Terjemahkan

Selasa, 19 Mei 2020

Irfan Story Season III (Cinta Lama Hadir Kembali) - Part IV



BAB IV
KEMBALI TUMBUH

Malam harinya, sepulang dari kantor, Irfan memikirkan kejadian tadi pagi. Terpancar dari wajahnya rona kebahagiaan karena telah bertemu kembali dengan cinta lamanya. Tetapi, di satu sisi, ia juga berpikir cinta lamanya itu pasti sudah mempunyai suami. Jadi, menurutnya, tipis kemungkinan bagi dirinya untuk dapat mendekati cinta lamanya itu kembali. Namun, ia tidak berpikir sama sekali untuk menghindar Sheren tetapi dia akan mencoba menjadi teman terlebih dahulu sekaligus mencari informasi. Selagi melamunkan hal itu, tiba-tiba dirinya dibuyarkan oleh panggilan anaknya.
"Papi, papi," kata Afandi.
"Eh, apa, Nak?" tanya Irfan.
"Besok, Ndi di sekolah ada lomba, Pi. Ndi mau papi ikut nonton lombanya," jawab Afandi.
"Tapi, Ndi. Besok papi harus kerja, bagaimana dong?" ujar Irfan.
Papi Wahyu yang mendengar pembicaraan anaknya dengan cucunya itu pun langsung berkata, "Udah, Fan, kamu cuti aja, nanti papi bilangin sama masmu dan yang lain. Kasihan, Ndi. Orang tuanya, kan, tinggal kamu saja. Supportlah anakmu yang mau ikut lomba itu."
"Ya sudah. Ndi, besok papi datang," kata Irfan kepada anaknya, Afandi.
"Asyik," seru Afandi.
"Ya sudah, sekarang, Ndi bobo. Sudah malam," perintah Irfan.
"Iya, pi," sahut Afandi, "Mbah Kung, Ndi bobo dulu, ya."
"Iya, Ndi," ujar Papi Wahyu.
Afandi istirahat di kamar tidur. Tak lama, Irfan menyusul anaknya masuk ke kamar untuk beristirahat malam itu.
***
Esok pagi yang cerah, Irfan sudah bangun jam setengah enam. Ia pun langsung membangunkan anaknya, Afandi.
"Ndi, ayo bangun, nak," kata Irfan.
"Pi, masih ngantuk," sahut Afandi.
"Ayo, katanya hari ini lomba," ujar Irfan.
"Oia, oke, Ndi bangun," jawab Afandi.
Afandi pun bangun. Kemudian, Irfan memandikannya. Selesai memandikan anaknya itu, ia pun segera mandi. Setelah siap, mereka berdua turun ke lantai satu untuk sarapan pagi. Di ruang makan, tampak Mami Helena sedang menyiapkan sarapan roti dan bekal untuk Irfan dan Afandi.
"Eh, cucu mbah uti ud rapi," kata Mami Helena.
"Iya dong, Mbah Uti," sahut Afandi.
"Ya sudah, sarapan dulu sama papi, ya," ujar Mami Helena.
"Iya, mbah uti," jawab Afandi.
Irfan dan Afandi sarapan pagi bersama. Sarapan roti pun sudah selesai mereka lahap. Ayah dan anak itu pun menuju ke mobil untuk segera berangkat ke sekolah. 
Setiba di sekolah, tampak banyak orang tua dan anak-anaknya sudah pada hadir. Ya, TK Angkasa sedang mengadakan lomba 17an dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Dalam perlombaan, Afandi mengikuti tiga buah lomba, yaitu lomba makan kerupuk, lomba mindahin kelereng, dan lomba mindahin bendera. Ia sangat antusias mengikuti lomba. Ayahnya pun mendukung dia. Lomba selesai pukul sepuluh pagi. 
Sambil menunggu pengumuman hasil, seluruh peserta boleh istirahat memakan bekal bawaannya sendiri. Afandi pun memakan bekalnya. Sambil menunggu dirinya makan bekalnya, ayahnya itu mengobrol dengan mama temannya yang kebetulan duduk di dekatnya.
"Apa kabarnya, Sher?" tanya Irfan.
"Baik, Fan. Btw, istrimu mana, Fan? Kok gak ikut?" cecar Sheren.
"Istriku sudah lama meninggal, Sher. Sudah 4 tahun yang lalu waktu Afandi lahir," ujar Irfan.
"Ohh. Turut berduka cita, ya, Fan," ucap Sheren.
"Iya, Sher. Terus, suamimu mana, Sher?" tanya Irfan balik.
"Aku sama kayak kamu, Fan. Sudah single parent juga. Suamiku mengalami kecelakaan di Perancis 3 bulan setelah Yuri lahir," jawab Sheren.
"Ohh. Sekarang kamu kerja di mana, Sher?" tanya Irfan lagi.
"Aku manager Restaurant Dapur Nikmat di Jl. Siliwangi," jawab Sheren.
"Loh, itu kan dekat kantorku Hotel Jatayu Semarang," ujar Irfan.
"Oh, kamu kerja di sana, toh, Fan, di hotel punya papimu itu," sahut Sheren.
"Iya, Sher. Nanti kapan-kapan aku mampir makan di restomu," janji Irfan.
"Iya, Fan. Silakan aja. Ajak Afandi, mami, papimu, Mas Banu, dan Mba Revi juga," ujar Sheren.
"Hehehe, siap, Sher," sahut Irfan.
Afandi tiba-tiba menjawil Irfan.
"Papi, papi, sudah mau pengumuman tuh," kata Afandi.
"Oh, iya," kata Irfan, "yuk, Sher, Yuri kita ke depan."
Irfan, Sheren, Yuri, dan Afandi maju duduk di barisan bangku paling depan untuk mendengarkan pengumuman hasil lomba. Dari pengumuman hasil lomba, Afandi mendapatkan juara I untuk semua lomba. Yuri pun juga tidak kalah. Ia mendapatkan juara I di perlombaan lain. Perlombaan selesai. Seluruh peserta dan keluarganya pulang ke rumah masing-masing termasuk Irfan beserta anaknya, juga Sheren dan anak ceweknya. 
Peristiwa di TK anaknya membuat hati Irfan berbunga-bunga. Ternyata, Sheren sama seperti dirinya yang merupakan single parent sehingga menurutnya masih ada kesempatan untuk dirinya mendekati lagi cinta lamanya itu.
***
Hari Jumat siang, setelah peristiwa di TK Angkasa, sesuai janjinya, Irfan akan mampir ke restaurant milik Sheren. Apalagi siang itu bertepatan dengan jam makan siang. Irfan pun mengajak ayah dan kakaknya.
"Mas, Pi, kita makan siang bareng, yuk," ajak Irfan.
"Boleh. Makan di mana nih, kita?" tanya Mas Banu.
"Papi, sih, terserah kalian saja," jawab Papi Wahyu.
"Kita ke Dapur Nikmat aja, yuk," ujar Irfan.
"Dimana tuh?" tanya Mas Banu.
"Dekat kok dari sini. Cuma di jalan Siliwangi," jelas Irfan.
"Oke, yuk, kita ke sana," sahut Mas Banu.
Irfan bersama ayah dan kakaknya menuju ke Restaurant Dapur Nikmat. Setiba di restaurant Dapur Nikmat, ia langsung memesan beberapa menu. Pelayan mencatat pesanannya. Setelah semua menu selesai dipesan, pelayan kembali menuju ke dapur memberikan list pesanan. Sambil menunggu makanan selesai dimasak, dari kejauhan, Sheren yang baru keluar dari kantornya melihat keberadaan Irfan dan keluarganya. Ia langsung menghampiri.
"Eh, Fan, jadi juga ke sini," ujar Sheren.
"Jadi, dong," sahut Irfan.
"Eh, Sheren, sudah di sini? Kapan balik dari Perancis?" cecar Papi Wahyu.
"Aku balik dari Perancis baru 2 tahun, kok, om," jawab Sheren.
"Papa, mamamu, gimana kabarnya?" tanya Papi Wahyu.
"Baik-baik, aja kok, om," sahut Sheren.
"Kamu sudah menikah?" tanya Papi Wahyu lagi.
"Sudah, om, tapi suami saya sudah meninggal 4 tahun lalu," ujar Sheren.
"Loh, kok, sama kayak Irfan," sahut Papi Wahyu.
"Iya, om, aku sama Irfan sama-sama single parent. Kemarin ini, kita sudah saling cerita," jelas Sheren.
"Ohh. Kalian memang ketemu di mana?" tanya Papi Wahyu.
"Kita ketemu di TKnya Afandi, pi. Kebetulan Yuri, anaknya Sheren sekolah di sana juga,"  jawab Irfan.
"Owalah, ternyata," kata Papi Wahyu.
Sheren pun membenarkan pernyataan Irfan. Tidak lama, makanan pun matang. Irfan bersama ayah dan kakaknya menyantap makanan itu. Mereka bertiga sangat menyukai makanannya. Selesai makan, Irfan berpamitan dengan Sheren untuk kembali ke kantor. Mereka bertiga pun kembali ke kantor. 
Sore harinya, Mas Banu balik duluan dari kantor jam lima sore pulang ke rumah. Sementara, Irfan dan papinya masih di kantor menyelesaikan beberapa urusan sebentar. Jam enam sore, Irfan dan papinya baru bisa pulang ke rumah. Dalam perjalanan dari rumah ke kantor.
"Fan, kapan kamu mau menikah lagi? Afandi, tuh, butuh sosok seorang ibu," kata Papi Wahyu.
"Nanti, dulu, Pi," sahut Irfan.
"Tunggu apa lagi, sih. Pakai nanti-nanti segala. Keburu tua kamu. Lagipula kamu juga butuh sosok pendamping yang bisa membantu kamu. Jadi, kamu tidak akan kerepotan mengurus Afandi dan kerjaan," jelas Papi Wahyu.
"Iya, pi," sahut Irfan.
"Kamu gak coba dekatin Sheren lagi aja? Kan dia juga single parent tuh," ujar Papi Wahyu.
Irfan hanya mengiyakan saja. Dalam hati, memang dirinya juga sudah ada niatan untuk mendekati cinta lamanya kembali. Karena menurut dirinya, cinta lamanya itu adalah sosok yang cocok jadi pengganti almarhum istrinya. Sheren sudah lebih mengerti dirinya karena pernah menjalani hubungan sebelumnya. Ia memutuskan secepatnya akan menyatakan perasaannya kembali kepada cinta lamanya itu. Dia pun juga sudah memiliki nomor kontaknya Sheren yang baru untuk memudahkan komunikasi.
***
Suatu hari, Irfan ingat betul bahwa hari tersebut adalah hari ulang tahun Sheren. Ia pun berniat ke rumah kekasih lamanya itu. Kebetulan juga, hari itu adalah hari Sabtu. Sehingga, ia juga mengajak anaknya untuk pergi ke rumah Sheren. 
"Ndi, ikut papi, yuk," ajak Irfan.
"Kemana, pi?" tanya Afandi.
"Kita ke rumah Yuri," jawab Irfan.
"Memang ada apa, pi?" tanya Afandi lagi.
"Hari ini maminya Yuri, Tante Sheren ulang tahun. Papi mau kasih kejutan," ujar Irfan.
"Cie, papi suka, ya, sama tante Sheren. Ndi, juga suka kok. Ndi, malah kepengen punya mami kayak tante Sheren," sahut Afandi.
Irfan kaget mendengar pernyataan anaknya. Ia tidak menyangka sama sekali, anaknya akan berbicara seperti itu. 
"Ayo, Pi, kita jalan. Kok, malah bengong aja," kata Afandi.
"Eh, iya, ayo kita jalan," ujar Irfan.
Irfan dan anaknya pun berangkat menuju ke rumah kekasih lamanya itu. Dalam perjalanan, ia mampir terlebih dahulu ke toko roti untuk membeli kue blackforest dan lilinnya. Kue dan lilin sudah didapat. Ia segera melanjutkan perjalanan menuju rumah Sheren. Tiba di rumah Sheren, ia turun dan mengetuk pintu. Ternyata, sosok yang membuka pintu pas sekali adalah kekasih lamanya itu. Ia pun langsung mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kuenya.
"Sher, happy birthday, ya," ucap Irfan.
"Ya ampun, Fan. Kamu masih ingat saja ulang tahunku," ujar Sheren.
"Hehehe, iya dong," sahut Irfan.
"Tante, selamat ulang tahun, ya," ucap Afandi.
"Makasih, anak ganteng," sahut Sheren.
"Oh, iya, Sher, nih kuenya," ujar Irfan.
"Pakai repot-repot segala, Fan," kata Sheren, "yuk, masuk ke dalam, kita potong sama-sama,"
Irfan dan anaknya itu masuk ke rumah Sheren.
"Nak, ini ada temenmu, Afandi sama om ganteng, Om Irfan," Sheren memanggil anaknya.
"Oh, iya, ma," sahut Yuri.
Yuri keluar dari kamarnya menemui Irfan dan Afandi.
"Yuk, kita makan kue," ajak Sheren.
"Asyik, ada blackforest," sahut Yuri.
Sheren memotong kue blackforestnya. Ia pun membagi kepada Yuri, Irfan, dan Afandi. Mereka berempat makan kue bersama dengan lahap. Selesai makan kue bersama, Irfan mengajak Sheren untuk berbicara empat mata dengannya.
"Sher, boleh ngomong sebentar?" tanya Irfan.
"Boleh," sahut Sheren.
"Oke, aku tunggu di ruang tamu, ya," kata Irfan seraya berjalan menuju ke ruang tamu.
"Yuri, kamu ajak main Afandi dulu, ya. Mama sama Om Irfan mau ngobrol sebentar," pesan Sheren kepada anaknya.
"Iya, ma," sahut Yuri.
Sheren menyusul Irfan ke ruang tamu. Di ruang tamu.
"Ada apa sih, Fan?" tanya Sheren.
"Begini," kata Irfan, "aduh, aku bingung, gimana, ya, ngomongnya."
"Sudah ngomong aja, Fan. Kamu pake bingung segala kayak ke siapa aja," ujar Sheren.
"Gini, setelah ketemu kamu lagi sepertinya benih-benih cinta lamaku ke kamu kembali tumbuh lagi," ungkap Irfan.
"Terus?" tanya Sheren.
"Mau gak kalau kita mengulang kembali itu?" ujar Irfan.
"Hmm, gimana, ya, Fan?" sahut Sheren.
"Kamu nolak, ya?" lirih Irfan.
"Gak sih, Fan. Aku, sih, cuma takut kalau anakku gak setuju aja, karena kondisi kita sekarang sudah berbeda, sudah sama-sama punya anak," jelas Sheren.
"Oke, aku mengerti, sih," sahut Irfan.
Selagi asyik mengobrol, tiba-tiba, Yuri dan Afandi menghampiri mereka berdua.
"Mama, mama, aku mau dong punya papa kayak papanya Afandi," ujar Yuri.
Sheren kaget bukan kepalang. Ia bingung ada angin apa tiba-tiba anaknya berbicara begitu.
"Kamu mau punya papa kayak om?" tanya Irfan.
"Mau, om," jawab Yuri, "om, mau jadi papanya Yuri?"
"Coba, kamu tanya mamamu! Mamamu mau gak, punya suami om?" perintah Irfan.
"Ma, mama mau kan kalau Om Irfan jadi papa Yuri?" tanya Yuri kepada Sheren.
Sheren bingung mau menjawab apa. 
"Ayo, ma, jawab, jangan diam saja," ujar Yuri.
"Hmm, iya, Nak, mama mau," kata Sheren.
"Asyik, Yuri mau punya papa baru," ujar Yuri.
"Yeay, Ndi akhirnya punya saudara," kata Afandi.
Irfan kaget begitu mendengar pernyataan anaknya. Intinya, Irfan dan Sheren sama-sama merasa kaget karena mereka tidak menyangka kalau anak-anak merekalah yang akhirnya menyatukan kembali mereka berdua. Entah tahu dari mana, anak-anak mereka mengetahui kalau mama papanya dulu adalah sepasang kekasih juga di masa SMA. Irfan dan Sheren pun tidak mau terlalu ambil pusing untuk menyelidikinya. Yang pasti, mereka berdua sama-sama tidak perlu mengkhawatirkan anak-anaknya tidak menyetujui penyatuan hubungan mereka. Secara resmi, mereka berdua pun akhirnya menjalani hubungan percintaan mereka kembali mulai sejak itu. Setelah mengobrol banyak, Irfan dan Afandi pun berpamitan pulang.
"Sher, aku pamit pulang, ya," kata Irfan.
"Iya, Fan," kata Sheren.
"Halo, Yuri sayang, om pamit pulang, ya," ujar Irfan.
"Kok, papa masih pakai om, sih," sahut Yuri.
Eh, Sheren dan Irfan kembali kaget. Mereka pun hanya tertawa kecil saja. Kemudian, Sheren pun berkata kepada anaknya, "Sayang, mama kan belum resmi menikah sama om Irfan. Nanti kalau sudah resmi menikah, baru, kamu bisa panggil om Irfan, papa."
"Ayo buruan, Ma, menikah sama om Irfan," paksa Yuri.
"Gak bisa cepet-cepet, sayang. Urusannya lama," jelas Sheren.
"Ya sudah, deh, Ma. Yuri tunggu,"
Akhirnya, Yuri pun mengerti penjelasan mamanya.
"Oke, om pamit pulang, ya," kata Irfan kepada Yuri.
"Iya, om," sahut Yuri.
"Ndi, ayo pamitan sama tante Sheren dan Yuri," kata Irfan kepada Afandi.
"Tante, Yuri, Ndi pamit pulang ya," kata Afandi.
"Iya, sayang," sahut Sheren.
Irfan dan anaknya segera menuju ke mobil. Ia melajukan mobil menuju ke rumah. Sesampai di rumah, anaknya itu langsung berlari ke atas. Sementara, dia disambut oleh maminya yang baru saja berjalan dari arah dapur.
"Fan, darimana kamu?" tanya Mami Helena.
"Dari rumah Sheren, Mi," jawab Irfan.
"Loh, emang dia sudah balik dari Perancis?" tanya Mami Helena.
"Papi belum cerita, ya, Mi?" tanya Irfan.
"Belum, tuh," jawab Mami Helena.
"Ohh. Iya, Mi, Sheren itu sudah 2 tahun, balik ke Indonesia," jelas Irfan.
"Owalah. Wah cinta anak mami bisa tumbuh lagi, nih," ledek Mami Helena.
"Apa sih, mami, ih," sahut Irfan.
"Ya kan mami cuma pengen kamu cari pengganti Dira. Jangan kelamaan lah mencari pengganti Dira. Kasihan Ndi, dia butuh sosok ibu," jelas Mami Helena.
"Iya, Mi. Mami sudah ngomong begitu ratusan kali. Tapi, tenang aja, Mi. Bentar lagi, kok. Aku sama Sheren sudah resmi jadian lagi," ungkap Irfan.
"Wahh, berita bagus, dong. Dia memang masih sendiri?" ujar Mami Helena.
"Dia sendiri, tapi tepatnya, dia single parent juga sama seperti Irfan," papar Irfan.
"Loh, memang suaminya kemana?" tanya Mami Helena.
"Suaminya meninggal waktu anaknya masih berumur 3 bulan, Mi," jawab Irfan.
"Owalah, kasihan. Anaknya baru satu berarti?" ujar Mami Helena.
"Iya, Mi. Anaknya satu, namanya Yuri," sahut Irfan.
"Oh, terus, anaknya setuju dengan hubungan kalian ini?" tanya Mami Helena.
"Setuju. Malah Yuri, anaknya kepengen Irfan jadi papanya," jawab Irfan.
"Terus, Ndi?" tanya Mami Helena lagi.
"Ndi juga senang, katanya. Jadi punya saudara baru," jawab Irfan.
"Oh, ya sudah, berarti, gak usah lama-lama lah, kalian memutuskan untuk nikahnya. Secepatnya saja," ujar Mami Helena.
"Iya, Mi. Sabar, Mi. Urusannya kan panjang," sahut Irfan.
"Iya, iya," seru Mami Helena.
"Ya sudah, Mi. Irfan mau istirahat, ya," ujar Irfan.
"Iya," sahut Mami Helena.
Irfan menuju ke kamar. Begitu masuk kamar, ia melihat Afandi ternyata lagi bermain.
"Ndi, gak tidur siang," kata Irfan.
"Masih belum ngantuk, Pi," kata Afandi.
"Sudah, ayo. Yuk, tidur sama papi," Irfan mengajak anaknya untuk tidur.
"Iya, pi," sahut Afandi.
Irfan dan anaknya pun tidur siang bersama. Hari itu menjadi hari yang membahagiakan bagi dirinya. Akhirnya, ia menemukan istri pengganti Dira. Lebih membahagiakan lagi, istri penggantinya adalah cinta lamanya. Ternyata memang benar, apa yang dikatakan Sheren dahulu, kalau memang mereka berjodoh, mereka pasti akan dipertemukan kembali. Nah, mungkin, inilah waktunya ia dan Sheren dipertemukan kembali. Berarti ia dan kekasihnya itu memang berjodoh.

Irfan dan Sheren merajut cinta kembali
Akankah berlabuh di altar pelaminan?
Nantikan part berikutnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar