Terjemahkan

Jumat, 22 Mei 2020

Dari Pacar Menjadi Papa - Part II



Selang beberapa hari kemudian, pada pagi hari, Mama Yulia hendak memasak. Namun, ketika membuka lemari di dapur, bahan makanan sudah pada habis semua. Ia pun memutuskan untuk berbelanja ke supermarket. Dia pun pergi sendiri ke supermarket dengan menaiki taksi online. Di supermarket, ia langsung berkeliling mencari bahan makanan yang dibutuhkan. Ketika di lorong makanan kaleng, dirinya mengalami kesulitan. Karena, ternyata, makanan kaleng yang akan dibelinya berada di rak paling atas. 
Di saat yang bersamaan, Markus pun sedang berbelanja di supermarket yang sama. Markus yang sedang berbelanja pun tiba-tiba melihat adanya sosok sang ibu dari pacarnya.
"Wah ada mamanya Liana yang cantik, tuh, lagi berbelanja. Eh, tapi, kayaknya dia lagi kesusahan mengambil barang, tuh," gumam Markus. 
Markus menghampirinya. Ia mengambilkan barang yang dimaksud. Mama Yulia pun melihat ada tangan kekar membantunya mengambilkan makanan kaleng tersebut. Sontak, setelah mendapatkan makanan kaleng tersebut, ia pun menengok. Ternyata, ada sesosok cowok ganteng yang kemarin datang ke rumahnya membantu dirinya.
"Terima kasih," ucap Mama Yulia.
"Sama-sama, Tan," kata Markus, "oh, iya, kemarin belum kenalan, kan, Tan. Namaku Markus."
"Kalau Tante namanya Yulia. Panggil aja Tante Yulia,"  
"Tante ke sini sendiri?" tanya Markus.
"Iya, nih," jawab Mama Yulia.
"Mau aku temani belanja, Tan," tawar Markus.
"Kalau gak merepotkan, sih, gapapa," sahut Mama Yulia.
"Gak kok, Tan," ujar Markus.
Mama Yulia dan Markus kembali melanjutkan kegiatan berbelanjanya. Selesai belanja.
"Tan, habis ini rencananya mau ngapain?" tanya Markus.
"Paling pulang ke rumah," kata Mama Yulia.
"Makan dulu aja yuk, tan," ajak Markus.
"Tapi, nanti Liana mencari tante," sahut Mama Yulia.
"Liana pasti tidak akan mencari, kok, Tan. Setahuku, Liana, kan, kuliah sampai sore hari ini," ujar Markus.
"Okelah," sahut Mama Yulia.
Markus dan Mama Yulia makan siang bersama. Di rumah makan.
"Tan, aku boleh nanya sesuatu?" tanya Markus.
"Boleh," jawab Mama Yulia.
"Tante sama Liana cuma tinggal berdua kah?" tanya Markus lagi.
"Iya. Om sudah lama meninggal sejak lima tahun yang lalu," jelas Mama Yulia.
Markus pun kembali bertanya, "Terus, tante gak rencana menikah lagi?" 
"Siapa yang mau sama tante sudah tua gini," ujar Mama Yulia.
"Pasti masih ada, lah, Tan. Tante, kan, masih cantik. Tadinya aja, aku mengira tante, kakaknya Liana, loh," jelas Markus.
"Ah, kamu bisa aja," sahut Mama Yulia.
"Beneran, loh, Tan. Aku saja mau, kok, jadi pacar tante, kalau Tante bersedia. Biar tante kemana-mana tidak sendirian, ada yang menemani," ujar Markus.
"Memang kamu single?" tanya Mama Yulia, "bukannya kamu pacarnya Liana?"
"Aku bukan pacarnya, Tan. Aku tuh, cuma temannya aja, Tan," kata Markus berbohong.
"Memangnya kamu mau sama wanita peyot tua ini?" tanya Mama Yulia.
"Yaelah, Tan. Kan, aku sudah bilang, tante tuh, masih cantik," kata Markus.
"Hmm, yakin?" sahut Mama Yulia.
"Yakin, Tan. Apa perlu kubuktikan dengan belah dadaku?" tantang Markus.
"Hahaha, kamu bisa saja. Ya sudah, tante bersedia. Tapi, kamu jangan bilang sama Liana dulu, ya," ujar Mama Yulia.
"Siap, Tan," sahut Markus.
Mama Yulia dan berondongnya akhirnya resmi berpacaran tanpa sepengetahuan anaknya. Markus pun bermain 'cantik' agar tidak diketahui kekasih yang satunya lagi. Begitu pula sebaliknya, ia berpacaran dengan kekasih satunya lagi itu tanpa sepengetahuan Mama Yulia. Selesai makan, Mama Yulia pulang ke rumahnya. Berondongnya pun juga balik ke kantornya. Setiba di kantor.
"Dari mana aja lu?" tanya Frans, "lama amat istirahatnya."
"Tadi gue habis ke supermarket dulu terus baru makan siang, sama bidadari cantik pula," kata Markus.
"Liana?" sahut Frans.
"Bukan," jawab Markus.
"Cewek mana lagi yang lu gebet?" tanya Frans, "playboy banget, sih, lu jadi orang."
"Udahlah, nanti aja gue ceritainnya setelah jam kerja," ujar Markus.
"Yahhh, ya sudah, oke deh," sahut Frans.
Markus menunda ceritanya. Ia dan teman kantornya itu melanjutkan pekerjaan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar