Terjemahkan

Jumat, 29 Desember 2017

Kado Natal Istimewa (Part 1)

Bab I
Pandangan Pertama

Di tengah kesunyian malam, aku hanya merebahkan badan di atas kasurku yang empuk. Aku mengipas-ngipasi diriku. Ya, malam itu terasa panas sekali rasanya. Lalu, aku pun beranjak menuju ke arah jendela. Kubuka sedikit jendela kamarku agar angin dari luar masuk. Seketika udara dingin pun merasuk masuk ke dalam kamarku. Sejenak ku memandang langit malam itu. Tidak terlihat sedikit pun bintang di langit. Tapi, tiba saja tergambar di langit rupa wajah seseorang sedang tersenyum memandang ke arah diriku. Aku berpikir siapakah wajah itu. Aku pun tidak mau ambil pusing. Aku kembali masuk ke kamarku dan kembali merebahkan diriku di kasur. Tak berapa lama aku pun tertidur.

***

"Tok.. tok.."
Terdengar suara ketokan pintu dari luar.
Aku pun menyahut,"Iya.."
Segera kubuka mata dan aku merasa silau ternyata sudah pagi dan sinar matahari bersinar dengan teriknya masuk ke dalam kamarku. Aku pun bangun dan beranjak membuka pintu. Tampak ibuku sudah berdiri depan pintu.
"Ayo, mandi kamu harus pergi kerja kan hari ini," kata ibuku.
Aku pun langsung melihat jam dan kaget ternyata waktu sudah menunjukkan jam 7 pagi. Sedangkan, aku harus meeting jam 8 pagi. Aku pun bergegas mandi dan berganti pakaian. Kemudian aku pun turun ke bawah dan menuju garasi mobil.
“Deva, kamu gak sarapan dulu,” kata ibuku.
“Gak keburu, mi. Hari ini, Deva ada meeting di kantor jam 8,” kataku sambil berlari menuju mobil. Aku pun segera menyetir mobilku menuju kantor.

***

Fiuh, akhirnya aku pun tiba di kantor tepat jam 8. Untung saja, meetingnya pun belum dimulai. Aku pun segera saja menuju ke ruang kerjaku dan mengambil bahan untuk meeting. Kemudian, langsung menuju ruang meeting. Di sana, beberapa petinggi perusahaan dan klien tampak sudah menungguku.

***

Tepat jam 12.00, meeting pun kelar. Aku segera beranjak ke luar ruangan. Semua petinggi perusahaan pun menyalamiku karena aku berhasil meyakinkan klien untuk mau bekerjasama. Kemudian, aku menuju ruang kerjaku. Di sana tampak temanku, Andi sudah menungguku.
“Eh, Va, makan siang bareng yuk,” ujar Andi kepadaku.
“Mau makan di mana?” tanyaku.
“Di Plaza Semanggi aja gimana?” lontar Andi berbalik tanya kepadaku.
“Boleh, aku traktir ya, hitung-hitung keberhasilan aku tadi meyakinkan klien untuk bekerja sama dengan perusahaan kita,” kataku.
“Wah, sering-sering aja nih,” canda Andi.

***

Kami pun menuju ke parkiran dan meluncur ke Plaza Semanggi. Tiba di Plaza Semanggi, aku segera memarkirkan kendaraan dan turun. Lalu, kami berdua pun segera naik ke lantai atas tempat kami akan makan. Namun, dalam perjalanan ke atas, tanpa sengaja aku menabrak seorang cewek sehingga barang bawaannya pun jatuh berantakan. Aku pun membantu membereskan dan aku pun sontak kaget begitu melihat wajahnya. Aku pun terdiam. Tanpa kusadari, cewek itu pun sudah meninggalkan kami.
“Va, bengong aja. Ceweknya sudah pergi tuh. Ayo, jadi makan ga?” ujar Andi mengagetkanku.
“He, jadi lah ayo ke atas!” jawabku.
Namun, dalam perjalanan ke atas, aku pun masih memikirkan wajah cewek itu.

***

Tak berapa lama, kami pun sampai di restoran yang kami tuju. Segera saja, kami memesan makanan. Sambil menunggu pesanan makanan, Andi bertanya kepadaku,”Tadi kenapa? Kok, sampai terheran-heran melihat cewek tadi?”
“Eh, cewek yang mana ya?” tanyaku balik belagak pura-pura tidak tahu.
“Itu yang lw tabrak. Emang lw kenal sama tuh cewek?” kata Andi.
“Kenal? Gak kok,” jawabku sekenanya.
“Terus? Kenapa tadi gw perhatiin lw ngelihatinnya gitu banget,” tanya Andi mencurigaiku.
“Gak papa kok. Lw kepo amat sih,” jawab aku terus mengelak.
Kemudian, makanan yang kami pesan datang. Kami pun segera melahapnya. Tidak sampai lama, kami makan siang bersama. Usai makan siang, kami kembali ke kantor.

***

Pukul 17.00, waktu kerjaku usai. Aku segera bersiap untuk pulang ke rumah. Usai merapikan meja, saya segera menuju parkiran. Sampai di parkiran, Novi, temen kantorku menghampiriku. Novi ini cewek yang suka ngejar-ngejar aku dari awal aku mulai kerja di kantorku sekarang. Maklum, mungkin karena wajahku yang tampan mempesona dan banyak wanita yang mengantri. Kembali ke Novi, sebenarnya aku sudah cuek sama dia tapi dia tetap saja mengejarku.
“Va, aku nebeng sama kamu ya.. pulangnya,” rayu Novi dengan memelas.
“Loh, bukannya biasanya kamu dijemput sama temenmu itu,” kataku.
“Temenku ngelembur soalnya. Jadi ga bs jemput aku. Plis, boleh ya aku nebeng. Kalo aku nebeng kan kamu jd ada temen ngobrol,” rayu Novi kembali.
“Hemm, gimana ya? Aku mau mampir-mampir dulu,” tolak aku secara halus.
“Yahh.. Deva. Ayolah boleh ya..,” ujar Novi terus merayu.
Aku sebenarnya malas kalau dia ikut menumpang karena cerewetnya bukan main. Tapi, di satu sisi aku juga ga tega, masa seorang cowok kayak aku ninggalin cewek pulang sendirian. Akhirnya, aku pun mengijinkannya. Aku pun segera naik ke mobil dan Novi pun mengikutinya.

***

Jam 19.00, aku pun tiba di rumah setelah mengantar Novi pulang ke rumahnya. Setiba di rumah, ibuku menyambut di ruang tamu.
“Va, kelihatannya kamu capek banget hari ini,” kata ibuku.
“Iya mi, Deva ke atas dulu ya mau mandi dulu,” kataku.
Aku pun naik ke atas dan segera mandi. Tak berapa lama, aku turun.
“Va, ayo makan malam dulu,” kata ibuku.
“Iya, mi,” kataku.
Aku pun beranjak ke ruang makan. Di sana, sudah ada ayahku dan kedua adikku, Meta dan Indra. Meta, adik perempuanku ini kuliah semester empat. Sementara Indra, adik bungsuku yang juga teman berantemku masih duduk di kelas 3 SMA.

***

Seusai makan, aku naik menuju kamarku. Aku rebahan di atas kasurku. Tiba saja, aku terngiang kembali wajah cewek yang kutabrak tadi siang. Aku pun bingung kenapa wajah cewek itu selalu saja hadir membayangi diriku. Pertanda apakah ini. Aku terus berpikir dan tanpa kusadari aku pun mulai terlelap dalam tidurku.

***

Esok pagi, pukul 06.00 aku sudah bangun. Kali ini, aku tidak bangun kesiangan. Aku segera mandi dan kemudian turun.
“Va, ayo sarapan dulu,” kata ibuku.
“Iya mi,” jawabku.
Aku segera menuju ke ruang makan. Tak berapa lama, adikku, Indra muncul di ruang makan.
“Mas, aku nebeng ya sampe sekolah,” kata adikku.
“Loh, motormu kemana?” tanya aku balik ke Indra.
“Itu, Va. Kemarin motornya masuk bengkel,” kata ibuku menyela.
“Kenapa lagi?” tanyaku. “Pasti kamu kebut-kebutan terus nabrak.”
Indra cuma nyengir kuda aja mendengarkanku berbicara.
“Ya udah, nanti mas anter sampe sekolah,” kataku.
Kami pun sarapan bersama.

***

Usai sarapan, aku segera menuju garasi dan memanaskan mobil. Tak berapa lama, Indra muncul sudah dengan menggendong tas ranselnya.
“Bentar ya, kamu tunggu di sini. Mas, mau ambil tas dulu,” kataku.
“Iya mas,” kata Indra.
Tak berapa lama, aku pun kembali ke garasi sudah dengan membawa tas. Aku pun segera naik mobil dan meluncur menuju sekolah Indra.

***

Tiba di sekolah Indra. Di pinggir jalan, lagi-lagi aku melihat cewek yang kemarin. Cewek itu berjalan masuk ke dalam sekolah Indra. Karena aku penasaran, aku pun bertanya ke Indra.
“Ndra, kamu tahu cewek itu?” tanyaku.
“Yang mana mas?” tanya Indra balik.
“Itu yang baju merah,” kata aku sambil menunjuk ke arah cewek itu.
“Oh itu.. itu guru ekonomi aku mas,” kata Indra, “Mang kenapa mas? Mas suka ya..,” sambung Indra.
“Wus, ngaco kamu, orang ga ada apa-apa,” kataku. “Udah sana, kamu turun, ntar keburu bel lagi,” lanjut aku.
Indra pun turun dan masuk ke area sekolah. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju kantor.

***


Tiba di kantor, waktu masih pk 07.30. Oleh karena itu, aku menyempatkan diri untuk ke warung kopi dulu untuk sekedar minum kopi. Tiba-tiba, lagi asyik ngopi, Novi menghampiriku dan mengagetkanku sehingga kopi yang kuminum tersembur ke mukanya.
“Deva.. kamu kok begitu?” ujar Novi.
“Lagian kamu dateng-dateng ngagetin aku aja,” kataku.
Novi segera mengeluarkan tisu dan mengelap wajahnya.
“Va, btw terima kasih ya, kamu udah mau nganter aku kemarin,” kata Novi.
“Iya.. sama-sama,” balasku.
“Kamu kok ga masuk kantor?”
“Nanti aja toh masih jam delapan kurang,”
“Va, nanti siang, makan siang bareng aku yuk,”
“Lihat nanti, ya.. gak janji,”
“Ayolah, Va, mau ya..,”
“Hemm, gimana ya?”
“Ayo pada ngapain?” tiba-tiba saja Andi muncul.
“Gak lagi ngapa-ngapain kok..,” kataku.
“Va, gimana?” tanya Novi lagi.
“Nanti aku kabari lagi,” kataku.
“Ok, tak tunggu.. Ya udah, aku ke kantor duluan,”
Novi pun berjalan ke kantor. Sementara, tinggal aku dan Andi yang masih berada di warung kopi.
“Va, lw kenapa ga jadian aja sih sama Novi?” tanya Andi.
“Ngaco lw.. lw pan udah tahu, Novi bukan selera gw,” ujarku.
“Tapi kan kasihan Novi masih aja ngejar-ngejar lw,”
“Lah, salah dia sendiri. Udah gw cuekin masih aja ngejar-ngejar. Udah ah, gw mau ke kantor,” kataku. Aku pun mengakhiri pembicaraan dan beranjak ke kantor. Andi pun menyusul di belakangku.

***

Siang harinya. Lagi-lagi Novi sudah berada di hadapanku.
“Va, kok ga whatsapp aku?” tanya Novi.
“Eh, soal apa ya?” jawab aku belagak lupa. Padahal memang akunya yang malas nge-whatsapp Novi.
“Jadi gimana?” tanya Novi lagi.
“Hmm, boleh tp aku ajak Andi ya,” kataku.
“Yahh, kok ajak Andi. Kan, aku pengennya makan berdua aja sama kamu,” kata Novi.
“Boleh ga? Kalo ga boleh, ya udah ga jadi,”
“Hmm ya udah deh boleh,” jawab Novi dengan muka cemberut.
“Andi, ayo kita makan siang. Novi ngajakin nih,” teriakku ke Andi.
“Oke, bentar ya,” jawab Andi.
Akhirnya, kami bertiga pun berangkat ke restoran yang dituju.

***

Tidak berapa lama, kami pun tiba di restoran. Kami pun masuk ke dalam restoran dan duduk deket kolam ikan. Restoran yang kami datangi ini berkonsep alam dengan saung-saung. Sembari menunggu pesanan datang, tiba-tiba lagi-lagi aku melihat sosok cewek itu lagi makan di restoran. Aku sampe mengucek-ngucek mata siapa tahu aku hanya bermimpi tapi ternyata tidak. Entah mengapa, sosok cewek itu kenapa selalu hadir di hadapanku. Apa maksud di balik itu semua. Tengah-tengah memikirkan itu, makanan pesanan kami datang. Kami pun segera menyantapnya.

***

Waktu pun berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, sudah pukul 17.00. Aku pun segera bersiap untuk pulang ke rumah. Sewaktu bersiap-siap, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku pun mengangkatnya. Ternyata, ibuku yang menelepon.
“Va, kamu nanti mampir supermarket, ya. Tolong, beliin sayur-sayuran,” kata ibuku.
“Iya mi,” jawabku.
“Nanti daftarnya mami whatsapp ke kamu,”
“Ok mi,”
Aku segera menuju ke parkiran dan segera menaiki mobil. Aku pun melajukan mobil menuju supermarket.

***

Tiba di supermarket, aku segera masuk dan menuju bagian sayuran untuk mencari sayur yang ada di daftar yang sudah ibuku kirimkan. Setelah aku mencari-cari, ada satu sayuran yang aku bingung wujudnya kayak apa. Ketika aku lagi kebingungan, tiba-tiba ada yang menepuk aku dari belakang. Aku segera menoleh dan ternyata lagi-lagi cewek itu.
“Eh, kamu yang kemarin ini kan?” tanyaku.
“Hmm, iya. Kamu kayaknya lagi bingung cari sesuatu. Mungkin bisa saya bantu,” kata cewek itu kepadaku.
“Oh iya. Ini saya lagi cari sayur ini,” kataku sambil menunjuk nama sayur yang ada di daftar yang dikirim ibuku.
“Ohh, sayur itu. Itu ada di pojok sebelah sana,”
“Ohh, ok makasih ya,”
Aku pun berjalan ke tempat sayuran dimaksud dan mengambilnya. Namun, saat aku berbalik mau mengucapkan terima kasih, ternyata cewek itu sudah pergi menghilang entah ke mana. Tanpa berlama-lama memikirkan hal itu, aku segera menuju kasir dan bergegas ke parkiran. Aku pun segera meluncur balik ke rumah.

***

Tiba di rumah, aku segera ke dapur memberikan belanjaan ke ibuku. Lalu segera naik menuju ke kamarku. Di kamar, aku rebahan dan lagi-lagi wajah cewek itu terus membayangi. Aku pun mulai atur siasat siapa cewek itu dan berniat besok pagi harus bertemu dan berkenalan dengan dia. Karena setidaknya aku udah tahu bisa menemui dia di mana. Ya, di sekolah adikku yang bungsu karena dia bekerja di sana.

***

Keesokan harinya, pada hari Kamis, aku terbangun pagi-pagi sekali. Aku pun bergegas mandi dan sarapan. Ketika sarapan, Indra muncul di ruang makan.
“Ndra, motormu gimana?” tanyaku basa basi. Padahal aku berharap motornya belum bener sehingga aku bisa mengantar dia ke sekolah lagi.
“Kenapa, mas? Masih di bengkel sih,” tanya Indra.
“Ya udah, mas anter ya,”
“Kok tumben, langsung nawarin,”
“Gak apa-apa. Kebetulan masih pagi, jadi mas bisa anterin kamu,”
Aku pun menyelesaikan sarapan. Kemudian, aku mulai berangkat mengantar adikku ke sekolahnya.

***

Tiba di sekolah. Aku mulai celingak celinguk memperhatikan kalau-kalau cewek itu lewat.
“Mas, lihatin apa sih?” tanya Indra mencurigaiku.
“Gak kok, udah kamu turun gih,” kataku.
Indra pun segera turun. Namun, aku tidak segera beranjak dari sana. Tak berapa lama, cewek itu lewat. Aku pun segera turun.
“Hei..,” teriakku.
Cewek itu menoleh dan berkata, “Kamu memanggil saya?”
“Iya,” kataku.
“Btw, kamu yang di supermarket kemarin, kan,”
“Iya,”
“Kamu ngapain di sini?”
“Saya habis nganterin adik saya, Indra,”
“Oh, Indra. Itu murid saya, anaknya sangat baik,”
“Oia, boleh tahu nama kamu?”
“Oia, boleh. Nama saya Clara,”
“Ohh, bu Clara. Kalau saya Deva,”
“Salam kenal. Btw, panggil saya Clara aja sepertinya kita seumuran kok. Oia, saya masuk dulu, takut keburu bel masuk bunyi,”
“Eh iya. Boleh saya minta nomer hpmu,”
“Boleh. 082121997438,”
“Ok. Boleh ya kapan-kapan saya hubungi,”
“Silakan saja. Sudah ya, saya masuk.
Clara pun segera masuk ke dalam kompleks sekolah. Aku pun menuju ke kantorku.

1 komentar:

  1. Ceritanya ringan utk dibaca , ada lucu2nya juga bagian Deva dan Novi... endingnya juga unik..

    BalasHapus