Terjemahkan

Jumat, 15 Mei 2020

Irfan Story Season III (Cinta Lama Hadir Kembali) - Part II



BAB II

TUMOR KANDUNGAN


Dua hari setelah pernikahan, Irfan dan Dira mengambil cuti untuk berbulan madu selama seminggu. Mereka berdua berbulan madu di Lombok. Pagi hari, pada saat hari keberangkatan mereka ke Lombok.

"Sayang, sudah siap belum?" tanya Irfan.

"Dikit lagi, aku siap," jawab Dira.

"Ya sudah, aku tunggu di bawah, ya," pesan Irfan.

"Iya, sayang," sahut Dira.

Irfan turun ke lantai bawah. Ia menunggu di ruang makan. Di ruang makan, ia bertemu dengan ayahnya.

"Eh, Fan, sudah mau jalan, nih," kata Papi Wahyu.

"Iya, pi," sahut Irfan. 

"Kalian rencana menginap di mana di Lombok?" tanya Papi Wahyu.

"Kita menginap di Gili Trawangan, Pi," ujar Irfan.

"Ohh, oke deh," sahut Papi Wahyu.

Tidak lama, Dira muncul di ruang makan menghampiri Irfan. 

"Sayang, yuk, aku sudah siap, nih," ajak Dira.

"Eh, iya," sahut Irfan.

"Kalian gak sarapan dulu," ujar Papi Wahyu.

"Nanti aja di bandara, Pi," jawab Irfan.

"Oh, ya sudah, kalau begitu," kata Papi Wahyu.

"Pi, aku pamit jalan dulu, ya," ujar Irfan, "mami mana, Pi?"

"Mami lagi masak, tuh, di dapur," jawab Papi Wahyu.

"Oh, ya sudah. Biar saja, sampaikan ke mami, ya, Pi, aku pamit jalan," kata Irfan.

"Iya, nanti papi sampaikan," sahut Papi Wahyu.

"Pi, aku pamit juga, ya," kata Dira.

"Iya, Dir," kata Papi Wahyu.

Usai berpamitan, Irfan dan Dira segera keluar rumah. Taksi online yang dipesan oleh Irfan pun sudah menunggu di depan rumah. Mereka langsung naik taksi online tersebut menuju ke Bandara Ahmad Yani. Mereka berdua menggunakan pesawat penerbangan jam sepuluh pagi. Jam sepuluh tepat, pesawat yang dinaiki oleh mereka mulai lepas landas meninggalkan Bandara Ahmad Yani menuju Lombok. 

Pesawat yang Irfan dan Dira naiki pun mulai mendarat di Bandara Internasional Lombok jam setengah dua belas waktu Lombok. Begitu pesawat sudah mendarat, mereka berdua langsung mengurus bagasi mereka. Pukul dua belas siang, mereka berdua segera keluar dari bandara. Irfan langsung memesan taksi. Karena waktu sudah siang, mereka memutuskan untuk mencari makan siang terlebih dahulu. Mereka mencari rumah makan yang dekat dengan lokasi hotel mereka sementara di Mataram sebelum besok pagi baru menyebrang ke Gili Trawangan. Selesai makan siang, mereka bergegas menuju ke hotel. 

Di hotel, Irfan dan Dira beristirahat sejenak terlebih dahulu hingga sore hari. Pada pukul empat sore, mereka memutuskan hendak pergi ke Pantai Senggigi sekaligus melihat matahari terbenam. Mereka berdua pergi ke pantai Senggigi menggunakan mobil rental dari hotel. Di pantai Senggigi, mereka hanya duduk-duduk di pasir sambil menantikan matahari tenggelam.

Begitu matahari sudah tenggelam sepenuhnya, Irfan dan Dira segera beranjak dari pantai. Sebelum kembali ke hotel, mereka menyempatkan diri untuk mencari makan malam terlebih dahulu. Mereka pun memutuskan untuk makan malam di rumah makan yang menyajikan makanan khas lombok yaitu plecing kangkung. Kenyang makan plecing, mereka pun langsung balik menuju ke hotel untuk beristirahat. Malam itu, sebagai pasangan suami istri, mereka tidak hanya sekadar beristirahat. Mereka juga melakukan hubungan seksual.

***

Pagi harinya, Irfan dan Dira masih berada di tempat tidur.

"Sayang, pengen lagi nih," kata Irfan manja ke Dira.

"Gak ah, sudah siang tahu," tolak Dira.

"Sekali aja," ujar Irfan.

"Gak, sayang, kita kan mau ke Gili Trawangan pagi ini," sahut Dira.

"Oia, sekarang jam berapa?" tanya Irfan.

"Udah jam 6 pagi," jawab Dira.

"Hah. Kalau gitu buruan. Kita kan mau nyebrang jam 9 pagi," seru Irfan.

"Ya sudah, buruan mandi," ujar Dira.

"Mandi bareng, ya, biar cepat," kata Irfan.

"Ya sudah, ayo," sahut Dira.

Irfan dan Dira pun mandi bersama. Selesai mandi, pasangan suami istri itu langsung berkemas-kemas. Kemudian, mereka sarapan terlebih dahulu. Setelah sarapan, dua sejoli tersebut check out dari hotel. Jam setengah delapan pagi, mereka berangkat dari hotel menuju ke dermaga penyebrangan untuk menyebrang ke Gili Trawangan. Untung saja, Irfan dan Dira masih keburu untuk ikut menyebrang. Mereka berada di kapal penyeberangan selama satu jam. Jam sepuluh pagi, pasangan muda tersebut sudah tiba di Gili Trawangan. Mereka langsung menuju ke hotel untuk check in terlebih dahulu. Kemudian, mereka berdua menaruh barang-barang. Urusan check in selesai, pasangan suami istri itu memutuskan akan menyewa sepeda. Mereka berniat berkeliling mengelilingi pulau dengan menaiki sepeda. Setelah puas bersepeda, kedua sejoli tersebut makan seafood di pinggir pantai. Sewaktu makan seafood.

"Sayang, habis ini, kita mau ngapain?" tanya Irfan.

"Ngapain ya enaknya?" tanya Dira balik

"Ehem-ehem di hotel aja, yuk," ajak Irfan.

"Itu sih, maunya kamu, sayang. Aku yang capek tahu," protes Dira.

:"Tapi enak, kan?" tanya Irfan.

Dira tidak menjawab. Namun, ia hanya tersenyum malu-malu. Selagi asyik mengobrol, tiba-tiba ada seseorang menghampiri Irfan dan Dira.

"Kamu, Irfan kan?" tanya orang itu.

"Iya, anda siapa, ya?" tanya Irfan balik karena Irfan tidak mengenali sosok tersebut.

"Gue Rifat, Fan, yang pernah menyakiti lu," jawab Rifat.

"Ya ampun, Rifat. Beda banget penampilan lu," ujar Irfan, "eh, iya, kenalin nih, istri gue, Dira."

"Loh, lu udahan sama Sheren?" tanya Rifat. 

"Iya, nih, gue sudah putus sejak lima tahun yang lalu karena dia pindah ke luar negeri," jelas Irfan. 

"Ohh, oia, sekarang gue juga sudah menikah sama Caroline," kata Rifat sambil memeluk Caroline.

"Wah, selamat ya, kalau gitu," ucap Irfan.

"Omong-omong, kalian habis makan mau kemana, nih?" tanya Rifat.

"Belum tahu, nih, paling balik ke hotel dulu, kali," sahut Irfan.

"Mau ikut kita, gak? Kita mau menyewa kapal terus snorkeling," ujar Rifat.

"Hmm, gak deh. Terima kasih. Lain kali aja, ya," jawab Irfan.

"Ya sudah, kalau begitu," kata Rifat, "sayang, yuk kita pergi."

Rifat dan Caroline pun pergi meninggalkan Irfan dan Dira. Sementara itu, Irfan dan Dira pergi ke hotel tempat mereka menginap. Tiba di kamar, Dira langsung bertanya, "Sayang, tadi siapa sih?"

"Yang di rumah makan tadi?" tanya Irfan balik. 

Dira hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Panjang ceritanya. Itu hanya bagian dari masa laluku saja. Lebih baik, tidak perlu dibahas. Toh, aku sudah bahagia sama kamu, sayang," jelas Irfan.

"Hmm, okelah," sahut Dira.

Irfan tidak mau mengingat masa lalunya yang kelam itu. Makanya, ia pun menolak bercerita ketika ditanya oleh istrinya. Dia pun mengalihkan topik pembicaraan siang itu.

"Sayang, tadi pagi, kan, belum kesampaian tuh. Yuk sekarang," kode Irfan.

"Hmm.. kamu tuh maunya," ujar Dira.

Irfan hanya menyengir saja. Kemudian, mereka pun bermain 'gulat' sampai sore. Selesai bermain, mereka berdua mandi bersama. Seusai mandi.

"Sayang, cari makan, yuk. Aku laper nih," ajak Irfan.

"Ya sudah, ayo kita keluar cari makan," sahut Dira.

"Cari rumah makan yang pinggir pantai aja, ya," ujar Irfan.

"Iya, boleh," jawab Dira.

Irfan dan Dira keluar mencari makan malam. Akhirnya, mereka memutuskan untuk makan malam seafood lagi malam itu. Mereka menghabiskan malam itu di pinggir pantai. Setelah puas, Irfan dan Dira kembali ke hotel untuk beristirahat. 

***

Keesokan paginya, jam tujuh, Irfan dan Dira sudah terbangun dari tidurnya. Mereka segera bergantian mandi. Selesai mandi, sekitar jam delapan, mereka sarapan terlebih dahulu. Selesai sarapan, mereka kembali menuju kamar. Mereka pun langsung berkemas-kemas untuk kembali ke Mataram. 

Irfan dan Dira akan menaiki kapal penyeberangan jam dua belas siang. Jam dua belas siang, mereka pun segera menaiki kapal penyeberangan meninggalkan Gili Trawangan. Tentu, mereka berdua tidak lupa menyempatkan diri untuk berfoto terakhir sebelum meninggalkan Gili Trawangan. 

Jam satu siang, Irfan dan Dira sudah sampai di dermaga Bangsal. Turun dari kapal, Irfan segera menghubungi rental mobil yang sudah dipesan dari awal untuk menjemput. Sekitar setengah jam menunggu, mobil jemputan pun datang. Kedua sejoli itu segera naik ke mobil jemputan. Tujuan pertama mereka sebelum ke bandara adalah menuju tempat makan karena mereka sudah lapar lagi. Selesai dipuaskan makanan jasmani, karena masih memiliki cukup waktu, pasangan suami istri itu pun memilih untuk menuju ke pusat oleh-oleh. Mereka hendak membeli perhiasan mutiara yang terkenal di Lombok. Selain itu, mereka berdua juga membeli oleh-oleh makanan khas. Tanpa terasa, pasangan tersebut telah berkeliling hampir dua jam lamanya. 

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Sedangkan, Irfan dan Dira akan menaiki pesawat penerbangan jam tujuh malam, sehingga mereka sudah harus tiba di Bandara Internasional Lombok jam enam sore. Oleh karena itu, setelah puas berbelanja, mereka langsung menuju ke Bandara Internasional Lombok. Kedua sejoli tersebut tiba di bandara pukul setengah enam sore. Sampai di Bandara, mereka pun langsung melakukan check in dan boarding ke pesawat. Pesawat mereka akhirnya lepas landas meninggalkan pulau Lombok jam tujuh tepat waktu setempat. Pesawat yang Irfan dan Dira naiki mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang jam setengah delapan waktu setempat. Sampai di Bandara, mereka berdua sudah dijemput oleh Mas Yanu, supir pribadi Papi Wahyu yang sudah mengabdi dengan keluarganya sejak lama.

"Mas Irfan," teriak Mas Yanu.

"Eh, iya, Mas Yanu," sahut Irfan.

"Sini, biar Mas Yanu bantuin," ujar Mas Yanu.

"Iya, Mas," sahut Irfan.

"Banyak juga, nih, bawaan Mas Irfan dan Mba Dira," kata Mas Yanu.

"Iya nih, biasa oleh-oleh," jawab Irfan.

"Wah aku dibeliin oleh-oleh juga, kan, Mas," seru Mas Yanu.

"Ada. Tenang aja," sahut Irfan

Irfan dan Dira masuk ke mobil. Mas Yanu melajukan mobil menuju ke rumah. Rupanya, malam itu, di kota Semarang sangat macet di mana-mana. Itu menambah lama perjalanan menuju ke rumah. Sehingga, mereka bertiga baru sampai di rumah jam sembilan malam. Setiba di rumah, begitu melihat mobil Irfan datang, sang ayah yang sudah menunggu di ruang tamu memanggil istrinya.

"Mi, itu kayaknya Irfan dan Dira sudah pulang," kata Papi Wahyu.

Mami Helena segera keluar rumah. Bersama suaminya, ia menghampiri anak bungsunya yang baru datang bersama istrinya.

"Malam sekali, nih, sampainya," ujar Mami Helena.

"Iya nih, Mi. Tadi macet banget dari Bandara ke sini," sahut Irfan.

"Udah pada makan belum, nih?" tanya Mami Helena.

"Belum, Mi," jawab Irfan.

"Ya sudah, makan dulu," kata Mami Helena 

"Nanti saja, Mi. Aku mau mandi dulu," ujar Irfan.

"Ya sudah, Irfan, Dira, pada mandi dulu terus abis itu makan. Tadi Bik Iyah masak sup Iga demenan kamu, Fan, seperti biasa," ujar Mami Helena.

"Iya, Mi," jawab Irfan dan Dira bersamaan.

Irfan dan Dira masuk ke rumah. Mereka berdua menuju ke kamar mereka. Kemudian, mereka mandi secara bergantian. Selesai mandi, pasangan suami istri itu makan malam bersama di ruang makan. Mereka berdua makan dengan lahapnya karena sudah merasa lapar sekali. Itu karena terakhir mereka makan adalah siang hari. Usai makan, kedua sejoli itu langsung beristirahat di kamar.

***

Dua hari setelah kepulangan dari berbulan madu, pada pagi hari, Dira merasakan mual. Ia langsung ke kamar mandi. Kemudian, ia pun muntah-muntah di wastafel. Suaminya yang melihatnya, langsung datang menghampiri dan berkata, "Kenapa, sayang?"

"Gak tahu nih, perutku mual-mual, gak enak," jawab Dira.

"Bentar, ya, aku tanya mami dulu apakah ada minyak kayu putih atau nggak untuk diolesin biar perutnya enakan," ujar Irfan.

"Iya, sayang," sahut Dira.

Irfan keluar kamar mencari maminya.

"Mi," teriak Irfan.

"Kenapa, Fan? Pagi-pagi, sudah teriak-teriak," ujar Mami Helena.

"Mi, ada minyak kayu putih, gak?" tanya Irfan. 

"Ada," jawab Mami Helena, "memang kenapa?" 

"Gak tahu, nih, tiba-tiba Dira mual-mual," sahut Irfan.

"Oh, oke sebentar. Mami cari dulu," kata Mami Helena.

Mami Helena mencari minyak kayu putih. Tidak lama, ia pun menemukannya. Ia segera memberikan minyak kayu putih tersebut kepada anak bungsunya itu seraya berkata, "Nih, Fan, minyak kayu putihnya."

"Iya, mi," sahut Irfan.

"Nanti kalau masih gak enak juga dibawa aja ke dokter," pesan Mami Helena.

"Iya, mi, nanti kubawa ke dokter," janji Irfan.

Irfan naik ke lantai dua lagi. Ia menuju ke kamar. Kemudian, ia mengolesi minyak kayu putih ke perut istrinya. 

"Gimana, sayang? Udah enakan?" tanya Irfan.

"Belum, nih," jawab Dira.

"Ya sudah, kita ke dokter aja, yuk. Biar ketahuan sebabnya," ajak Irfan.

"Ya sudah, aku siap-siap dulu," sahut Dira.

Irfan pun membawa istrinya ke dokter diantar oleh supir pribadi keluarganya. Ia membawa istrinya itu ke dokter umum terdekat. Tiba di tempat dokter.

"Pagi, dok," sapa Irfan. 

"Pagi, pak, ada yang bisa saya bantu," balas sang dokter.

"Begini, dok. Istri saya tadi pagi tiba-tiba mual dan muntah-muntah," jelas Irfan.

"Coba, silakan berbaring di tempat tidur," perintah sang dokter.

Dira pun berbaring sesuai perintah dokter. Kemudian, sang dokter segera memeriksa perutnya. Setelah memeriksa, dokter pun balik lagi ke meja kerjanya. Dira pun kembali bangun dan duduk di samping suaminya.

"Hmm, sepertinya istri bapak ini harus memeriksakan urinenya. Coba, nanti bapak beli test pack terus dicoba diuji di urinnya. Menurut pemeriksaan saya, sepertinya istri bapak hamil," jelas dokter tersebut.

"Hah, hamil dok?" tanya Irfan tidak percaya.

"Iya, pak. Tapi untuk lebih pastinya bapak coba cek aja dulu, ya, urin istri bapak," ujar dokter tersebut.

"Baik, dok. Nanti sampai rumah saya coba cek," sahut Irfan.

"Oke, ini saya resepkan juga obat anti mualnya, bisa ditebus di apotik sekalian beli test pack," kata sang dokter.

"Terima kasih, dok," ucap Irfan.

"Sama-sama," sahut dokter itu.

Irfan pun membawa istrinya ke mobil. Kemudian, Mas Yanu segera melajukan mobil menuju apotik. Tiba di apotik, ia pun turun dan masuk ke apotik. Irfan membeli obat sesuai resep dokter. Tidak lupa, ia juga membeli test pack. Selesai membeli semua yang dibutuhkan, ia pun kembali ke mobil. Mas Yanu segera melajukan mobil kembali ke rumah. Rupanya, Mami Helena sudah menunggu di depan rumah. Begitu Irfan dan Dira turun dari mobil, maminya itu langsung menghampiri.

"Gimana, Fan? Apa kata dokter?" cecar mami Helena.

"Dokter mencurigai Dira hamil, Mi. Terus untuk pastinya disuruh cek urin," jawab Irfan.

"Ohh, ya sudah. Kamu sudah beli test packnya?" tanya Mami Helena.

"Sudah, Mi," sahut Irfan.

Irfan segera membawa istrinya itu ke kamar. Kemudian, sang istri menuju ke kamar mandi. Istrinya itu juga menampung urinnya di wadah sesuai perintah dokter. Tak lama, istrinya keluar dari kamar mandi sambil membawa wadah urinnya. Istrinya pun memberikan wadah berisi urin tersebut kepada dirinya. Ia pun segera memasukkan alat test packnya ke dalam wadah urin tersebut. Setelah didiamkan beberapa lama, ternyata alat test pack tersebut memunculkan dua garis. Irfan dan Mami Helena pun langsung gembira melihatnya. Berarti benar istrinya itu hamil. Dengan kata lain, ia akan segera menjadi ayah dan kedua orangtuanya juga segera akan memiliki cucu yang keempat. 

***

Sejak mengetahui Dira hamil, Irfan pun rajin membawa istrinya itu untuk kontrol kandungan ke dokter kandungan. Namun, seiring berjalannya waktu, ketika memasuki usia kandungan delapan bulan, terjadi keanehan pada kandungan istrinya. Istrinya merasa mulas padahal belum waktunya. Akhirnya, Irfan membawa sang istri ke dokter kandungan di rumah sakit Elisabeth dengan diantar supir. Di tempat dokter kandungan. 

"Selamat pagi, dok," sapa Irfan.

"Pagi," balas dokter tersebut.

"Begini, dok, istri saya ini, kenapa, ya? Kok, tiba-tiba, istri saya merasa mulas padahal seharusnya belum waktunya, kan, untuk melahirkan," ujar Irfan.

"Coba, sebentar, saya periksa dulu, ya," kata sang dokter.

Dokter pun memeriksa kandungannya Dira dengan USG. Dari hasil USG, diketahui ternyata ditemukan adanya tumor ganas. Sang dokter kembali ke meja kerjanya.

"Pak, sepertinya istri bapak harus segera dioperasi untuk menyelamatkan bayinya. Karena istri bapak ini mengalami tumor ganas. Kalau tidak segera diselamatkan anak bapak akan meninggal," jelas dokter Margareth.

"Apa? Kalau gitu, apakah sekarang juga bisa dilakukan tindakan, dok?" cecar Irfan.

"Bisa saja, tapi saya harus cek dulu ruang operasi. Bapak dan istri bapak silakan tunggu di UGD. Biar istri bapak bisa berbaring dulu," jawab sang dokter.

"Baik, dok," sahut Irfan.

Dokter pun mengecek ruangan operasi. Sementara itu, Irfan membawa istrinya itu menuju ke UGD. Sambil menunggu dokter memberi kabar, Irfan menelepon keluarganya dan keluarga istrinya. Tidak berapa lama, dokter memberi kabar bahwa bisa dilakukan operasi sekarang. Dokter dan beberapa petugas medis langsung membawa istrinya itu menuju ke ruang operasi. Ia hanya menunggu di luar ruang operasi. 

Belum lama Dira dimasukkan ke ruang operasi, keluarga besar Irfan dan Dira sudah berkumpul di luar. Mereka menunggu dengan cemas kondisi Dira beserta anaknya. Setelah tiga jam sudah berlalu, akhirnya sang dokter keluar dari ruang operasi. Irfan pun langsung menghampiri dokter.

"Bagaimana, dok?" tanya Irfan.

"Anak bapak bisa diselamatkan, sekarang lagi di inkubator karena prematur belum waktunya sudah lahir. Tumor istri bapak juga sudah diangkat. Namun, istri bapak sepertinya lemah sekali kondisinya dan sekarang koma. Istri bapak secepatnya akan kami pindahkan ke ICU sambil menunggu perkembangan," jelas dokter itu.

Mendengar penjelasan dokter, Irfan pun langsung cemas dan khawatir terhadap kondisinya istrinya. Maminya dan mami mertuanya berusaha menguatkan hatinya supaya tidak drop. Petugas medis pun akhirnya sudah memindahkan Dira ke ICU. 

Tiga hari berlalu. Dira masih tetap berada di ICU. Bahkan, belum ada tanda-tanda perkembangan positif. Anaknya Irfan sudah bisa dibawa pulang. Oleh Irfan, anak laki-lakinya itu diberi nama Antonius Afandi Sudjatmiko. Untuk sementara, anaknya itu diurus oleh maminya dan kakak perempuannya. Sedangkan, ia sendiri tetap menunggu istrinya di rumah sakit. 

Hari keempat, istri Irfan semakin drop. Sore hari, istrinya pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Dira berpulang ke rumah Bapa di surga. Irfan pun  merasa sangat terpukul dengan kepergian istrinya yang begitu cepat di usia pernikahan mereka yang masih tergolong seumur jagung. Ia pun lagi-lagi drop karena sudah terlalu banyak mengalami masalah sejak dulu. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa kalaulah memang itu sudah kehendak Bapa di surga. 

Irfan pun langsung mengurus kepulangan jenazah istrinya itu dari rumah sakit. Ia juga mengurus pemakaman Dira. Tidak pakai berlama-lama, sang istri akhirnya dimakamkan setelah dua hari disemayamkan di rumah duka. Mami dan papinya senantiasa menghibur dan menguatkan dirinya dalam kesedihannya. Karena bagaimanapun juga, dia harus tetap tegar dan merawat buah hati tercintanya dengan Dira, Fandi.


Irfan kembali mengalami musibah

Kini, ia menjadi single parent

Bagaimana Irfan menjalani hari-hari sebagai single parent?

Nantikan terus part berikutnya.., 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar