Terjemahkan

Selasa, 27 April 2021

Archie - Part XII


Hari pun berganti, Archie pun memasuki hari kedua bekerja. Pagi itu, ia sudah tiba di kantornya jam delapan pagi. Seperti kemarin, dia diantar sama Mang Didin. Pria muda itu pun segera masuk ke dalam gedung tempat dirinya bekerja. Ia menuju ke ruangan OB dan berganti pakaian dengan seragam OBnya. Kemudian, seperti hari kemarin, dia segera menyapu ruangan kantor sebelum karyawan pada datang. Setelah selesai menyapu, ia kembali lagi menuju ke ruangan OB. Tiba-tiba, terdengar suara dering telepon berbunyi di ruangan OB. Kawan kerjanya itu yang mengangkatnya. Kemudian, sahabatnya itu menutup teleponnya kembali. Teman kerjanya itu pun segera membuat minuman. Archie menduga pasti seseorang tadi yang menelepon pasti karyawan yang mengorder minuman. Selesai membuat minuman, Pengky menyuruh dirinya yang mengantarkan.

"Archie, nih, kamu yang antar, gih, ke Pak Jeffry," pinta Pengky.

"Memang, kamu mau ngapain? Kok, gak kamu saja?" cecar Archie.

"Aku mau mengerjakan pekerjaan lain," jawab Pengky.

"Oh, ya sudah. Tapi, Pak Jeffry, ruangannya yang mana?" tanya Archie.

"Kamu lurus aja terus belok kiri. Nanti ada pintu, ketuk saja. Itu ruangan pak Jeffry," terang Pengky.

"Pak Jeffry itu siapa, sih, Peng?" tanya Archie lagi.

"Kamu tidak tahu Pak Jeffry?" jawab Pengky.

"Tidak, aku kan, baru dua hari kerja," ujar Archie.

"Oh, iya, maafkan aku, ya," kata Pengky, "Pak Jeffry itu manager perusahaan ini."

"Oh, aku baru tahu," sahut Archie.

"Ya sudah. Buruan, gih, kamu antar ke sana. Nanti, keburu diomelin kalau kelamaan," ujar Pengky.

"Oke, Peng," sahut Archie.

Archie mengantar minuman Jeffry ke ruangan. Sebelum masuk ruangan, ia mengetuk pintu. Jeffry yang mendengar suara pintu ruangannya diketuk langsung mempersilakan orang yang mengetuk pintunya itu untuk masuk. Archie pun masuk ke ruangan. Ia melihat bosnya tersebut sudah tampak sibuk mengetik di depan laptopnya. Dia pun segera menghampiri meja kerja bosnya itu.

"Pak, ini minumnya," kata Archie.

Jeffry melihat ke arah Archie, kemudian berkata, "Kamu OB baru, ya?"

"Iya, pak," jawab Archie, "baru dua hari kerja."

"Oh. Namamu siapa?" tanya Jeffry.

"Archie, Pak," jawab Jeffry.

Mendengar nama Archie, Jeffry teringat masa lalu. Ditambah wajah Archie mirip sekali dengan Jeffry. Jeffry pun langsung berpikir dalam hatinya, "Apakah ini anakku? Ah, tapi, rasanya, tidak mungkin. Dia kan ada di Sukabumi, jauh dari sini. Mungkin, hanya kebetulan saja sepertinya."

"Pak, kok, jadi diam?" Archie membuyarkan lamunan atasannya itu.

"Sori, sori. Ya sudah, kamu boleh kembali ke ruanganmu," ujar Jeffry.

"Oh, iya, Pak," sahut Archie.

Archie keluar dari ruangan dan mengerjakan pekerjaan lainnya. Rupanya, pekerjaannya pada hari itu diamati dengan serius oleh atasannya itu. Bosnya tersebut merasa kagum dengan cara kerja dirinya yang begitu rapi, bersih, dan teliti. Sang atasan pun berniat mengundang Archie untuk makan malam di rumahnya. 

Untuk itu, pada siang hari, Jeffry pun mencari Archie ke ruangan OB. Namun, rupanya, yang bertemu dengan dirinya pertama kali adalah OB yang sudah lebih lama bekerja di perusahaannya itu. Karena melihat Jeffry datang ke ruangan OB, OB tersebut pun langsung berkata, "Loh, ada apa Bapak ke sini? Kalau Bapak mau pesan sesuatu, kenapa Bapak tidak telepon saja?"

"Tidak apa-apa, Peng," sahut Jeffry, "aku sekali-kali ingin melihat ruangan OB. Omong-omong, Archie ada, Peng?"

"Oh, Bapak mencari Archie, toh. Dia lagi ada di pantry," jawab Pengky.

"Bisa panggilkan, gak? Bilang, saya mau berbicara," perintah Jeffry.

Pengky menuju ke bagian pantry untuk menemui Archie.

"Archie, kamu dicari pak Jeffry, tuh," ujar Pengky.

"Waduh, ada salah apa, ya?" Archie kebingungan karena tiba-tiba atasannya mencari dirinya.

"Aku tak tahu lah. Kamu temui saja beliau," jawab Pengky.

Archie keluar dari pantry. Ia bergegas menemui Jeffry yang masih berada di depan pintu ruang OB.

"Permisi, pak. Apakah betul Bapak mencari saya?" tanya Archie.

"Iya, betul," jawab Jeffry.

"Ada apa, ya, pak? Apakah saya ada salah waktu bekerja?" tanya Archie lagi.

"Gak, kok. Saya ke sini hanya ingin mengundang kamu untuk makan malam di rumah saya," jelas Jeffry.

Archie kaget dan berkata, "Apakah Bapak tidak salah mengundang saya makan malam di rumah Bapak? Saya kan masih karyawan baru. Apa kata karyawan lain nanti yang tidak pernah diundang oleh Bapak?"

"Sudah, kamu tidak perlu takut. Ini undangan spesial dari saya karena saya kagum dengan cara kerjamu," jelas Jeffry.

"Oh, terima kasih, Pak, atas undangannya," ucap Archie.

"Oke, kalau begitu, kamu nanti balik sama saya, ya. Jam tujuh, saya tunggu di lobby," pesan Jeffry.

"Oke, baik, Pak," sahut Archie.

"Ya sudah. Kamu kembali bekerja, ya. Saya juga mau kembali ke ruangan saya," ujar Jeffry.

"Iya, Pak," jawab Archie.

Archie kembali masuk ke ruangan OB. Jeffry pun kembali ke ruangan kerjanya. Begitu masuk ke dalam ruangan OB, Archie langsung diberondong pertanyaan sama Pengky.

"Archie, kamu diomelin Pak Bos? Kamu gak diapa-apain, kan?" cecar Pengky.

"Peng, nanya tuh, satu-satu, atuh," jawab Archie.

Pengky hanya menyengir saja.

"Aku tuh, tidak diomelin ataupun dihukum sama Pak Jeffry. Tapi, aku malah diundang makan malam di rumahnya," jelas Archie.

"Wih, enak kali, kau, ya," ujar Pengky.

"Yah, gitu, deh," sahut Archie, "sudah, ah. Aku mau kerja lagi nanti malah beneran diomelin lagi, kebanyakan ngobrol sama kamu."

Archie pun melanjutkan pekerjaannya. Pengky juga melanjutkan pekerjaannya. Jam tujuh malam, Jeffry sudah tampak menunggu OB barunya itu di lobby. Tidak lama, Archie menghampiri atasannya itu.

"Maaf, Pak. Agak sedikit telat," ucap Archie.

"Gak, kok. Kamu tidak telat. Ini baru jam tujuh pas," ujar Jeffry.

Atasan dan bawahan itu pun keluar gedung menuju ke parkiran mobil. Mereka berdua menaiki mobil Jeffry. Jeffry menyetir mobilnya. Sementara, Archie duduk di sebelahnya. Tak berapa lama, mereka tiba di rumah Jeffry. Archie merasa kaget karena rumah atasannya itu merupakan tempat dia pertama bekerja. Tapi, ia mengacuhkannya dan menganggapnya hanya kebetulan saja. Dia hanya menganggap mungkin atasannya itu hanya mampir sebentar dan bukan di situ rumah sang atasan. 

Jeffry pun turun dari mobil. Namun, Archie hanya diam saja di mobil.

"Archie, ayo turun," ajak Jeffry.

"Loh, ini rumah Bapak, toh," sahut Archie.

"Iya, ini rumah saya," jelas Jeffry.

"Saya pikir Bapak cuma mau mampir dulu. Jadi, saya pikir, ya, mending saya nunggu aja di mobil," ujar Archie.

"Owalah, udah, ayo turun," kata Jeffry.

Akhirnya, Archie pun ikut turun. Kemudian, ia bersama atasannya itu masuk ke rumah. Mereka berdua menuju ke ruang tamu.

"Archie, kamu tunggu di sini, ya," kata Jeffry, "saya mau ke dalam dulu, saya mau panggil istri saya, dulu."

"Iya, Pak," sahut Archie.

Jeffry berjalan ke dalam menuju ke kamar untuk memanggil sang istri. Sementara itu, Archie menunggu di ruang tamu. Ia melihat ke sekitar. Tak sengaja, dia melihat sebuah foto keluarga. Dalam foto itu, ada Jeffry, Dina, dan anaknya, Bagus. Sontak, Archie kaget. Dia tidak mau bertemu lagi dengan sosok yang ada di foto tersebut. Ya, sosok Dina yang merupakan istri dari bosnya itu. Sehingga, tanpa pamit, ia pun langsung pergi dari rumah itu begitu saja. 

Tidak lama, Jeffry dan Dina keluar menuju ke ruang tamu. Mereka berdua heran karena OB yang diajak oleh Jeffry tidak ada di ruang tamu mereka.

"Loh, mana, Kang? OB baru yang mau kamu kenalkan. Kok, tidak ada?" tanya Dina.

"Loh, tadi, aku suruh tunggu di sini," kata Jeffry, "kemana, ya, anak itu?"

"Memang siapa sih, Kang, nama OB itu?" tanya Dina lagi.

"Archie," jawab Jeffry.

"Archie? Kang, itu jangan-jangan anak kita," ujar Dina.

"Ah, masa sih? Dia kan, ada di Sukabumi tinggal sama Kang Syamsul," Jeffry tidak percaya dengan pernyataan Dina.

"Iya, Kang. Dua hari yang lalu, ada orang namanya Archie juga. Aku lihat dia memakai kalung yang pernah kukasih di lehernya itu waktu dia bayi. Ditambah Resti juga bilang begitu kalau orang itu, Archie anak kita. Makanya, aku langsung bilang kalau aku ibunya. Namun, begitu aku bilang kalau aku ibunya, dia tidak percaya. Ia langsung pergi begitu saja. Bahkan, dia pun langsung berhenti kerja dari sini tanpa bilang. Akang gak tahu karena waktu itu, Akang lagi ke luar negeri. Archie tuh, ada di Jakarta, Kang," cerita Dina.

"Kamu punya foto orang itu?" tanya Jeffry.

"Ada, sebentar," sahut Dina.

Dina mengeluarkan fotokopi KTP Archie beberapa hari lalu yang masih dia simpan di dalam dompetnya.

"Nih, Kang," ujar Dina sambil menyerahkan fotokopi KTP tersebut kepada Jeffry.

Jeffry melihatnya dan berkata, "Iya, Din. Benar, ini anaknya yang kerja jadi OB di kantor akang."

"Wah, berarti besok aku harus ke kantor Akang. Aku mau ketemu dengannya," ujar Dina.

"Ya sudah, besok kita bertemu dengan dia, ya," sahut Jeffry.

"Iya, Kang," jawab Dina.

Sementara itu, di kontrakan Mang Didin. Archie kembali berpikir dalam hati, "Ah, kenapa sih, aku harus berhubungan dengan keluarga itu lagi? Arrrggghhh. Pasti mereka akan mengaku-ngaku mereka orangtuaku." 

Archie terus memikirkan itu semalaman sampai dia tidak bisa tidur. Meskipun, di sebelahnya Mang Didin sudah terlelap tidur. Sampai stress, ia memikirkan kenapa nasibnya harus begini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar