Terjemahkan

Jumat, 29 Mei 2020

Dari Pacar Menjadi Papa - Part VII



Sementara itu, dengan membawa kopernya yang berisi pakaian, Liana kabur dari rumahnya. Di tepi jalan, ia segera memesan taksi online. Dia pun pergi ke rumah temannya, Asny. Ketika tiba di rumah sahabatnya itu, ia pun turun dari taksi online tersebut. Kemudian, dia langsung mengetuk pintu rumah kawannya itu. Temannya pun yang membuka pintu.
"Lia, lu kenapa?" tanya Asny keheranan, "kok malam-malam datang dalam keadaan muka sembab gitu?"
"Ni, gue numpang tinggal di sini dulu, ya," lirih Liana.
Asny bingung karena sahabatnya datang ke rumahnya dalam kondisi mata sembab sambil membawa koper juga. Akhirnya, dirinya pun mempersilakan kawannya itu untuk masuk dulu ke rumahnya. Ia mempersilahkan sahabatnya itu duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Sini, duduk, Li," ujar Asny, "cerita sama gue. Ada apa sebenarnya?"
"Gu-gue sebenarnya kabur dari rumah, Ni," kata Liana, "gue kesel tapi gue juga sedih. Bayangin saja, gue gak habis pikir, masa iya, nyokap gue sendiri tega merebut pacar gue."
"Bentar, maksudnya bagaimana, ya?" sela Asny.
"Iya, jadi gini, kan gue pernah cerita ke lu, kalau nyokap gue mau nikah lagi," ujar Liana.
"Iya, terus?" kata Asny.
"Ternyata, calon papa gue yang akan nikahin nyokap gue itu si Markus," lirih Liana.
"Loh, jadi calon papa yang mau dikenalin ke lu itu si Markus," kata Asny kaget.
"Iya, Ni," sahut Liana.
"Apa lu sendiri selama ini ga tahu?" tanya Asny.
"Gue tidak pernah tahu. Mama gue pun kalau bercerita tidak pernah sekalipun menyebut namanya," jawab Liana.
Liana kembali menangis. Asny langsung memeluk sahabatnya itu.
"Ya sudah, lu boleh tinggal di sini dulu beberapa hari," kata Asny, "sambil nenangin diri dulu biar bisa berpikir jernih."
"Iya, Ni," sahut Liana.
"Ya sudah, lu taruh dulu koper lu di kamar gue," perintah Asny.
"Iya, Ni," jawab Liana.
Asny mengantar Liana menuju ke kamar. Sahabatnya itu menaruh kopernya di kamar. Akhirnya, sejak malam itu, untuk sementara waktu, sang sahabat tinggal di rumahnya. Ia pun tidak sedikit pun bercerita baik kepada Markus ataupun mama sahabatnya itu perihal keberadaan sang sahabat di rumahnya.
***
Malam itu, Markus memutuskan tidak akan pulang ke rumahnya. Ia menginap di rumah Liana karena khawatir dengan kondisi Mama Yulia yang ditinggal sendiri. Namun, dirinya tidur di sofa ruang tamu. Pagi harinya, Markus terkejut mendengar suara racauan dari kamar Mama Yulia memanggil nama anaknya. 
"Liana, jangan pergi, nak," racau Mama Yulia.
Mendengar itu, Markus segera berlari menuju ke kamar Mama Yulia. Ia melihat kondisi kekasihnya itu. Ia juga mengecek badan sang kekasih. Badan kekasihnya tersebut terasa panas. Menurutnya, kekasihnya itu mengalami demam. Oleh karena itu, tanpa basa-basi lagi, ia segera mengendong sang kekasih menuju ke dalam mobil. Dia bergegas membawanya ke rumah sakit. Kekasihnya itu pun dirawat di rumah sakit karena suhu badannya tidak kunjung turun. Selain itu, kekasihnya tersebut terus saja meracau menyebut nama anaknya. Agar cepat sembuh, sang dokter pun menyarankan ke Markus agar mencari anaknya. 
Markus memutar otak harus mencari pacar satunya lagi itu ke mana. Akhirnya, ia teringat akan satu nama sahabat kekasih satunya lagi itu yang sekampus dan sering diceritakan oleh sang kekasih yaitu Asny. Akhirnya, ia mencari Asny di kampus pacar mudanya. Dia pun bertemu dengan sahabat kekasih mudanya itu.
"Ni, kamu tahu Liana berada di mana?" tanya Markus.
"Memang kenapa?" bentak Asny, "lu mau nyakitin dia lagi?"
"Lu tahu emangnya dia ada dimana?" tanya Markus lagi.
"Kalaupun tahu, gue gak akan kasih tahu lu," sahut Asny.
"Please, Ni. Ada info penting yang harus gue sampaikan," ujar Markus.
"Info apa? Bilang saja sama gue. Nanti biar gue yang nyampein," ketus Asny.
"Gak bisa, Ni. Harus gue yang nyampein," paksa Markus.
"Oke, sekarang, gini saja. Lu cerita dulu infonya apa. Nanti gue ajak lu ketemu sama dia," ujar Asny.
"Oke, baik. Mamanya Liana baru saja masuk rumah sakit. Liana harus segera ke rumah sakit supaya mamanya cepat sembuh," jelas Markus.
"Hah. Lu gak mengada-ada, kan?" sahut Asny.
"Buat apa gue bohong, Ni?" ujar Markus.
"Ya, bisa saja. Lu saja kemarin bohongin Liana," ketus Asny.
"Kali ini, gue bersumpah. Gue tidak berbohong," janji Markus. 
"Ya sudah, oke. Sekarang, lu antar gue ke rumah gue. Liana ada di rumah gue," sahut Asny.
Asny dan kekasih sahabatnya itu menuju ke rumahnya dengan menaiki mobil pacar sahabatnya itu. Tiba di rumahnya, ia turun dari mobilnya sang pacar sahabatnya.
"Lu, jangan ikut turun. Lu, tunggu dulu di sini. Biar gue yang sampaikan ke dia saja. Takutnya, kalau dia melihat lu, dia pasti gak mau," ujar Asny.
"Iya, Ni," sahut Markus.
Asny masuk ke dalam rumah. Ia menemui Liana.
"Li, gue mau sampein ke lu, info dari Markus," kata Asny, "nyokap lu masuk rumah sakit, Li." 
"Lu percaya gitu sama kata-katanya?" tanya Liana, "bisa aja kan dia bohong supaya gue mau balik ke rumah."
"Gue rasa, sih, kali ini Markus tidak berbohong, deh. Mending, lu temuin dulu nyokap lu tuh di rumah sakit. Jangan lama-lama, lah, lu marah. Bagaimanapun itu, Tante Yulia masih tetap nyokap lu yang sudah melahirkan dan membesarkan lu," saran Asny.
Liana terdiam. Ia pun memikir kata-kata yang diucapkan oleh sahabatnya itu. Akhirnya, dia mau mengikuti saran dari sahabatnya.
"Oke, gue akan coba turuti saran lu. Gue mau ke rumah sakit," kata Liana.
"Nah, gitu dong," kata Asny, "ya sudah, lu siap-siap, gih."
Liana berganti pakaian. Kemudian, Asny dan Liana keluar dari rumah. Mereka menuju mobil Markus.
"Ni, kok ada dia?" tanya Liana.
"Iya, Li. Dia yang akan antar kita ke rumah sakit. Karena dia yang tahu," jawab Asny.
"Ya udah, Ni, lu yang di depan, ya," pinta Liana kepada Asny, "gue di belakang aja. Gue masih males duduk samping, tuh, orang."
"Ya sudah," kata Asny.
Asny duduk di depan. Sedangkan, Liana duduk di belakang. Markus segera melajukan mobil ke rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar