Terjemahkan

Selasa, 12 Mei 2020

Mantannya Tetanggaku adalah Suamiku - Part II



Pagi harinya, di rumah Bambang.
"Bambang," teriak Bu Ratih.
"Nyah, den Bambangnya masih tidur," kata Bik Ijah.
"Bangunin, bik," perintah Bu Ratih.
Sementara, di kamar Bambang.
"Tuan, ibu manggil tuh," kata Parjo, asistennya Bambang.
"Apa sih lu? Udah biarin aja," sahut Bambang.
Tidak lama, Bik Ijah pun masuk ke kamar.
"Den, dipanggil nyonya tuh," kata Bik Ijah.
"Tuh, kan, den, bener. Aden dipanggil ibu," kata Parjo.
"Ih, pada berisik deh. Iya, sebentar gue bangun, nyamperin mama," ujar Bambang.
Bambang pun akhirnya bangun. Kemudian, Bambang turun menghampiri mamanya.
"Ada apa, sih, ma? Pagi-pagi, sudah berisik," ketus Bambang.
"Kamu kok, begitu, sama mama, sih. Gak ada lembut-lembutnya," ujar Bu Ratih.
Bambang pun melembut dan bertanya lagi, "Ada apa mamaku sayang?"
"Nah, gitu. Kamu pagi ini jemput Soimah, ya, terus antar dia ke butik mama. Kasihan, kalau dia harus ngangkot mulu," perintah Bu Ratih.
"Alah, biasanya juga dia berangkat sendiri, Ma," tolak Bambang.
"Udah, hayo nurut sama mama," seru Bu Ratih.
"Iya, ma," sahut Bambang.
Bambang pun mengalah lagi. Ia menuruti kemauan mamanya. Dia pun segera mandi dan berganti pakaian. Kemudian, ia mengambil kunci mobil. Dia pun bergegas mengendarai mobil menuju rumah Soimah. Setiba di rumah Soimah, ia mengklakson mobilnya berkali-kali.
"Soimah, siapa tuh, dia? Dari tadi tan tin tan tin mulu," tanya Nyak Suminem.
"Anaknya Bu Bos, Nyak," jawab Soimah.
"Ya sudah, lu samperin gih," perintah Nyak Suminem.
"Ya sudah nyak, aye sekalian pamit jalan, ya," ujar Soimah.
"Iya, sana, gih, lu berangkat, ntar kesiangan lagi," kata Nyak Suminem.
Soimah keluar menghampiri mobil Bambang.
"Ngapain lu ke marih, lagi?" tanya Soimah.
"Gue sebenarnya juga ogah ke sini kalau bukan karena disuruh nyokap gue jemput lu. Buruan lu naik," ujar Bambang.
"Ogahh, gue mau naik angkot aja," tolak Soimah.
"Udeh buruan naik," paksa Bambang.
"Gak mau," kata Soimah jual mahal.
"Ya udeh. Gue cabut," kata Bambang mau mengebutkan mobilnya.
"Ehh bentar, gue naik," ujar Soimah.
"Mau juga kan lu," sahut Bambang.
Akhirnya, Soimah naik juga ke mobil Bambang. Ternyata, Munaroh lagi-lagi mengintip dari jendela. Karena rasa penasarannya dari semalam, ia pun menguntit mobil yang menjemput Soimah dengan naik ojek. 
Bu Ratih melihat mobil anaknya sudah datang. Maka, ia pun bergegas menghampiri mobil anaknya itu di depan butiknya. Dia pun berkata, "Bambang, ayo kamu turun dulu juga."
"Ma, aku harus langsung ke kantor," sahut Bambang.
"Udah turun dulu. Kita sarapan bareng dulu. Kamu belom sarapan, toh, tadi di rumah?" perintah Bu Ratih.
"Belum, sih," ujar Bambang.
"Ya sudah, makanya turun dulu," sahut Bu Ratih.
Bambang pun turun dari mobil. Munaroh yang menguntit dari tadi kaget begitu melihat Bambang yang turun dari mobil tersebut. 
'Lah, berarti semalem bener dong mobilnya Mas Bambangku. Gak bisa dibiarkan ini, nanti Soimah ngerebut lagi, pacarku,' pikir Munaroh dalam hati.
Munaroh pun melanjutkan perjalanannya ke kantor naik ojek dengan mukanya ditutupi pake selendang. Namun, ia tidak tahu kalau Bambang rupanya mengenali dirinya yang berada di atas ojek yang melewati butik Bu Ratih. 
Bambang bersama mamanya dan karyawan mamanya itu sarapan bareng. Selesai sarapan, ia bergegas menuju ke kantor. Setiba di kantor, dia tidak langsung menuju ke ruangan. Akan tetapi, ia menghampiri Munaroh terlebih dahulu di ruang OB. 
"Munaroh, tadi dirimu membuntuti aku, ya," ujar Bambang.
"Ahh, gak, kok, Mas Bambangku sayang," sahut Munaroh.
"Masa, sih?" tanya Bambang.
"Bener, kok," kata Munaroh.
Bambang tahu Munaroh sedang berbohong. Tetapi, ia tidak mau memperpanjang debat dengan pacarnya itu. Dia lebih memilih untuk menuju ruangan dirinya dan bekerja.
Siang hari, tak disangka-sangka, Munaroh dan Bambang makan siang di tempat yang sama dengan Paijo dan Soimah. Ketika akan membayar, Bambang mengeluarkan dompetnya, namun naas dompetnya langsung dijambret oleh orang. Soimah yang melihat langsung mengejar. Ia berhasil menangkap si penjambret. Cewek itu segera mengambil dompet anak Bu Bosnya. Dompet anak Bu Bosnya itu dikembalikan oleh cewek tersebut. Munaroh menjadi sebal ketika tetangga saingannya itu mengembalikan dompet pacarnya.
"Udah loh, sana. Dompetnya kan sudah ada. Jangan kelamaan megang tangannya," seru Munaroh.
"Yee, sirik lo," kata Soimah.
"Soimah," panggil Paijo.
"Tuh, cowok lu manggil," ujar Munaroh.
"Bambang, aku pamit dulu, ya," ujar Soimah.
"Iya," sahut Bambang.
Soimah pergi menuju ke tempat Paijo. 
"Kamu kenal sama orang itu?" tanya Bambang.
"Kenal. Die kan tetangga aye, suka ngajak ribut mulu," ujar Munaroh.
Bambang jadi kepikiran terus soal Soimah karena sudah cantik, berani, baik pula. Di otaknya hanya Soimah, Soimah, dan Soimah. Sampai-sampai malam pun dia masih kepikiran terus. Bu Ratih, mamanya pun sampai kebingungan.
"Bambang, kamu dari tadi ngelamunin apa sih?" tanya Bu Ratih.
"Gak kok, ma," sahut Bambang.
"Bohong, mama lihat dari tatapan matamu, kamu lagi berbohong sama mama," ujar Bu Ratih.
"Bener kok, Ma," sahut Bambang.
"Udah deh, kamu pasti mikirin Soimah, kan," kata Bu Ratih.
Bambang terkejut mendengar kata Soimah. Ia berpikir kok mamanya bisa tahu kalau dirinya lagi memikirkan Soimah. 
"Nah, kan bener kata mama, kamu mikirin Soimah. Buktinya mama ngomong gitu, kamu langsung diam," ujar Bu Ratih.
"Apa sih," sahut Bambang.
"Udah buruan lamar dia daripada keduluan orang," ujar Bu Ratih.
"Dia kan udah ada pacarnya, Ma," kata Bambang.
"Baru pacar kan? Belum suaminya, kan?" cecar Bu Ratih.
Bambang mengiyakan juga pernyataan mamanya. Ia pun mulai ada rasa suka dengan Soimah. Dia pun memutuskan mulai besok akan antar jemput anak buah mamanya itu supaya semakin mengenal lebih dekat. Begitulah terjadi seterusnya hingga mereka jadian. 
Bambang dan Soimah resmi berpacaran. Akan tetapi, hubungan mereka itu tidak diketahui oleh pasangan mereka masing-masing. Namun, tanpa mereka sadari, lama kelamaan Munaroh mulai mengendus aroma perselingkuhan antara Bambang dan Soimah. Hingga suatu hari.
"Mas Bambangku sayang, nanti kita makan malam, yuk. Sudah lama nih, kita gak makan malam bersama," bujuk Munaroh.
"Kamu makan sendiri aja, ya. Aku ada urusan lain," tolak Bambang.
"Sekali aja," rayu Munaroh sambil pegang tangannya Bambang.
"Kalo gak, gini aja kamu makan malam sama Parjo, asistenku, ya," kata Bambang sambil melepas pegangannya tangannya Munaroh karena risih.
"Gak mau, ah. Masa aku makan sama Parjo, sih," ujar Munaroh. 
"Ayo, neng geulis makan sama Kang Parjo aja, kalau Den Bambang tidak mau," kata Parjo.
"Ogahhh," kata Munaroh sambil lari meninggalkan Bambang dan Parjo.
Bambang dan Parjo hanya tertawa saja. 
"Parjo, kita ke butik mama, yuk," ajak Bambang.
"Ayo, tuan. Aku juga kangen sama Saripeh, nih," sahut Parjo.
"Lu demen ya sama Saripeh," ujar Bambang.
"Hehehe, iya tuan. Abis cantik, sih, si Saripeh," kata Parjo.
Parjo dan Bambang menuju ke butik Bu Ratih. Tiba di butik, Bambang langsung turun menghampiri mamanya.
"Ma, aku mau izin ajak Soimah makan malam boleh," kata Bambang.
"Ohh, boleh banget," sahut Bu Ratih.
Bu Ratih memanggil Soimah. Soimah pun menghampiri.
"Soimah, kamu makan malam sama Bambang, anak saya, ya," kata Bu Ratih.
"Tapi, bu, jahitan baju masih banyak," tolak Soimah.
"Gapapa, kamu tinggalin aja," sahut Bu Ratih.
"Tapi, bu, saya ga enak sama yang lain," ujar Soimah. 
"Sudah, gapapa, ga usah ga enakan gitu," ujar Bu Ratih.
Akhirnya, Soimah pun mau makan malam bersama Bambang. Tanpa terduga oleh Soimah dan Bambang, ternyata, Munaroh membuntuti mereka.
'Hmm, bilangnya ada urusan lain, tahunya makan malam, kan, sama Soimah,' pikir Munaroh dalam hati. 
Munaroh yang kesal tiba-tiba menabrak seseorang yang ternyata adalah Paijo.
"Eh, lu Paijo. Ngapain lu di sini?" tanya Munaroh.
"Enoh, gue lagi mantau Soimah, kata temen gue, die selingkuh sama anak bosnya," jawab Paijo.
"Nah, anak bosnya die itu, cowok gue. Gue ada ide bagus nih, gimana kalau kita bikin mereka pisah," ujar Munaroh.
"Tapi gimane caranye?" tanya Paijo.
"Pikir dong, lue kan laki, masa gue yang harus keluarin idenya," seru Munaroh.
"Aha, gue ada ide, gimane kalau temen gue yang kerja juga di butik yang sama dengan Soimah ambil duit bosnya terus masukin ke tasnya Soimah, jadi kan Soimah akan dituduh mencuri tuh, akhirnya dipecat, deh. Jadi, pasti bu bosnya akan illfeel dan nggak jadi merestui hubungan mereka," terang Paijo.
"Bagus juga ide lu," sahut Munaroh, "sudah langsung eksekusi aja."
"Oke, nanti gue hubungi temen gue," ujar Paijo.

Berhasilkah Paijo dan Munaroh memisahkan Soimah dari Bambang?
Nantikan di part selanjutnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar