Terjemahkan

Rabu, 20 Mei 2020

Irfan Story Season III (Cinta Lama Hadir Kembali) - Part V (END)


BAB V

AKHIR PENANTIAN

 

Hari demi hari, hubungan Irfan bersama kekasihnya itu semakin erat bersatu. Bahkan, mereka berdua bersama anak-anak mereka juga sudah sering rekreasi keluarga bersama. Oleh karena itu, Irfan pun memutuskan untuk menikahi kekasihnya itu secepatnya. Akhirnya, ia melamar kekasihnya itu saat mereka candlelight dinner di rumah pasangannya itu.

"Sher," kata Irfan.

"Iya, Fan," kata Sheren.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ujar Irfan.

"Apa tuh, Fan?" sahut Sheren.

Irfan mengeluarkan sekotak cincin. Ia pun berlutut di hadapan Sheren.

"Will you marry me?" tanya Irfan.

Sheren merasa bahagia karena dirinya dilamar oleh Irfan. Ia pun berkata, "Yes, I will, Fan." 

Irfan pun memasangkan cincinnya di jari kekasihnya itu. Kekasihnya juga memasangkan cincin satunya di jarinya. Ya, malam itu pun menjadi saksi bersejarah lamaran dirinya terhadap kekasihnya. Mereka pun menghabiskan malam itu dengan makan malam berdua. Karena sudah larut malam, Irfan pun berpamitan pulang karena ia merasa kasihan terhadap anaknya jika kelamaan ditinggal sendiri. 

***

Esok pagi.

"Papi, papi, ayo bangun," kata Afandi.

"Ndi, papi masih ngantuk," sahut Irfan.

"Papi semalam kemana sih?" tanya Afandi.

"Papi makan malam sama Tante Sheren," jawab Irfan.

"Cie, papi," ujar Afandi.

"Apa sih, kamu anak kecil," kata Irfan sambil menggelitiki anaknya, Afandi.

"Ah, papi, geli tahu. Udah ah, Ndi mau mandi. Kan, Ndi harus sekolah," sahut Afandi.

"Oh, iya. Ya sudah, buruan mandi. Nanti gantian, abis itu papi yang mandi. Terus kita berangkat kalau sudah siap, biar gak terlambat," ujar Irfan.

"Siap, Pi," sahut Afandi.

Afandi dan Irfan mandi bergantian. Setelah siap, mereka pun sarapan terlebih dahulu. Lalu, Irfan mengantarkan anaknya menuju ke sekolah. Selanjutnya, ia menuju ke kantornya. Saat jam makan siang, ia memutuskan akan makan di restaurant milik pasangannya itu karena dirinya sudah berjanji dengan kekasihnya untuk bertemu membicarakan rencana pernikahan mereka. Ia sengaja pergi sendiri ke restaurant milik kekasihnya. Di restaurant Sheren.

"Selamat siang, untuk berapa orang?" sapa pelayan dengan ramah.

"Selamat siang, bisa bertemu dengan ibu Sherennya," balas Irfan.

"Dengan bapak siapa?" tanya pelayan itu.

"Pak Irfan," jawab Irfan.

"Oke, Pak. Silakan tunggu sebentar. Saya tanyakan ke dalam dulu," ujar pelayan tersebut.

Pelayan itu meninggalkan Irfan. Kemudian, pelayan itu menuju ke ruangan Sheren. Pelayan itu segera mengetuk pintu.

"Iya, silakan masuk," sahut Sheren.

Pelayan membuka pintu.

"Bu, ada tamu yang mau bertemu, namanya Pak Irfan," kata pelayan itu.

"Ohh, suruh masuk aja ke sini," perintah Sheren.

"Oke, baik, Bu," sahut pelayan tersebut.

Pelayan itu kembali menemui Irfan. Ia mempersilakan tamu atasannya itu untuk menuju ke ruangan atasannya. Irfan pun melangkah menuju ke ruangan Sheren. Ia mengetuk pintu ruangan.

"Iya, silakan masuk," sahut Sheren.

Irfan pun membuka pintunya.

"Eh, Fan. Ayo masuk sini," ujar Sheren begitu melihat Irfan yang membuka pintu.

"Iya, Sher," sahut Irfan seraya melangkah masuk ke ruangan Sheren.

Irfan pun duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

"Sudah makan siang, belum, Fan?" tanya Sheren.

"Belum, nih," jawab Irfan.

Sheren menelepon salah satu pelayannya. Ia memesan makanan. Kemudian, ia melanjutkan pembicaraan dengan cowoknya.

"Ada perlu apa, nih, Fan?" tanya Sheren.

"Begini. Aku mau membicarakan kelanjutan soal kemarin. Aku mau lebih serius lagi soal hubungan. Aku tidak mau berlama-lama hanya berpacaran saja," jelas Irfan.

"Maksudmu soal menikah?" tanya Sheren lagi.

"Iya, Sher," sahut Irfan.

"Tapi, kalau menikah sama aku. Aku maunya dilaksanakan di Perancis," ungkap Sheren.

"Gapapa, malah seru, romantis juga tempatnya," ujar Irfan, "tapi, kalau di sana, kita gimana mengurusnya?"

"Tenang saja, Fan. Kebetulan, di sana, aku sudah banyak kenalan yang bisa bantu urus pernikahan kita," terang Sheren.

"Wah, enak dong," sahut Irfan.

"Iya," ujar Sheren.

Selesai pembicaraan, tak lama, pelayan datang membawa makanan. Pelayan meletakkan makanan di atas meja kerja atasannya itu.

"Ayo, Fan, dimakan dulu," kata Sheren.

"Iya, Sher," sahut Irfan.

Irfan menyantap makanan dengan lahap. Namun, ia tidak sanggup menghabiskan semua. Akhirnya, ia membungkus sisa makanan. Dia membawa pulang bungkusan makanan itu untuk orang di rumah. Ia sudah kenyang makan. Dia pun kembali menuju ke kantornya. Sore harinya, ia pulang ke rumah. Tiba di rumah, Afandi menyambutnya bersama maminya.

"Papi, itu apa?" tanya Afandi menunjuk ke arah bungkusan yang dibawa oleh papinya.

"Ini makanan, Ndi. Tante Sheren yang bawain buat kita," jawab Irfan.

"Asyikkk.. pasti enak makanannya," ujar Afandi.

"Ya, sudah. Sini, biar mami siapkan," kata mami Helena.

Irfan menyerahkan bungkusan itu kepada maminya. Maminya pun membawa bungkusan makanan menuju ke dapur. Sementara itu, Irfan mandi terlebih dahulu. Kemudian, ia kembali turun ke lantai satu menuju ruang makan. Di ruang makan, maminya bersama papinya dan anaknya sudah menunggu. Mereka sekeluarga pun makan malam bareng dengan menu yang dibawa dari Sheren. Selesai makan.

"Pi, Mi, Irfan mau kasih berita gembira," ujar Irfan.

"Berita apa tuh?" tanya mami Helena yang siap menyimak berita tersebut.

"Irfan dan Sheren akan segera menikah. Rencananya pernikahan Irfan akan diselenggarakan di Perancis sana," jelas Irfan.

"Asyik, Ndi mau punya mami baru," kata Afandi kegirangan.

"Baguslah, mami sama papi turut senang," ujar Mami Helena.

Mami Helena dan Papi Wahyu tampak gembira karena anak bungsunya itu akan mendapatkan pendamping yang baru. Karena sesungguhnya, Mami Helena merasa kasihan selama ini anaknya itu berjuang sendiri membesarkan anak semata wayangnya yang sudah semakin beranjak besar.

***

Sementara itu, di rumah Sheren. Sheren menelepon kedua orang tuanya yang ada di Perancis yaitu Tante Irma dan Om Yudi. 

"Halo, Ma," sapa Sheren.

"Halo, Sheren," balas Tante Irma.

"Papa mana, Ma?" tanya Sheren.

"Masih kerja, kan di sini masih siang," jawab Tante Irma.

"Oh iya, ya, benar," sahut Sheren.

"Ada apa nih, nelpon?" tanya Tante Irma, "omong-omong, belom tidur kamu."

"Belom, Ma. Gini, Sheren mau kasih info kalau Sheren sudah dilamar Irfan dan kita juga berencana akan segera menikah," jelas Sheren.

"Hah, Irfan anaknya Om Wahyu?" tanya Tante Irma.

"Iya, Ma," jawab Sheren.

"Kamu sudah ketemu lagi sama dia?" tanya Tante Irma lagi.

"Sudah, Ma. Cuma kondisinya sudah berbeda. Irfan sama kayak Sheren, Ma. Dia single parent juga. Istrinya sudah lama meninggal sejak anaknya baru saja lahir," ungkap Sheren.

"Ohh, gitu. Ya sudah, baguslah, kamu memang butuh pendamping hidup biar gak terlalu capai mengurus ini itu," ujar Tante Irma.

"Iya, Ma. Nanti tolong sampaikan ke papa juga, ya, Ma," sahut Sheren.

"Iya, nanti mama sampaikan ke papa," ujar Tante Irma.

"Ma, sudah dulu ya. Sheren mau menidurkan Yuri dulu, ya," kata Sheren mengakhiri pembicaraannya.

"Oh, iya, salam ya, buat Yuri dari omanya. Oia, salam juga buat Irfan dan keluarganya," kata Tante Irma.

"Iya, Ma," sahut Sheren.

Sheren menyudahi panggilan dengan mamanya itu di telepon. Ia pun segera menuju ke kamar. Dia segera menidurkan Yuri. Lama kelamaan, ia pun ikut tertidur.

***

Seperti biasa, keesokan paginya, Sheren mengantarkan Yuri ke sekolah. Irfan juga mengantarkan Afandi ke sekolah. Kali ini, Sheren sengaja membawakan rantang makanan juga untuk Irfan, selain bekal untuk anaknya. Di sekolah, ternyata ia tiba lebih dulu, sedangkan kekasihnya itu belum sampai. Tidak lama, kekasihnya itu sampai di sekolah bersama Afandi.

"Eh, Sher, masih di sini, belum jalan ke restoran," kata Irfan.

"Belum, nih, sengaja mau ketemu kamu," ujar Sheren.

"Ada apa, ya?" tanya Irfan.

"Ini, aku mau kasih makanan buat kamu makan siang nanti," jawab Sheren.

"Ya ampun, repot-repot segala," ujar Irfan.

"Gapapa, kan kamu bentar lagi juga jadi suamiku. Jadi sudah sewajarnya, aku harus membiasakan ini," kata Sheren.

"Ohh, ya sudah, aku terima. Terima kasih, ya, Sher," ucap Irfan.

"Iya, Fan. Oia, aku jalan, ya, ke restaurant," pamit Sheren.

"Oia, Sher. Hati-hati di jalan," pesan Irfan.

Sheren menuju ke mobilnya. Irfan mengantarkan anaknya masuk ke kelas. Setelah anaknya masuk ke kelas, ia pun melanjutkan perjalanan menuju ke kantor. Di kantor.

"Wah, Fan. Bawa apa tuh?" tanya Mas Banu yang bertemu di lobby.

"Ini, Mas. Tadi aku ketemu Sheren, terus bawain makanan buat aku," jawab Irfan.

"Ohh. Eh, omong-omong, mas mendengar, kamu mau menikah sama Sheren," kata Mas Banu.

"Iya, Mas. Mami sama papi sudah kasih tahu, ya," sahut Irfan.

"Iya, barusan aja ketemu papi. Papi cerita katanya kamu sudah mau menikah sama Sheren," ungkap Mas Banu.

"Ohh. Iya, Mas. Rencananya sih akan di Perancis," sahut Irfan.

"Wahh, keren tuh," ujar Mas Banu.

"Hehehe, iya mas," sahut Irfan.

"Ya sudah, yuk kita masuk ke dalam," ajak Mas Banu.

Irfan dan kakaknya itu masuk ke ruangan kantor. Siang hari, Irfan memakan bekal yang dibawakan oleh Sheren. Karena sangat banyak, ia juga membagi makanannya ke papinya dan kakaknya. Mereka bertiga pun makan siang bersama. 

***

Hari berganti hari. Tinggallah seminggu lagi menjelang pernikahan Irfan. Seluruh keluarganya bersiap-siap untuk melakukan penerbangan menuju ke Perancis. Beberapa hari sebelumnya, Irfan ditemani maminya dan papinya juga sudah pergi ke Ambarawa untuk meminta izin kepada keluarga almarhum istrinya supaya dirinya dapat menikah kembali. Keluarga almarhum istrinya pun juga sudah mengizinkannya. Ia, papinya, kakak iparnya, dan kakaknya sudah mengambil cuti selama dua minggu. Anaknya sendiri, anaknya Mba Revi, dan anaknya Mas Banu pun sudah dimintakan izin untuk tidak sekolah selama dua minggu. Hari itu, keluarganya akan menuju ke Perancis dengan penerbangan jam sepuluh pagi. Oleh karena itu, keluarganya sudah sibuk siap-siap dari pagi hari. Mereka membawa koper masing-masing satu buah, karena mereka akan berada di Perancis selama sepuluh hari.

"Sudah siap semua, belum?" tanya Irfan.

"Bentar lagi," jawab Mami Helena.

"Buruan, ya, mi," ujar Irfan.

"Iya," sahut Mami Helena.

"Oia, Mas Banu dan Mba Revi langsung ketemu di Bandara, kan?" tanya Papi Wahyu.

"Gak kok, Pi. Itu mereka sudah di depan," kata Irfan sambil menunjuk ke arah depan rumah.

"Ohh," sahut Papi Wahyu.

"Iya, pi. Makanya ini kita tinggal nunggu mami aja," ujar Irfan.

"Sudah, yuk, jalan," kata mami Helena tiba-tiba menghampiri Irfan dan Papi Wahyu.

Irfan bersama mami dan papinya menaiki mobil. Supir pribadi keluarganya yang menyetir mobil. Mobil mereka beriringan menuju ke Bandara Ahmad Yani. Mereka tiba di bandara pada pukul 08.45 pagi. Tiba di Bandara, mereka langsung menurunkan barang-barang. Selesai turun barang, supir pribadi keluarganya itu membawa mobil pulang. Supir pribadi kakak laki-lakinya juga membawa mobil kakak laki-lakinya itu pulang. Begitu pula, supir kakak perempuannya juga membawa mobil kakak iparnya pulang. Sementara, keluarganya masuk ke bandara. Mereka melakukan check in. Keluarganya menaiki pesawat pada pukul setengah sepuluh. Pesawat mereka pun lepas landas meninggalkan bandara Ahmad Yani pada pukul sepuluh tepat. 

Pesawat mereka mendarat di Perancis pada pukul sepuluh malam waktu Perancis. Setiba di bandara udara Paris, Perancis, keluarga Irfan sudah dijemput oleh mobil sewaan dari keluarga Sheren. Keluarga Irfan langsung diantar ke apartemen sewaan. Karena waktu sudah terlalu larut malam, mereka semua langsung pada beristirahat malam itu. 

***

Esok pagi, keluarga Irfan sudah kembali sibuk karena mereka bersama akan menuju ke rumah Sheren. Hari itu menjadi hari peresmian lamaran Irfan kepada Sheren.

"Semuanya sudah siap?" tanya Mami Helena.

"Sudah, nih," jawab Irfan.

"Ya sudah. Kalau semua sudah siap. Kita semua berangkat," ujar Mami Helena.

Seluruh anggota keluarga Irfan berangkat menuju ke rumah Sheren. Mereka disambut hangat oleh keluarga Sheren. Prosesi lamaran mereka pun berjalan dengan lancar. Acara hanya berlangsung hingga siang hari. Siang hari, selesai acara, keluarga Irfan kembali menuju ke apartemen. 

Malam harinya, Irfan menelepon Sheren.

"Halo, Sher," sapa Irfan.

"Halo, Fan," balas Sheren.

"Sher, kamu ada acara, gak? Malam ini kita keluar, yuk. Aku pengen ngeliat situasi kota Paris di malam hari. Sekalian mau ke menara Eiffel," ujar Irfan.

"Boleh," sahut Sheren.

"Aku jemput, ya," kata Irfan.

"Oke," jawab Sheren.

Irfan menyudahi percakapannya di telepon. Kemudian, ia turun ke lantai paling bawah. Ia menuju ke parkiran. Dia meminjam mobil sewaan. Ia pun menyetir sendiri menuju ke rumah Sheren. Dia juga sudah mempunyai SIM Internasional jadi dirinya akan aman kalau menyetir di Perancis. Tidak memakan waktu lama, ia pun tiba di rumah kekasihnya itu. Ceweknya itu pun sudah siap di depan rumahnya dengan memakai dress berwarna putih. Sangat senada dengan Irfan yang memakai kemeja hitam dibalut rompi putih. Kekasihnya itu pun langsung naik ke mobil. Ia pun langsung melajukan mobil menuju ke pusat kota Paris. Dia segera memarkirkan mobil di suatu tempat. Kemudian, mereka berdua turun dari mobil. Mereka bergegas menuju ke Menara Eiffel. Mereka duduk di sebuah bangku dekat Menara Eiffel.

"Indah, ya, langit kota Paris malam hari seperti indahnya cinta kita yang tidak terduga," ujar Irfan.

"Iya, Fan. Aku tidak menyangka ternyata memang kita berjodoh walau kita harus melalui dengan perjuangan," sahut Sheren.

"Iya. Aku rasanya bahagia, deh, malam ini. Malam ini akan menjadi saksi bersejarah buat kita berdua," kata Irfan.

"Iya, Fan."

Irfan pun langsung mencium kening Sheren. Ia juga merangkulnya dengan mesra. Mereka berdua berada di Menara Eiffel sampai jam sepuluh malam. Kemudian, mereka kembali ke rumah Sheren. Setelah menurunkan kekasihnya itu, ia melajukan mobil menuju apartemen.

***

Hari-hari berlalu, Irfan disibukkan dengan persiapan pernikahannya. Mulai dari urusan pakaian, foto, catering, dan lain sebagainya. Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba, yaitu hari pernikahan Irfan dan Sheren. Mereka berdua akan melangsungkan pemberkatan pernikahannya di Katedral Notre Dame, Paris. Pernikahan mereka dihiasi dengan nuansa putih. Sang mempelai laki-laki mengenakan kemeja hitam dengan dasi putih dibalut dengan jas putih. Sementara, sang mempelai wanita mengenakan long dress bernuansa putih berhiaskan kristal swarovski. Pernikahan pun berlangsung dengan khidmat. Janji pernikahan pun diucapkan dengan syahdu dan lantang.

"Di hadapan imam dan para saksi, saya, Bartolomeus Irfandhi Putra Sudjatmiko, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Bernadetta Sherena Hendrawan yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini," janji Irfan disampaikan dengan lugas.

"Di hadapan imam dan para saksi, saya, Bernadetta Sherena Hendrawan, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Bartolomeus Irfandhi Putra Sudjatmiko yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini," janji Sheren disampaikan dengan lugas.

Seluruh janji itu tentunya diucapkan dalam bahasa Inggris. Seusai janji itu diucapkan, Irfan dan Sheren resmi menjadi suami istri. Selesai pemberkatan, mereka berfoto bersama dengan keluarga kecilnya. Tentu saja dengan Afandi dan Yuri, anak-anak mereka. Usai foto dilaksanakan, keluarga besar mereka mengadakan pesta syukuran sederhana di sebuah hotel di daerah Paris. Mereka berdua sangat berbahagia. Kedua anak mereka pun juga berbahagia karena mereka merasa keluarganya sudah lengkap. Berakhir sudah lika liku kehidupan percintaan mereka dengan segala dinamikanya. Irfan dan Sheren memang berjodoh. Mereka membentuk keluarga kecil mereka sendiri. Memang benar, kalau ditakdirkan berjodoh, dengan berbagai macam cara, Tuhan pasti akan mempersatukannya, walau kadang caranya tidak pernah kita duga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar