilih berjalan melewati samping kiri pria tersebut. Kekasihnya itu tetap mengikutinya. Bahkan, pria tersebut sampai menarik lengan bajunya.
"Din, dengerin aku dulu. Aku mau ngomong," kata Jeffry.
"Buat apa lagi kamu dekat-dekat aku, cari-cari aku, kamu kan sudah ada Resti," marah Dina.
"Resti? Resti tuh bukan siapa-siapa aku," sahut Jeffry.
"Bohong," ketus Dina.
"Bener, Din," ujar Jeffry.
Dina tidak mau mendengar lagi omongan cowok tersebut. Ia terus berjalan. Pria tersebut juga tetap mengikuti dan lagi-lagi menarik lengan bajunya.
"Jeff, apa-apaan, sih, kamu? Tarik-tarik lengan bajuku mulu, nanti bawaanku ini jatuh," kata Dina, "Gak lihat apa? Bawaanku segini banyak."
"Abis kamu tidak mau dengarkan aku dulu, sih," ujar Jeffry.
Dina tetap berjalan saja dan mengabaikan cowok itu. Untuk ketiga kalinya, pria itu pun tetap memaksa dan menarik lagi lengan bajunya. Dan benar saja, terjadi apa yang dibilang dirinya tadi.
Prang...
Rantang yang berisi makanan semua hancur berantakan di jalan. Begitu juga dengan sendok dan gelas. Untung saja, Dina membawanya gelas plastik sehingga tidak pecah. Ia pun langsung memarahi pria tersebut.
"Tuh, kan, apa aku bilang. Benar saja kan terjadi," marah Dina.
"Ya sudah. Maaf. Nanti kuganti," kata Jeffry lirih.
"Enak saja, kamu ngomong," ketus Dina.
"Din," lirih Jeffry.
Dina tetap mengacuhkan pria itu. Ia lebih memilih untuk membereskan makanan yang tumpah. Kemudian, ia balik lagi ke rumah Teteh Minah. Laki tersebut pun juga mengikutinya. Untung saja, tadi ia memasak makanannya agak banyak. Jadi, makanan yang tadi bisa diganti dengan yang baru. Kemudian, perempuan hamil tersebut segera pergi ke dapur dan membuang makanan yang tadi tumpah ke tempat sampah. Ia meletakkan rantang, sendok, dan gelas yang kotor ke dalam bak cuci piring. Kemudian, perempuan itu mengambil rantang, sendok, dan gelas yang baru. Ia juga menuangkan makanan yang baru ke dalam rantang yang baru. Pria tadi juga masih saja membuntuti dirinya sampai ke dapur. Namun, dia tetap menganggap pria itu tidak ada. Setelah mengganti dengan yang baru, ia kembali menuju ke sawah. Lelaki tersebut tetap saja mengikutinya sampai ke saung di sawah walaupun sedari tadi didiamkan oleh dirinya. Sampai di saung, rupanya Teteh Minah sudah menunggu kedatangan perempuan itu.
"Teh, maafkan Dina. Dina agak telat bawa makan siangnya. Tadi sempat jatuh berantakan, jadi Dina pulang ganti yang baru," jelas Dina.
"Oh, tidak apa-apa. Tapi, kok, bisa jatuh?" tanya Teteh Minah.
"Tadi-," jawab Dina.
"Tadi gara-gara saya, Teh, jatuhnya," potong Jeffry.
"Loh, ini teh saha?" tanya Teteh Minah kepada Jeffry.
"Kenalin, Teh. Abdi kabogohanna Neng Dina," jawab Jeffry.
"Bukan, Teh, mantan," kata Dina ketus.
"Lah, ini mana yang benar?" tanya Teteh Minah.
"Yang benar, abdi, Teh," jawab Dina, "dia kan, sudah punyanya Resti."
"Sebentar, ini pacarnya Neng Dina yang Neng Dina ceritakan ke Teteh?" tanya Teteh Minah.
"Iya, Teh. Tapi itu dulu, sekarang sudah mantan. Dia sekarang sudah sama Resti," ujar Dina.
"Resti, anaknya Abah Usep?" tanya Teteh Minah lagi. 
"Iya, Teh," sahut Dina.
"Gak benar itu, Teh. Resti tuh sepupuna abdi," sela Jeffry.
"Lah? Teteh jadi bingung ini," kata Teteh Minah.
"Din, dengerin aku, dong. Aku tuh tidak ada hubungan apa-apa sama Resti," kata Jeffry.
"Neng Dina, sudah selesaikan dulu, gih. Teteh puyeng jadinya dengarnya," ujar Teteh Minah.
"Jeff, sudah kamu pergi saja sana. Tuh, kamu sudah buat Teteh Minah jadi puyeng," usir Dina.
"Aku tidak akan pergi sampai kamu mau mendengar penjelasanku," sahut Jeffry.
"Penjelasan apa, lagi?" tanya Dina ketus.
"Aku tuh beneran tidak ada hubungan apa-apa sama Resti," ujar Jeffry.
"Buktinya, apa?" tanya Dina tidak percaya.
"Ayo, ikut aku ke rumah Abah Usep!" ajak Jeffry.
Jeffry menarik tangan Dina. Namun, Dina menepisnya.
"Udah gak usah pegang-pegang. Aku bisa jalan sendiri," ujar Dina, "Teh, aku pergi dulu, ya." 
"Iya, Neng. Selesaikan yang benar, ya," ujar Teteh Minah.
"Iya, Teh," sahut Dina.
Jeffry pun segera berjalan ke rumah Mamangnya. Dina mengikuti dari belakang. Tiba di rumah Mamangnya, pria itu langsung teriak memanggil sepupunya tersebut.
"Res... Res... Resti," teriak Jeffry.
"Iya, A," jawab Resti dari dalam rumahnya.
Resti pun keluar dari rumah. 
"Ada apa, sih, A? Teriak-teriak," kata Resti, "eh, ada Dina juga."
"Res, kamu jelaskan, tuh, ke Dina!" pinta Jeffry, "Dina tuh, gak percaya kalau aku tuh, sepupumu."
"Iya, Din. Jeffry tuh sepupuku, bapaknya Jeffry, Uwa Ponco sama Abah Usep, bapakku itu kakak adik," jelas Resti, "dia datang ke sini, karena berlibur sekaligus menenangkan diri sehabis stress kehilangan pacarnya."
"Tuh, denger, kan, Din," ujar Jeffry, "kamu tuh, gak usah cemburu, aku tuh, cinta mati sama kamu."
"Bentar, jadi pacar Aa Jeffry tuh, Dina? Dan, yang menghamili kamu, Din, itu Aa Jeffry?" potong Resti.
"Iya, Res. Sekarang, kamu udah tahu ceritanya," ujar Dina.
"Owalah, jadi gitu toh, ceritanya," sahut Resti, "terus kamu cemburu kenapa?"
"Aku kemarin melihat kamu sama Jeffry berduaan. Aku pikir kalian pacaran di belakangku," cerita Dina.
Resti tertawa mendengar perkataan Dina. Kemudian, ia berkata,"Din, Din, seperti yang kubilang tadi, Jeffry itu kakak sepupuku. Jadi, mana mungkin, aku dan Aa Jeffry bobogohan."
"Nah, tuh. Makanya, kamu jangan gampang kebakar cemburu begitu," kata Jeffry.
"Ya sudah, aku minta maaf, ya, Jeff," kata Dina.
"Terus, mau kan kamu kita pacaran lagi?" tanya Jeffry.
"Mau," jawab Dina.
"Nah, gitu dong. Kalian tuh, sebenarnya pasangan yang serasi, tahu," kata Resti.
"Iya, Res," sahut Dina.
Akhirnya, sejak saat itu, tanpa sepengetahuan orangtuanya si cewek, kedua kekasih itu berhubungan kembali. Sang pria pun membantu merawat sang wanita yang sedang hamil anaknya. Supaya bisa selalu dekat dengan kekasihnya itu, Jeffry pun memutuskan untuk pindah bekerja ke Sukabumi. Ia bekerja di perusahaan garment milik Amang Ipul, adik iparnya Pak Ponco yang juga tinggal di Sukabumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar