Setelah ditinggal oleh Archie, Resti menghibur Dina dan berkata, "Sabar, ya, Teh. Tidak mudah untuk dia bisa menerima Teteh sebagai orangtuanya. Karena, kan, selama ini dia hanya mengetahui kalau Kang Syamsul dan Teteh Minah itu orangtuanya."
Dina terus mengeluarkan air mata. Ia merasa bersalah dulu telah meninggalkan Archie, anaknya begitu saja tanpa memikirkan perasaan anaknya.
"Archie mungkin butuh waktu, Teh," lanjut Resti, "Teteh istirahat aja, yuk, biar rileks otaknya."
Resti memapah Dina menuju ke kamarnya. Dina pun beristirahat di kasur. Kemudian, Resti keluar dari kamar sepupunya itu.
Sementara itu, di kontrakan Mang Didin, Archie duduk memikirkan soal tadi.
"Kenapa kalau memang Bu Dina, orangtuaku, dia meninggalkaku begitu saja di kampung? Kenapa baru sekarang dia baru muncul?," Itulah pertanyaan-pertanyaan yang selalu berputar di otak Archie.
"Arrrgghh...," seru Archie.
Archie mengamuk sejadi-jadinya. Bahkan, ia sampai memberantaki kamarnya.
"Aku harus menanyakan semua ini ke abah. Abah harus menjelaskan semuanya," gumam Archie dalam hati.
Archie pun segera mencari handphonenya. Kemudian, ia pun mencoba menelepon abahnya di kampung untuk menanyakan hal tersebut. Ternyata, abahnya langsung mengangkat telepon darinya.
"Halo, Bah," sapa Archie.
"Halo, iya, Archie," sahut Kang Syamsul.
"Bah, Archie mau nanya sesuatu," ujar Archie.
"Apa itu Archie?" tanya Kang Syamsul.
"Tapi, Abah harus jawab jujur ka Archie," kata Archie.
"Iya, Archie, kapan sih Abah tidak jujur sama Archie," ujar Kang Syamsul.
"Abah, apa benar Abah, abah kandungnya Archie?" tanya Archie.
"Benar, dong, Archie," jawab Kang Syamsul, "kok, kamu pakai nanya itu segala. Ada apa emangnya?"
"Gak apa-apa, Bah, cuma Archie bingung kenapa majikan Archie mengaku-ngaku ibunya Archie kalau memang abah dan ambu adalah orangtua kandung Archie," jelas Archie.
"Emang majikanmu teh saha?" tanya Kang Syamsul.
"Bu Dina namanya," jawab Archie.
Bak petir di siang bolong, Kang Syamsul kaget mendengar nama Dina disebut. Kang Syamsul berpikir dalam hati, "Jangan-jangan, Archie sudah bertemu dengan ibu kandungnya. Tapi, apa iya, ya."
"Abah kok diam saja?" tanya Archie.
"Hmm, iya, Archie," kata Kang Syamsul, "pertanyaan apa, ya?"
"Itu, kenapa Bu Dina ngaku-ngaku sebagai ibunya Archie?"
Kang Syamsul berpikir lagi, "Benar gak sih? Apa sudah saatnya aku memberi tahu hal sebenarnya?"
"Bah, kok diam lagi, sih," kata Archie.
"Hmm, iya, Archie. Suami Bu Dina siapa, Archie?" Kang Syamsul berusaha mengulur waktu.
"Hmm, Archie belum tahu, sih, Bah. Karena Archie belum pernah ketemu sama orangnya," ungkap Archie.
"Ya, kalau gitu, mungkin dia hanya mengaku-ngaku saja. Sudah. Kamu gak usah pusing mikirin itu, Archie. Kamu tuh, benar-benar anak abah dan ambu," ujar Kang Syamsul.
"Tapi, ini benar kan, abah gak lagi bohong?" tanya Archie.
"Gak, Archie. Abah gak bohong," jawab Kang Syamsul.
"Ya sudah, kalau begitu," sahut Archie, "sudah dulu, ya, Bah. Archie capek."
"Iya, Archie," jawab Kang Syamsul.
Archie segera mematikan handphonenya. Kemudian, ia pun tertidur lelap karena sudah kelelahan memikirkan itu semua. Sore harinya, ketika Mang Didin pulang, ia terkejut melihat kamar berantakan. Dia pun langsung membangunkan Archie.
"Archie, ini teh kenapa kamar berantakan? Ada maling ya, tadi?" cecar Mang Didin.
Archie langsung membuka mata dan mengucek matanya.
"Eh, Mamang teh sudah pulang?" tanya Archie.
"Ini, kenapa atuh kamar berantakan?" tanya Mang Didin sekali lagi, "ada maling?"
"Tidak, Mang," jawab Archie.
"Terus? Kenapa atuh berantakan?"
"Maaf, Mang. Tadi, Archie habis kesal, Mang. Archie janji nanti Archie bereskan."
"Kamu kesal kenapa, toh, Archie? Cerita sama Mamang."
"Gak ada apa-apa, kok, Mang. Mungkin Archie hanya suntuk dan kecapaian saja makanya jadi kesel sendiri," jelas Archie.
"Ya sudah, kalau begitu. Sekarang, kamu mandi. Nanti, Mamang ajak jalan-jalan keliling Jakarta, biar kamu gak suntuk," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang," sahut Archie
Archie pun bergegas mandi. Mang Didin merapikan kamar yang habis diberantaki oleh anak tetangganya di kampung itu. Selesai mandi, kamar sudah tampak rapi dan Archie pun berganti pakaian. Mang Didin bergegas ke kamar mandi untuk giliran mandi. Kemudian, ia berganti pakaian. Anak muda yang tinggal bersamanya itu menunggunya di ruang tamu.
"Yuk, Archie, kita jalan," ajak Mang Didin.
"Iya, Mang," sahut Archie.
Archie dan Mang Didin keluar dari rumah. Mang Didin segera mengeluarkan sepeda motor. Kemudian, ia segera menyalakan sepeda motor. Archie mengunci pintu rumah kontrakan dan menyimpan kuncinya di bawah keset. Lalu, ia segera mengenakan helm dan menaiki boncengan sepeda motor. Kemudian, mamangnya itu mulai melajukan sepeda motor mengelilingi kota Jakarta.
Malam itu, kota Jakarta cukup ramai dan padat. Padat karena beberapa warganya baru saja pulang dari bekerja. Mang Didin membawa Archie berkeliling hingga ke Monas. Kemudian, ia mengemudikan sepeda motor mengitari Bundaran HI. Dia pun mengakhiri jalannya malam itu di Nasi Uduk Kebon Kacang yang sangat terkenal enak. Tiba di tempat makan, Pria itu segera menghentikan sepeda motornya.
"Archie, kita makan malam di sini, ya," ujar Mang Didin.
"Oh, iya, Mang," sahut Archie.
Archie pun turun dan diikuti oleh Mang Didin yang turun. Kemudian, kedua pria itu masuk ke tempat makan tersebut. Mang Didin memesan dua porsi nasi uduk betawi lengkap dengan telur semurnya dan semur jengkol. Ia juga memesan minum dua gelas es teh tawar. Tidak lama, pesanan mereka diantar menuju ke meja tempat mereka duduk. Kedua pria tersebut pun makan dengan lahapnya. Archie pun sampai bercucuran keringat karena tidak kuat menahan pedas sambal kacangnya nasi uduk. Jam sembilan malam, mereka berdua selesai makan malam. Mang Didin pun segera membayar makanan dan minumannya.
Kedua pria itu pun segera menuju ke parkiran sepeda motor. Mereka berdua segera mengenakan helm dan menaiki sepeda motor. Malam itu, Archie merasa puas bisa berkeliling kota Jakarta bersama Mang Didin. Mang Didin pun menyalakan sepeda motor. Ia mulai melajukan sepeda motor menuju ke rumah kontrakan di daerah Radio Dalam. Dalam perjalanan pulang pun, mereka berdua masih harus mengalami kemacetan. Segitu padatnya ibu kota Jakarta sampai malam pun masih saja tetap macet.
Jam sepuluh lewat, mereka berdua telah sampai di rumah kontrakan. Archie turun dan membuka pagar. Mang Didin memasukkan sepeda motor ke halaman rumah. Kemudian, Archie mengambil kunci rumah dan membuka pintu rumah. Kedua pria itu pun masuk ke rumah kontrakan.
"Gimana, Archie? Masih suntuk, gak?" tanya Mang Didin
"Gak, Mang. Terima kasih, ya, Mang, atas malam ini. Besok, Archie mau cari kerjaan baru saja," kata Archie.
"Loh, kenapa?" tanya Mang Didin lagi, "kan, kamu baru kerja sebentar di situ."
"Capek, Mang, kerjanya," Archie berbohong padahal bukan itu alasannya. Ia cuma tidak mau bertemu lagi saja dengan majikannya yang bernama Dina tersebut.
"Oh. Ya sudah terserah kamu saja, yang penting kamu mencari kerjaan yang halal," ujar Mang Didin.
"Iya, Mang. Archie akan mencari kerjaan yang halal," sahut Archie.
"Ya sudah. Sekarang, kamu ganti baju terus istirahat, gih," perintah Mang Didin.
"Iya, Mang," jawab Archie.
"Mamang masih mau beberes sebentar. Nanti, Mamang tidurnya menyusul," kata Mang Didin.
"Iya, Mang," sahut Archie.
Archie pun masuk ke dalam kamar. Kemudian, ia berganti pakaian tidur. Sementara, Mang Didin sibuk di belakang mencuci pakaian mereka. Archie pun bisa beristirahat dengan tenang malam itu.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^cc
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.biz...^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856