Pada bulan Oktober yang juga bulan rosario, banyak umat Katolik mengadakan ziarah dan wisata rohani ke Gua Maria sebagai bentuk penghormatan kepada Bunda Maria, Ratu Rosario. Tidak mau ketinggalan, umat Wilayah Santa Ursula termasuk saya berziarah bersama-sama ke Gua Maria Padang Bulan Laverna, Pringsewu, Lampung. Selain karena Bulan Oktober sebagai bulan Rosario, umat Wilayah Santa Ursula ini juga sebagai bentuk kegiatan memperingati pesta pelindung Wilayah Santa Ursula yang jatuh pada 21 Oktober yang lalu. Kegiatan ini sudah dirancang sedemikian rupa dibawah koordinasi Ibu-ibu WKRI Santa Ursula bersama Bapak-bapak dan OMK Wilayah Santa Ursula.
Sabtu (25/10) dini hari sekitar pukul 05.00 pagi menjadi titik awal keberangkatan saya bersama rombongan menuju lampung dengan menggunakan bus. Selama 2 jam perjalanan menuju pelabuhan Merak, segenap peserta yang ikut berdevosi bersama mendaraskan doa rosario dengan mengambil peristiwa mulia. Tak terasa, pukul 07.00 pagi peserta sudah tiba di pelabuhan Merak. Sembari menunggu kapal yang datang, saya dan rombongan memanfaatkan waktu dengan berfoto-foto dan bersyukur menikmati indahnya laut ciptaan Tuhan. Tak lama berselang, kapal yang akan dinaiki tiba dan saya bersama rombongan pun segera menaiki kapal. Perjalanan menyeberangi laut selat sunda ini tidak memakan waktu yang lama hanya sekitar 2 jam. Tepat pukul 10.00, peserta sudah tiba di Pelabuhan Bakauheni.
Tiba di pelabuhan Bakauheni, saya dan rombongan menuju ke bus dan melanjutkan perjalanan menuju Pantai Pasir Putih. Selama perjalanan, kami berkaraoke bersama dan mengadakan door prize. Setiba di pantai pasir putih, kami segera turun dan duduk di tepi pantai sembari menikmati udara pantai dan makan siang bersama.
Selesai makan siang, melanjutkan perjalanan menuju ke Biara Suster-suster FSGM. Di susteran, kami memberikan bingkisan untuk para suster. Setelah penyerahan bingkisan, salah satu suster memberikan penjelasan singkat sejarah Susteran FSGM di Pringsewu, Lampung. Susteran tersebut ternyata sudah ada lama sejak zaman Hindia Belanda yaitu tahun 1932. Di susteran, kami disambut hangat oleh para suster. Suster-suster yang berada di sana terdiri dari suster yang sudah lanjut usia bahkan sudah mencapai usia sekitar 93 tahun dan suster-suster yang masih belum lanjut usia. Di susteran, kami juga dikenalkan kehidupan biara bahkan diberi kesempatan untuk berkeliling melihat kompleks susteran dari kantor provinsial zaman dulu yang sekarang sudah berubah menjadi pasturan hingga ke museum FSGM untuk melihat sepeda onthel yang pernah dipergunakan suster untuk pergi ke kampung-kampung pada zaman perang.
Sepulang dari susteran, kami berziarah ke makam Uskup Tanjungkarang yang pertama, yaitu Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras. Jenazah uskup ini masih “utuh” ketika mau dilakukan pemindahan ke tempat lain dari makamnya semula. Padahal, jenazah uskup tersebut telah dimakamkan selama 27 tahun. Di makam tersebut, peserta berdoa secara pribadi memohon kepada Tuhan Yesus melalui perantara Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras. Berdasarkan cerita yang beredar, banyak para peziarah yang berdoa di makam uskup tersebut, segala permohonannya terkabulkan.
Seusai berdoa, kami menuju ke bus dan melanjutkan perjalanan menuju ke Rumah Retret Laverna. Setiba di rumah retret, kami beristirahat sambil menikmati welcome drink and food yang telah disiapkan pengelola dan selanjutnya, menuju ke kamar untuk beristirahat. Jam 19.00, kami berkumpul untuk santap malam dan pada pukul 19.30, kami bersama-sama menuju ke Patung Pieta untuk mendaraskan doa rosario bersama-sama dan mengambil peristiwa gembira. Seusai berosario, kami menuju ke kamar untuk beristirahat malam.
Minggu (26/10) pagi hari, kami bangun dan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti misa kudus bersama dengan kelompok peziarah lain dari Paroki Kelapa Gading-St. Yakobus. Namun sebelum misa dimulai, pukul 06.00, peserta diajak bermeditasi oleh Sr. Claudia FSGM. Dalam meditasi ini, peserta diajak merenungkan kembali dan mensyukuri atas anugerah kehidupan di pagi hari yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua, umatnya. Pukul 06.30, misa dimulai dengan dipimpin oleh Romo FX. Joko Susilo SCJ. Dalam homilinya, Romo Lilo menekankan pentingnya ziarah bagi umat Katolik. Ziarah itu sangat penting karena dengan berziarah kita semakin dikuatkan imannya. Selain itu, kita harus selalu ingat dan memohon bantuan Roh Kudus dalam setiap langkah menjalani kehidupan.
Setelah misa usai, kami sarapan bersama dan mendengarkan pengarahan dari ketua panitia untuk kegiatan selanjutnya. Seusai sarapan, kami menuju ke kamar untuk operasi semut dan meletakkan tas ke dalam bis. Kemudian, kami berkumpul dan berfoto di depan Rumah Retret Laverna sebelum melakukan jalan salib. Sehabis berfoto, kami berjalan kaki sejauh 300 meter untuk menuju ke stasi perhentian I Jalan Salib. Selama jalan salib, kami secara bergantian mendaraskan doa-doa. Jalan salib ini cukup jauh rutenya dan naik turun tangga, kondisi ini juga mengingatkan kita akan perjuangan dan penderitaan Yesus ketika memanggul salib menuju puncak Golgota. Jalan salib ini berakhir di Gua Maria Padang Bulan Laverna.
Di Gua Maria, kami berdoa secara pribadi. Seusai berdoa, kami menuju ke bus untuk berangkat ke pelabuhan Bakauheni. Selama perjalanan menuju ke Bakauheni, peserta tidak lupa menyempatkan diri mampir ke pusat oleh-oleh khas Lampung. Pukul 16.00, kami sudah tiba di pelabuhan Bakauheni, namun dikarenakan ada suatu kendala, kami tidak bisa langsung naik ke atas kapal. Selama menunggu, kami mendapatkan kabar dukacita salah satu warga lingkungan Ursula 6 dipanggil menghadap Bapa di Surga,.Sontak setelah mendengar berita tersebut, kami segera mendaraskan rosario mendoakan almarhumah dengan mengambil peristiwa sedih. Akhirnya, pada pukul 19.30 kami bisa naik ke atas kapal dan menyeberangi lautan menuju Merak. Tiba di Merak, kami segera beranjak ke bus dan menuju ke Bintara selama 2 jam. Senin (27/10) dini hari, kami tiba di Bintara. Kami sangat bersyukur dan berterimakasih telah boleh menikmati kebersamaan sebagai umat beriman di Wilayah Santa Ursula dalam melakukan peziarahan iman di Lampung. Semoga persekutuan dan kebersamaan ini tetap terjaga selama-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar