JEBAKAN RIFAT
Kekasih Irfan sudah berada di Jakarta selama dua hari. Di hari ketiga, ia mengajak kekasihnya itu pergi ke tempat lokasi syuting sinetron. Di lokasi, ketika sedang melakukan syuting, dia melihat dari kejauhan tampak ada keributan perang mulut antara kekasihnya dan seseorang yang tidak dikenalnya. Ia ingin mencegah, namun apa daya daripada dia mengacaukan seluruh rangkaian syuting hari itu. Ternyata, tidak berapa lama, orang itupun pergi menghilang. Irfan pun melanjutkan syutingnya. Kelar syuting, ia langsung menghampiri kekasihnya itu.
"Tadi siapa, Sher? Kok, kelihatannya sampai ribut begitu kamu sama orang itu," tanya Irfan.
"Dia mantanku, ternyata dia melihat diriku ada di sini," jawab Sheren.
"Kok, dia bisa tahu kamu ada di sini?" tanya Irfan lagi.
"Katanya dia main juga di sinetron yang kamu perankan tapi lagi bukan jadwal syutingnya, dia cuma main aja ke lokasi," jelas Sheren.
Irfan pun bertanya lagi, "Terus, tadi dia mau apa?"
"Dia minta balikan sama aku," jawab Sheren.
"Terus?"
"Aku tolak dan aku bilang aku udah punya pacar yaitu kamu, beib," kata Sheren, "terus, dia juga ngancem kalau dia gak bisa miliki aku, kamupun gak bisa. Aku jadi takut, beib. Takut terjadi apa-apa dengan kamu."
"Tenang. Kamu tidak perlu takut. Ada aku di sini. Aku akan siap menghadapi resiko yang akan terjadi," ujar Irfan menguatkan Sheren.
"Iya, beib," sahut Sheren.
Irfan dan Sheren pun balik ke apartemen. Sementara itu, di sebuah cafe yang tidak jauh dari lokasi syuting tampak seorang yang tadi ribut dengan kekasih Irfan itu sedang duduk di situ. Orang itu pun tampak seperti lagi kesal.
"Hmm, tak bisa kubiarkan siapapun merebut Sheren. Pokoknya, Sheren harus menjadi milikku. Tidak ada seorang pun yang boleh memilikinya. Aku harus cari cara untuk merebut kembali Sheren dari posisinya. Tapi, bagaimana, ya?" gumam orang tersebut.
Setiba di apartemen, Irfan dan Sheren berpisah ke ruangan masing-masing. Ketika Irfan tiba di apartemennya, ternyata Mas Banu sudah ada di ruangan kamarnya. Ia pun hanya lewat saja dan mengabaikan kakaknya itu. Dia langsung masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Di dalam kamar, ia masih saja kepikiran dengan peristiwa tadi. Dia pun memikirkan apa yang akan terjadi di depan sana nanti. Ia terus saja memikirkannya hingga tertidur di kasur. Akhirnya, dia pun terbangun karena kakak laki-lakinya itu memanggil.
"Fan," teriak Mas Banu seraya berjalan ke kamar Irfan.
Mas Banu membuka pintu kamar Irfan. Tercium aroma tidak sedap dari badan adiknya itu. Memang, karena sepulang dari syuting, adik bungsunya itu tidak langsung mandi tetapi langsung ke kamarnya. Bahkan, adiknya itu tidak pula berganti pakaian.
"Ya ampun, Fan, kamu pulang-pulang bukannya mandi dulu malah langsung tidur," ujar Mas Banu.
"Eh, mas, iya, aku lupa tadi karena lelah banget. Ya udah, aku mau mandi dulu, ya," sahut Irfan.
"Oke, mas tunggu di ruang makan, ya. Kita makan malam bareng," pesan Mas Banu.
"Iya, mas," jawab Irfan.
Irfan pun mandi. Selesai mandi dan berpakaian, ia menuju ruang makan untuk makan malam bersama Mas Banu. Usai makan malam, dia pun melanjutkan tidurnya di kamar.
***
Sementara itu, di tempat lain, orang yang tadi ribut sama Sheren sedang merencanakan sesuatu untuk melakukan penjebakan. Orang itu sedang marah dan menonjok-nonjok tembok karena kesal. Teman cewek orang tersebut, yang bernama Caroline menghampiri. Temannya itu berusaha menenangkan orang tersebut.
"Fat, tenang, fat," kata Caroline.
Ya, ternyata, nama orang itu adalah Rifat Sungkara. Seorang pria berumur 20 tahun yang merupakan mantan dari Sheren.
"Gue lagi kesal, tadi gue ketemu mantan gue," ujar Rifat.
"Terus?" kata Caroline.
"Gue minta balikan tapi dia gak mau dengan alasan udah punya pacar. Pacarnya tuh artis pendatang baru yang main sinetron bareng gue juga. Gue gak terima. Gue sebenarnya masih cinta dan sayang sama dia cuma karena jarak aja yang memisahkan gue sama dia," jelas Rifat.
"Terus, lu mau apa?" tanya Caroline.
"Gue mau mereka itu putus," ujar Rifat.
Caroline pun bertanya lagi, "Terus, lu mau melakukan apa supaya mereka putus?"
"Gue harus bisa menjebak si brengsek Irfan itu," geram Rifat.
"Caranya?"
"Nah, itu, gue yang belum tahu harus bagaimana. Ini makanya gue lagi mutar otak," kata Rifat.
Rifat pun berpikir-pikir lagi. Akhirnya, tidak lama, ia pun memiliki ide cemerlang.
"Aha, gue ada ide nih," seru Rifat.
"Apa tuh?" kata Caroline penuh tanya.
"Sebelumnya, gue mau minta bantuan lu, nih," pinta Rifat.
"Iya, apa tapinya?" tanya Caroline.
"Gue minta lu buat ngajak dia mabuk, terus dalam kondisi mabuk, lu ajak deh tuh dia tidur bareng dan nanti diam-diam gue akan foto lu sama dia berdua lagi di tempat tidur tanpa busana kemudian foto itu akan gue kirim diam-diam ke Sheren. Gue bisa memastikan Sheren akan marah dan memutuskan Irfan si brengsek itu," terang Rifat.
"Yakin ide begitu?" tanya Caroline lagi.
"Yakin. Gue minta lu akting semaksimal mungkin, kan lu artis top," pesan Rifat.
"Hmm, gue pikir-pikir dulu, ya." sahut Caroline.
"Jangan lama-lama mikir ya, kita harus segera eksekusi sebelum Sheren balik ke Semarang," ingat Rifat.
"Hmm, oke secepatnya gue akan kabari lu, karena menurut gue ini beresiko sekali. Salah, salah, bisa menghancurkan reputasi gue," ujar Caroline.
"Makanya, lu harus hati-hati benar," kata Rifat.
Malam itu, Caroline tidak langsung menerima tawaran temannya itu. Karena dirinya tidak mau Rifat salah ambil langkah yang nantinya takut berakibat buruk ke depannya. Selain itu, sebenarnya ia juga menaruh perasaan pada pria tersebut, tetapi tidak pernah berani mengungkapkannya.
***
Lusa setelah kejadian itu atau tepat hari kelima Sheren berada di Jakarta, Irfan mengajak kekasihnya itu makan malam. Dan tanpa dia sadari, ternyata ada dua sosok di belakang yang sedang mengamatinya bersama Sheren dari kejauhan.
"Lin, lihat, itu mereka berdua," bisik Rifat.
"Mana?" tanya Caroline.
"Itu arah jam 10," ujar Rifat.
"Oh itu. Omong-omong, cowok itu ganteng juga. Pantes, mantan lu lebih milih dia," kata Caroline.
"Ape lu bilang? Tetep gantengan gue kali dibanding anak ingusan kemarin sore itu," kesal Rifat.
"Iye dah, apa lu kata," sahut Caroline.
"Gimana? Bisa kan lu lakuin ide kemarin itu?" tanya Irfat soal tawarannya kemarin ini.
"Hmm, gue usahakan tapi gak tahu bisa berhasil apa nggak? Gue harus atur strategi. Paling tidak gue harus kenalan dulu," jelas Caroline.
"Lu bisa kenalan sama dia lusa, karena lusa, dia pasti ada jadwal syuting tuh. Gue bisa atur siasat agar lu nanti seolah-olah ada peran bersama dia dalam sinetron tersebut," terang Rifat.
"Oke, gue coba," sahut Caroline.
Sementara, di meja Irfan dan Sheren.
"Beib, kok aku masih kepikiran terus, ya, dengan ancaman mantanku itu," ujar Sheren.
"Udah gak usah dipikirkan. Semua pasti aman-aman saja kok," kata Irfan.
"Iya deh, aku percaya," sahut Sheren.
"Sweety, lusa, aku ada syuting, mau ikut lagi?" ajak Irfan.
"Gak ah, beib, aku masih trauma ingat kejadian di sana. Lagipula lusa, papa ngajak aku jalan-jalan," tolak Sheren.
"Oh, ya sudah, kalau begitu," sahut Irfan.
Irfan dan Sheren melanjutkan makan malam. Jam sepuluh, mereka berdua pulang ke apartemen. Irfan mengantarkan kekasihnya itu hingga depan pintu apartemen. Rupanya, Om Yudi yang membukakan pintu.
"Eh, Irfan," ujar Om Yudi.
"Iya, Om. Terima kasih, ya, Om, sudah mengizinkan Sheren pergi ke luar sama aku malam ini," kata Irfan.
"Iya, Fan," sahut Om Yudi.
"Sweety, terima kasih, ya, malam ini," kata Irfan.
"Iya, beib," sahut Sheren.
"Omong-omong, kamu tinggal di mana, Fan?" tanya om Yudi.
"Tuh, kamar sebelah, om," kata Irfan seraya menunjuk ke arah apartemennya.
"Walah, ternyata kita tetanggaan toh. Om baru tahu," ujar Om Yudi.
"Iya, om. Om, Sher, aku balik dulu ya," pamit Irfan.
"Iya, beib," kata Sheren.
Irfan melangkahkan kaki menuju ke kamar. Waktu masuk ke dalam, Mas Banu melihatnya datang.
"Eh, Fan, baru balik?" tanya Mas Banu.
"Iya, mas," kata Irfan.
"Kamu kalau keluar tuh jangan balik malam-malam. Nanti kecapekan. Kan, kamu besok ada jadwal syuting toh?"
"Bukan besok, mas, tapi lusa. Jadi, besok masih ada waktu istirahat, mas,"
"Eh, lusa, toh. Ya sudah, tetap istirahat sana,"
Irfan pun masuk ke dalam kamar. Ia pun beristirahat malam itu.
***
Di tempat lain, Rifat menelepon produsernya untuk memasukkan Caroline bermain di dalam sinetron ketika bagian yang harus in frame dengan Irfan. Ternyata, momennya pas, produser memang membutuhkan peran wanita. Akhirnya, Caroline pun bisa ikut bermain.
"Lin, gue sudah telepon pak produser, dan kebetulan butuh peran wanita, jadi lu bisa ikutan dalam sinetron tersebut," kata Rifat.
"Oke, nanti gue atur siasat," sahut Caroline.
"Sip, itu baru best friend gue," ujar Rifat.
Caroline akhirnya menyetujui walau sedih mendengar kata best friend di akhir percakapannya dengan Rifat. Berat rasanya, karena Caroline sebenarnya menyukai teman cowoknya itu. Namun, cowok tersebut telah dibutakan oleh cintanya kepada mantannya itu. Dengan terpaksa, ia pun harus mengorbankan perasaannya itu demi kebahagiaan cowok yang disukainya tersebut.
***
Hari berganti, lusa pun tiba. Seperti biasa, Irfan kembali disibukkan dengan aktifitas pagi harinya. Jam delapan tepat, ia mulai berangkat menuju ke lokasi syuting hari itu. Jam sepuluh tepat, dia tiba di lokasi syuting. Dua jam perjalanan ditempuh olehnya karena entah mengapa hari itu jalanan Jakarta terasa sangat padat. Tiba di lokasi syuting, sang produser, begitu melihat Irfan datang, segera langsung memanggil.
"Fan, ke sini," teriak produser tersebut.
"Iya, bang, bentar," sahut Irfan.
Irfan mengunci pintu mobil. Ia pun segera menghampiri produsernya itu.
"Ada apa, Bang?" tanya Irfan.
"Ini kenalkan pasangan mainmu kali ini," kata produser itu.
"Halo, aku Irfan," kataku kepada sosok yang dimaksud.
"Halo, aku Caroline. Aku sudah tahu banyak tentangmu. Kamu artis pendatang baru kan," jelas Caroline.
"Iya, nih, baru setengah tahun belakangan ini," ungkap Irfan.
"Kalian diskusi dulu gih, coba cari chemistry dulu, biar pas akting dapet," kata sang produser.
"Iya, bang," sahut Irfan.
Irfan dan Caroline berdiskusi banyak. Makin lama, pembicaraan mereka pun semakin intim. Bahkan, Caroline pun mengajaknya ke clubbing esok malam. Awalnya, Irfan mau menolak tapi demi tuntutan pekerjaan dan untuk membangun chemistry, ia pun akhirnya menerima ajakan cewek tersebut. Padahal, tanpa disadari olehnya, dia telah masuk ke dalam jebakan yang dibuat oleh wanita tersebut dan temannya. Selesai banyak berdiskusi, ia dan cewek tersebut pun mendapat giliran syuting. Syuting pun berlangsung sampai malam hari. Usai syuting, dia dan cewek tersebut pulang ke apartemen masing-masing. Di apartemen cewek tersebut, Rifat sudah ada di depan pintu ruangannya.
"Lin, gimana?" tanya Rifat penasaran.
"Besok malam, gue akan ajak Irfan ke clubbing," ujar Caroline.
"Bagus, sekarang, malam ini, kita set ruang kamar lu untuk dipasang kamera jarak jauh. Dan ini, lu kasih nanti ke minuman dia di clubbing," ujar Rifat.
"Apa ini?" tanya Caroline polos.
"Obat perangsang," jawab Rifat.
"Ah, gila lu, pakai obat perangsang segala," seru Caroline.
"Biar, makin hot tahu dan meyakinkan," ujar Rifat.
"Oia, bener kata lu, kapan lagi gue bisa tidur bareng brondong ganteng seperti Irfan gini, pasti gede deh," ujar Caroline.
"Gedean juga punya gue kali," kata Rifat tidak mau kalah.
"Alah punya lu kecil kali, gue sudah sering lihat," ledek Caroline.
"Sialan lu. Lu rupanya pernah lihat punya gue," ujar Rifat.
"Dikit, sih. Sudah agak lama juga," sahut Caroline.
"Ya udah pokoknya jangan sampai gagal ya rencana kita," pesan Rifat.
"Siap," jawab Caroline.
Rifat dan Caroline pun segera menyetting tempat sedemikian rupa secara apik dan rapi supaya tidak mudah ketahuan. Sementara itu, sebelum ke ruangan apartemennya, Irfan menyempatkan diri untuk mampir terlebih dahulu ke ruangan apartemen kekasihnya. Tujuannya mampir adalah memohon izin mengenai besok malam supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman. Ia pun mengetuk pintu ruangan apartemen kekasihnya itu. Sheren pun keluar.
"Malam, sweety. Maaf menganggu malam-malam," sapa Irfan.
"Gapapa, kok, beib. Ada apa ya?" tanya Sheren.
"Besok, aku minta izin, mudah-mudahan kamu ngebolehin, kalau nggak, juga tidak apa-apa. Temen syutingku sesama artis ngajakin aku ke clubbing besok malam," jelas Irfan.
"Oh, itu, ya sudah, gak apa-apa," sahut Sheren.
"Kamu gak cemburu memangnya?" tanya Irfan.
"Gak kok. Aku percaya kamu pasti gak akan ngapa-ngapain," ujar Sheren.
"Ya sudah kalau begitu, aku ke apartemenku ya," pamit Irfan.
"Iya, beib, good night, have a nice dream," ucap Sheren.
"Have a nice dream too," seru Irfan sambil mencium pipi Sheren.
Irfan pun menuju ke apartemen. Ia pun beristirahat malam itu.
***
Siang harinya, di apartemen Irfan, pada saat jam makan siang. Kebetulan juga, hari itu adalah hari Sabtu, waktunya Mas Banu libur. Maka, mereka berdua menyempatkan diri makan siang bersama di apartemen. Saat makan siang, terjadilah percakapan antara Irfan dan kakaknya itu.
"Mas, nanti malam, aku clubbing, ya," kata Irfan.
"Oke, tapi, jangan larut-larut baliknya," Mas Banu mengizinkannya.
"Iya, mas, beres," sahut Irfan.
Usai makan siang, Irfan kembali beristirahat di kamarnya menyiapkan stamina untuk nanti malam. Ternyata, ia tertidur cukup lama sehingga baru bangun jam enam sore. Dia pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Kemudian, ia bergegas mandi sore. Selesai mandi dan berganti pakaian, Irfan mengambil kunci mobil di nakas dekat tempat tidurnya. Lalu, ia pun segera turun ke bawah. Ia mengendarai mobilnya menuju ke club.
Di depan club, ternyata Caroline sudah tiba lebih dahulu. Irfan dan wanita muda tersebut pun memasuki club. Kemudian, sang wanita tersebut meminta izin kepadanya untuk menemui teman wanita tersebut yang seorang bartender di club tersebut. Caroline juga menawarkan diri untuk memesan minuman sekalian. Irfan pun memasrahkan pesanan minumannya kepada perempuan tersebut. Lalu, perempuan itu menuju ke bartender.
"Ndra, gue pesen minuman biasa, ya, yang banyak 1 botol dan 1 botol lagi minuman lainnya. Oia, satu gelas minuman lain itu buat temen gue yang di sana tuh, tolong lu kasih ini di minumannya," kata Caroline.
"Apa nih, Lin?" tanya sang bartender.
"Udah ga usah pake nanya. Lu masukin aja ke minumannya," jawab Caroline.
"Oke deh, Lin," sahut bartender itu.
Caroline pun balik menghampiri Irfan kembali. Minuman pun datang. Irfan pun berkali-kali menenggak minumannya. Lama kelamaan, artis pendatang baru itu pun mulai oleng. Ia pun mabuk hingga tidak sadarkan diri lagi. Melihat pria di sampingnya dalam kondisi tersebut, Caroline segera membopongnya menuju mobil. Mobilnya si pria tersebut pun terpaksa ditinggal di club tersebut. Wanita itu segera melajukan mobil menuju ke apartemen.
Tiba di apartemen, Caroline langsung memapah tubuh Irfan masuk ke dalam apartemen. Ia segera membaringkannya di kasur. Dia pun melihat bagian bawah dari Irfan tampak mulai menggunung tanda obat sudah mulai bekerja. Caroline segera membuka seluruh pakaian dan celana pria tersebut. Kemudian, ia juga melepas baju yang dikenakan dan segera masuk ke dalam selimut. Sang wanita pun akhirnya tertidur di atas dada bidangnya pria tersebut.
Sementara, dari kejauhan, Rifat merekam apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Ia mengirimkan rekaman itu ke handphone kekasih pria tersebut. Tentu saja, dia menggunakan nomor handphone yang lain supaya tidak mudah terlacak.
***
Pagi harinya, Irfan mengucek matanya. Ia kaget melihat dirinya tidak berpakaian. Dia pun bingung karena tidak tahu sedang berada di mana. Lebih mengagetkan lagi ketika melihat ke dalam selimut, ternyata dia pun tidak bercelana. Ia melihat baju dan celananya berantakan di atas ubin. Irfan terheran-heran apa yang terjadi semalam. Ia hanya ingat semalam dia bersama Caroline di club. Tak lama, Caroline pun muncul dari luar kamar.
"Fan, enak, ya, semalam. Kamu gagah sekali melakukannya," ujar Caroline.
"Apa yang terjadi semalam? Dan dimana aku ini?" cecar Irfan.
"Kamu sekarang ada di apartemenku. Masa kamu gak tahu padahal kamu sangat menikmatinya apa yang kita lakukan tadi malam," jelas Caroline.
Irfan sebenarnya mengerti maksud Caroline tapi ia pun masih bertanya dalam hatinya apakah betul itu terjadi. Ia pun menjadi galau kalau memang benar dirinya melakukan itu. Apakah ia harus berterus terang kepada kekasihnya? Ataukah dia harus menutupnya rapat-rapat? Tapi kalau menutup rapat, semakin lama yang namanya bangkai pasti akan tercium.
Irfan menjadi kesal. Ia pun bangkit dari kasur. Dia segera berpakaian. Kemudian, ia langsung bergegas meninggalkan apartemen Caroline. Begitu di basement, Irfan bingung mencari mobilnya karena tidak ada. Ia pun berpikir mobilnya pasti masih tertinggal di parkiran club. Ia segera meluncur ke club menaiki grab. Ternyata, benar saja, mobilnya masih terparkir di sana. Dia segera mengambil mobilnya. Kemudian, ia pulang ke apartemennya dengan perasaan hati yang hancur karena di usia terlampau masih muda sudah harus mengalami permasalahan seperti ini.
***
Sementara itu, di tempat lain. Rifat baru saja selesai mengirimkan rekaman foto tadi malam ke Sheren.
"Mampus lu, Fan. Lu pasti akan diputusin Sheren," kata Rifat sambil tertawa sinis.
Rifat kesenangan bukan main karena menurutnya dia berhasil melakukan itu dan tinggal menunggu detik-detik Irfan akan diputuskan oleh mantannya itu.
Akankah Irfan diputuskan oleh Sheren?
Nantikan kisah selanjutnya di season II hehehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar