BAB V
HARUSKAH INI JUGA BERAKHIR?
Hari-hari telah berlalu. Tiba waktunya untuk Irfan mulai memasuki dunia kampus sebagai mahasiswa baru. Pagi itu, seperti biasa suara maminya mulai menggema kembali di rumah karena dirinya yang susah untuk dibangunkan. Dua kali teriakan maminya tidak kunjung membangunkan. Sang mami pun akhirnya mendatangi kamarnya. Mami yang tercinta itu membuka pintu dan berteriak lagi, "Irfannn."
"Apa sih, mi?" tanya Irfan seraya mengucek mata.
"Kamu tidak lihat jam. Sudah jam berapa itu lihat?" ujar Mami Helena.
Irfan pun menengok ke arah jam. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul enam. Padahal, dirinya harus tiba di kampus jam setengah tujuh untuk ospek. Makanya, secara terburu-buru, ia pun segera mandi. Kemudian, dia langsung menuju ke kampus. Sampai di sana, acara ospek sudah dimulai. Karena terlambat datang, Irfan pun dipanggil senior di kampusnya, Kak Richard.
"Hey, kamu mahasiswa baru, kenapa terlambat?" tanya Kak Richard.
"Maaf, kak. Tadi aku kesiangan," kata Irfan.
"Kesiangan? Enak aja ngomong kesiangan," ujar Kak Richard.
Irfan langsung menunduk. Ia pun tidak berani menatap seniornya yang lagi marah.
"Sudah, kamu dihukum lari keliling lapangan ini 5x, push up 10x," perintah Kak Richard.
"Iya, kak," sahut Irfan.
Irfan melakukan lari keliling lapangan sambil dilihat oleh kak Richard. Selagi ia melakukan lari, datanglah senior lainnya yaitu kak Shelly, menghampiri senior yang menghukumnya itu.
"Chad, itu siapa? Ganteng banget, ih," kata Kak Shelly.
"Biasa mahasiswa baru datang telat," kata Kak Richard.
"Gue mau tuh jadi pacarnya, brondong ganteng gitu," ujar Kak Shelly.
"Ih, genit amat sih lu, Shel," cela Kak Richard.
"Biarin aja, abis lu lebih milih jadian sama Rika. Padahal cantikan juga gue," Kak Shelly mengungkapkan kekesalannya waktu Kak Richard lebih memilih Kak Rika.
"Ceritanya lu suka ama gue, nih," sindir Kak Richard.
"Iyalah. Lu sih gak peka jadi cowok," sahut Kak Shelly.
"Ya sudah, apa kita jadian aja?" tawar Kak Richard.
"Ogah, gue gak mau jadi yang kedua, ya," ketus Kak Shelly.
"Yakin nih? Gak nyesel?" cecar Kak Richard.
"Yakin lah, apalagi sekarang sudah ada brondong ganteng mahasiswa baru itu," ujar Kak Shelly.
"Dih, padahal gantengan juga gue dibanding dia," ujar Kak Richard.
"Ngaca lu, ganteng darimana?" cibir Kak Shelly.
"Lah, buktinya lu dulu ngejar-ngejar," kata Kak Richard.
"Itu dulu sebelum ada dia," sahut Kak Shelly.
"Dasar cewek genit," cibir Kak Richard.
Di tengah percakapan Kak Richard dan Kak Shelly, Irfan sudah selesai menjalankan hukumannya. Ia pun menghampiri seniornya kembali.
"Kak, aku sudah selesai melakukan hukuman dari kakak," kata Irfan.
"Aduh, keringetnya banyak banget, sini kakak lapin. Namanya siapa sih?" ujar kak Shelly seraya mengelap keringat Irfan.
"Namaku Irfan, Kak," sahut Irfan.
"Kalau kakak namanya kak Shelly," balas Kak Shelly.
"Shel, sudah deh gak usah genit gitu, sok ngajak kenalan lagi," kata Kak Richard.
Kak Shelly tidak mengubris perkataan Kak Richard. Ia malah mengajak Irfan mengobrol lagi.
"Kamu dihukum apa sih sama kak Richard?" tanya Kak Shelly.
"Dihukum lari sama push up, Kak," jawab Irfan.
"Aduh, kasihan, besok-besok kalau dihukum Kak Richard lagi, kasih tahu kakak, ya, biar kak Richard kakak yang hukum balik,"
"Udah, kamu sana balik ke barisanmu," perintah Kak Richard.
Kak Richard merasa kesal dengan kelakuan Kak Shelly. Ia pun mengusirnya dari hadapannya. Dia juga meminta Irfan kembali ke barisannya. Juniornya itu pun menuju ke barisannya. Adik tingkat Kak Richard itu pun merasa kelelahan pagi itu.
Ospek berlangsung selama tiga hari. Kak Shelly juga masih saja genit mendekati Irfan. Sementara, Irfan pun belum memberi info kalau dirinya sudah mempunyai pacar.
***
Suatu hari, Irfan sedang makan di kantin kampus. Ia pun lagi makan sendirian saja. Kak Shelly yang melihat dirinya lagi makan sendiri tersebut langsung menghampiri.
"Halo, Irfan ganteng," sapa Kak Shelly.
"Eh, Kak Shelly," kata Irfan.
"Boleh kakak duduk di sini?" tanya Kak Shelly.
"Boleh, kak, silakan aja," jawab Irfan.
"Mamimu ngidam apa sih dulu? Kok bisa punya anak ganteng seperti kamu?" cecar Kak Shelly.
"Bisa aja kakak," sahut Irfan.
"Beneran, tahu. Kamu, tuh, ganteng maksimal," ujar Kak Shelly.
Selagi mengobrol dengan Kak Shelly, tiba-tiba datanglah Leon menghampiri.
"Irfan," teriak Leon.
"Eh, Yon," sahut Irfan.
"Loh, kak Shelly, kok, ada di sini," ujar Leon.
"Loh, kamu kenal, Yon?" tanya Irfan.
"Dia sepupu gue, Fan," jawab Leon.
"Leon, kamu kenal sama Irfan?" tanya Kak Shelly.
"Kenal, lah, Kak, dia kan, temanku dari SMP," jawab Leon.
"Kok, kamu gak pernah cerita, sih, punya teman ganteng begini," ujar Kak Shelly.
"Udah punya pacar dia, Kak," sahut Leon.
"Ah, masa, sih." Kak Shelly tidak percaya begitu saja. Ia pun langsung bertanya kepada Irfan, "Benar, Fan?"
"Benar, Kak. Tapi pacarku masih SMA," jawab Irfan.
Mendengar jawaban Irfan, Kak Shelly pun menjadi galau lagi. Ia kembali patah hati lagi ternyata target barunya sudah punya pacar. Dia pun langsung pergi dari situ. Kemudian, ia menghampiri Kak Richard yang sedang berada di taman belakang.
"Richard," lirih Kak Shelly.
"Ngapa lu, datang-datang mewek gitu," ujar Kak Richard.
"Irfan sudah punya pacar," sahut Kak Shelly.
Kak Richard hanya tertawa saja.
"Kok, lu malah ketawa sih, bukannya hibur gue, kek," ujar Kak Shelly.
"Gagal nih ceritanya," ledek Kak Richard.
"Tuh, kan, sekarang malah ngeledekin lagi," kata Kak Shelly.
"Makanya, jangan genit-genit lu jadi orang, jaga sikap," Kak Richard menasihati Kak Shelly.
"Lu, mah, gitu, dah," sahut Kak Shelly.
Di sisi lain, sesudah makan di kantin, Leon mengajak Irfan keluar main ke mall karena perkuliahan mereka pun sebenarnya sudah selesai hari itu. Mereka bermain di mall sampai malam hari. Malam hari, Irfan pulang ke rumahnya. Maminya sudah menunggu depan pintu rumah.
"Irfan, kemana aja kamu, Nak? Pulang sampai malam begini," interogasi Mami Helena.
"Yahh, Mi, namanya juga anak muda. Lagipula Irfan kan sudah dewasa sudah 18 tahun lebih. Masa harus pulang sore mulu si, Mi," protes Irfan.
"Ya, bukannya gitu. Mami khawatir aja kamu kenapa-kenapa," ujar Mami Helena.
"Gak, Mi, tenang aja, Irfan bisa jaga diri. Lagipula, tadi Irfan sama Leon cuma main ke mall saja kok, mi. Gak kemana-mana," sahut Irfan.
"Ya sudah," kata Mami Helena.
Irfan pun masuk ke rumah. Ia segera masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Kemudian, dia pun mandi. Selesai mandi, ia langsung beristirahat di tempat tidurnya.
***
Hari Minggu, keluarga Irfan semua pergi ke gereja. Sepulang dari gereja, Irfan main ke rumah Mas Banu karena sudah lama tidak main ke rumahnya. Ia pergi ke rumah kakaknya itu dengan berjalan karena letaknya yang masih berdekatan dengan rumah orangtuanya. Tiba di rumah kakak laki-lakinya itu, istri kakaknya lah yang membukakan pintu.
"Eh, Fan," sapa Mba Cheryl.
"Iya, Mba. Eh, omong-omong, perut tambah gede aja, Mba," ujar Irfan.
"Iya, nih. Sudah 3 bulan soalnya," sahut Mba Cheryl.
"Ohh, Mas Banu mana, Mba?" tanya Irfan.
"Ada di atas tuh," jawab Mba Cheryl, "naik aja, gih."
Irfan pun berjalan menuju tangga. Kemudian, ia menaiki tangga menuju lantai dua. Dia menghampiri Mas Banu yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
"Mas Banu," panggil Irfan.
"Eh, Fan. Sama siapa ke sini?" sahut Mas Banu.
"Sendiri aja, tadi jalan kaki dari rumah," ujar Irfan.
"Tumben jalan, gak bawa motor ninjamu?" tanya Mas Banu.
"Gak, mas, lagi pengen jalan kaki aja, sekalian olahraga," jawab Irfan.
"Kamu memang gak berubah, ya, maniak olahraga," ujar Mas Banu.
"Iya dong, aku gak mau tambah endut seperti mas Banu. Tuh, lihat perut mas Banu aja tambah gede sekarang," kata Irfan.
"Iya nih, mas, sudah lama gak ngegym, sih," sahut Mas Banu.
"Ya sudah, besok Selasa sore, mau gak ikut aku ngegym?" tawar Irfan.
"Boleh juga, tuh," ujar Mas Banu.
"Oke, aku tunggu di tempat fitnessnya langsung aja, ya, mas. Mas langsung saja dari kantor ke fitness centernya," kata Irfan.
"Oke. Omong-omong, ada apa, nih? Tumben ke sini," tanya Mas Banu.
"Gak apa-apa, cuma mau main aja, sudah lama gak ke rumah mas," jawab Irfan.
"Kamu, sih, sibuk mulu pacaran sama kuliah," ledek Mas Banu.
"Biarin, yee," sahut Irfan.
Irfan pun main di rumah Mas Banu sampai siang hari. Siang hari, kakaknya itu mengajak dirinya makan siang di luar bersama istri kakaknya juga. Sore harinya, ia baru kembali ke rumah. Tiba di rumah, dia langsung menyelonong masuk ke dalam rumah. Papinya yang melihat langsung menegur. Irfan pun menengok dan berkata,"Eh, papi, ada di sini. Aku pikir gak ada siapa-siapa."
"Iya, papi bosan di kamar saja, nih. Fan, temani papi jalan-jalan keluar, yuk," pinta Papi Wahyu.
"Bentar, ya, pi, aku mandi sama ganti baju dulu," ujar Irfan.
Irfan menuju ke kamar. Ia pun mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian, dia bergegas turun ke lantai satu. Kemudian, ia segera mendorong kursi roda papinya untuk berkeliling-keliling kompleks perumahan sampai menjelang maghrib. Malam hari, Irfan dan papinya itu pulang ke rumah dari berkeliling kompleks. Ia langsung mendorong masuk sang ayah itu ke kamar. Kemudian, dia sendiri menuju ke kamar. Ia pun juga beristirahat karena kelelahan setelah beraktifitas seharian.
***
Sementara, di rumah Sheren. Kekasih Irfan itu tampak sedang ribut dengan papanya. Ia sedang berdebat dengan sang papa mengenai pilihan kuliahnya setelah lulus dari SMA.
"Sheren, kamu harus menurut sama papa, ya," kata Om Yudi, "pokoknya papa gak mau tahu kamu harus ikuti kemauan papa."
"Papa, aku tuh tidak mau menjadi chef, aku tidak mau kuliah di Perancis," ujar Sheren.
"Papa, tuh, pengen yang terbaik untuk kamu, papa pengen kamu, tuh, nantinya jadi chef terkenal seperti Chef Renata yang juri Masterchef itu," jelas Om Yudi.
"Aku tuh ga minat di bidang kuliner, pa. Aku memang suka makan tapi papa tahu sendiri, kan. Aku tuh, gak pintar masak," ketus Sheren.
"Coba dulu, papa yakin kamu pasti bisa mengikuti," paksa Om Yudi.
"Ya sudah, terserah papa ajalah," marah Sheren.
Sheren sebenarnya masih agak sedikit kesal. Namun, di lubuk hatinya yang terdalam, dia juga tidak mau membantah kemauan papanya. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti kemauan papanya untuk ambil kuliah di Perancis tahun depan. Dengan kata lain, Sheren harus putus dari kekasihnya itu, karena jarak Perancis - Indonesia bukanlah jarak yang dekat tidak seperti Jakarta - Semarang. Ia harus mengatakan hal tersebut kepada pujaan hatinya itu.
***
Enam bulan sudah berlalu. Kini, keluarga besar Irfan sedang bersiap menantikan kehadiran anggota keluarga baru. Istri kakaknya Irfan sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Sebentar lagi, kakak iparnya itu akan melahirkan. Kakak laki-lakinya itu pun juga mulai sibuk mempersiapkan kehadiran anaknya. Hari yang dinanti pun, akhirnya tiba.
"Mas," teriak Mba Cheryl sambil kesakitan.
"Kenapa, sayang?" Mas Banu langsung panik melihat istrinya yang kesakitan itu.
"Kayaknya, aku sudah mau-," ujar Mba Cheryl.
Seketika, Mas Banu pun mengerti apa yang akan dibilang istrinya, makanya ia pun langsung memotong dan berkata, "Sebentar, aku menyalakan mobil dulu."
Mas Banu segera menyalakan mobil. Kemudian, ia kembali menemui istrinya itu. Secara perlahan, dia memapah sang istri menuju ke mobil. Ia pun melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. Setiba di rumah sakit, sementara waktu, istrinya diminta menunggu di mobil. Mas Banu turun dari mobil. Ia langsung menemui perawat. Dia pun segera menjelaskan ke perawat maksud dan tujuannya. Kemudian, sang perawat mengikutinya menuju mobil. Dengan dibantu perawat, ia segera membawa sang istri menuju ke ruang bersalin. Sambil menunggu istrinya melahirkan, ia pun menelepon maminya.
"Halo, Mami," sapa mas Banu.
"Halo, Ban. Ada apa? Kok kamu ngos-ngosan," ujar mami Helena.
"Ini, Mi. Aku baru saja bawa Cheryl ke rumah sakit," jelas Mas Banu.
"Loh, ada apa? Kandungannya gak kenapa-napa kan?" cecar Mami Helena.
"Gak, mi. Ini Cheryl mau melahirkan," sahut Mas Banu.
"Wah, senangnya. Ya sudah, oke, mami, papi, Revi, sama Irfan sebentar lagi akan ke rumah sakit," kata Mami Helena.
"Iya, Mi," sahut Mas Banu.
Mas Banu mengakhiri percakapan.
Di rumah, Mami Helena menginfokan ke seluruh anggota keluarga tentang berita gembira tersebut. Mereka yang mendengar, semuanya merasa senang akan kabar tersebut. Mereka pun segera bersiap-siap. Kemudian, mereka langsung menuju ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, rupanya istri anaknya itu baru saja selesai melahirkan. Kemudian, sang perawat mempersilahkan Mas Banu untuk masuk.
"Selamat, ya pak, bayinya laki-laki, sehat pula," kata perawat.
"Iya, makasih, suster," sahut Mas Banu.
Mas Banu langsung mengendong anak pertamanya yang lucu dan imut. Kemudian, perawat meminta izin untuk memindahkan istrinya dan bayinya ke ruang rawat biasa. Ia pun mengizinkan. Akhirnya, istri dan bayinya pun dipindahkan. Seluruh keluarga mengikuti. Setelah selesai urusan pindahan ke ruang rawat, perawat pun mohon izin untuk melanjutkan pekerjaan lain. Kemudian, seluruh anggota keluarga yang lain menghampiri Mas Banu dan istrinya. Adik bungsunya yang sudah tidak sabar melihat keponakannya itu langsung berkata, "Wah, mana mas bayinya?"
"Tuh, di boks," sahut mas Banu.
Irfan pun menuju ke boks bayi yang berada di samping kiri bed kakak iparnya terbaring. Ia melihat bayi kakaknya itu.
"Ih, lucu deh kayak omnya, imut, ganteng pula," ujar Irfan.
"Geer, kamu, Fan. Lucunya tuh mirip mba waktu kecil, tahu," sahut Mba Revi yang menyusul lihat bayinya Mas Banu.
"Yee, mba salah, justru miripan sama aku," seru Irfan.
"Sudah, sudah. Yang jelas mirip mbahnya," ujar Papi Wahyu yang tidak mau kalah.
"Dikasih nama siapa, Ban?" tanya Mami Helena.
"Hmm, mau tak kasih nama Carolus Beryl Sudjatmiko, Mi," kata Mas Banu.
"Panggilannya apa, Mas?" kata Irfan.
"Panggilannya Beryl,"
"Halo, dedek Beryl," kata Irfan kepada anaknya Mas Banu itu.
Irfan panggil dengan namanya, anaknya Mas Banu terlihat tersenyum.
Hari itu menjadi hari yang membahagiakan buat keluarga besar Irfan karena bertambah satu anggota keluarga baru yaitu Beryl. Semua merasa gembira dan senang. Tiga hari sesudah melahirkan, istri kakaknya sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Seluruh keluarga besar Irfan menyambut kepulangan istri dan bayi kakaknya dari rumah sakit di rumah kakaknya.
***
Dua bulan setelah peristiwa menggembirakan, Irfan kembali mendapatkan berita yang mengejutkannya kembali. Ia mendapatkan berita mengejutkan sewaktu dia makan malam bersama kekasihnya.
"Beib, ada yang harus aku bicarakan dengan kamu," ujar Sheren.
"Apa itu?" tanya Irfan curiga.
"Aku sudah lulus dari SMA," kata Sheren.
"Wah bagus dong. Selamat, ya, berarti," ucap Irfan.
"Tapi ada satu berita lagi," sahut Sheren.
"Apa lagi?" tanya Irfan lagi.
"Aku harus mengikuti kemauan papa untuk kuliah di Perancis," lirih Sheren.
"Berarti?" kata Irfan
"Ya, kita harus putus," lirih Sheren.
"Waktu itu, kamu bisa ketika aku di Jakarta untuk LDR," ujar Irfan.
"Beda, beib. Jarak Jakarta - Semarang masih lebih dekat dibanding Indonesia - Perancis. Indonesia - Perancis itu jauh. Untuk ketemu saja paling cepat kita bisanya setahun sekali," ungkap Sheren.
"Tapi, aku tidak mau putus?" lirih Irfan.
"Beib, aku juga maunya begitu, tapi gak bisa. Aku juga harus fokus kuliah," ujar Sheren.
"Ya sudahlah, kalau itu menjadi keputusanmu," Irfan pun akhirnya pasrah menerima keputusan Sheren.
"Iya, beib. Lagipula, kalau memang Tuhan menjodohkan kita untuk bersama. Suatu hari, pasti Tuhan akan kembali mempertemukan kita," ujar Sheren.
"Iya," sahut Irfan.
Sejak saat itu, Irfan dan Sheren akhirnya putus. Selesai makan, Irfan tetap mengantarkan kekasihnya yang sekarang sudah menjadi mantan sampai ke rumahnya. Kemudian, ia langsung menuju ke rumah dengan muka kusut. Tiba di rumah, karena dirinya datang dengan muka kusut, kakak perempuannya pun langsung bertanya, "Fan, kenapa lu mukanya kusut gitu kayak baju belum disetrika aja."
"Diem deh, lu," ketus Irfan.
"Yee, sewot," sahut Mba Revi.
Mami Helena yang mendengar kedua anaknya ribut langsung menghampiri.
"Sudah, ada apa, sih, ni ribut-ribut?" ujar Mami Helena.
"Tahu tuh," jawab mba Revi.
"Kenapa, Fan? Kamu kusut banget. Sini duduk cerita sama mami," kata Mami Helena.
Irfan duduk di ruang tamu bersama Mami Helena.
"Ayo cerita sama mami, ada apa?" tanya Mami Helena.
"Irfan sama Sheren putus, Mi. Karena Sheren harus kuliah ke Perancis," jawab Irfan.
"Ya sudah, toh, dia harus prioritaskan kuliahnya," kata Mami Helena.
"Iya, sih, Mi," lirih Irfan.
"Toh, nanti kalau memang berjodoh, kalian pasti akan dipertemukan lagi, kok," nasihat Mami Helena.
"Iya, mi. Sheren juga ngomong begitu, sih," ujar Irfan.
"Ya sudah, gak usah kusut lagi mukanya, sekarang kamu istirahat saja, gih."
"Iya, Mi."
Seusai berbicara sama maminya, Irfan menuju kamar. Ia pun segera beristirahat.
Dua minggu kemudian, tiba waktunya Sheren untuk berangkat ke Perancis. Irfan turut mengantarnya sampai bandara untuk melepas kepergian kekasihnya. Itu juga sebagai pertemuan terakhir sebelum berpisah. Di bandara, ia merasa sedih melepas kepergian mantan kekasihnya itu, namun ditutupinya karena malu sebagai lelaki. Setelah pesawat mantan kekasihnya itu lepas landas, dia pun kembali menuju ke rumah dengan hati yang kosong dan galau.
Semuanya berakhirlah sudah. Karir dan juga hubungan Irfan dengan Sheren harus berakhir saat ini. Namun, ia percaya setiap di balik permasalahan pasti akan selalu ada fajar kebahagiaan yang akan menyingsing.
Masih adakah kelanjutan kisah Irfan ini?
Nantikan terus kisahnya yaaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar